KEPENTINGAN TIMOR LESTE TERHADAP BANTUANNYA KEPADA GUINEA BISSAU

Lopes, Carlos Alves, Dr. Poppy Sulistyaning Winanti, M.P.P.

2017 | Tesis | S2 Ilmu Hubungan Internasional

ABSTRAK Pada tahun 2013, Timor Leste mendonasikan bantuan sebesar 6 juta dollar Amerika kepada pemerintah Guinea Bissau yang mengalami krisis politik dan militer. Selain bantuan keuangan, Timor Leste juga mengirimkan para staf ahli di bidang penyelengaraan pemilu untuk melakukan persiapan hingga penyelengaraan pemilu. Disamping ada permintaan resmi dari pemerintah Guinea Bissau, bantuan Timor Leste juga didasari oleh kesamaan identitas antara kedua negara yakni sama-sama anggota organisasi negara-negara berbahasa portugis serta anggota negara-negara G7+. Bantuan luar negeri yang diberikan oleh Timor Leste kepada Guinea Bissau tidak terlepas dari kepentingan Timor Leste yang ingin menunjukkan existensinya dalam percaturan politik internasional. Meskipun Timor Leste tergolong salah satu negara termiskin di dunia serta terancam akan menjadi negara gagal, tidak menjadi hambatan berarti bagi Timor Leste untuk membantu Guinea Bissau. Secara geografis, letak kedua negara tersebut juga sangatlah berjauhan atau berada di dua benua yang berbeda yakni benua Asia da Afrika. Maka, tindakan Timor Leste dapat dikatakan bukanlah suatu tindakan yang rasional. Peneliti menganalisis perilaku Timor Leste tersebut melalui perspektif kontruktivisme serta mengkaitkan dengan struktur ideasioal. Bantuan luar negeri ke Guinea Bissau tidak terlepas dari struktur ideasional atau intersubjective understanding yang terbentuk. Struktur ideasional tersebut yang kemudian mempegaruhi identitas Timor Leste. Identitas tesebut yang kemudian berpengaruh terhadap kebijakan yang diambil. Timor Leste, sebagai negara small power, Lusophone Commonwealth, humanis serta negara yang solider dengan negara-negara Asean dan negara-negara anggota G7+, memposisikan dirinya dalam struktur internasional dengan mengambil peran di low politics. Maka, melalui kacamata konstruktivisme, tindakan Timor Leste adalah hal yang rasional karena adanya motif-motif yang terbentuk dilatarbelakangi oleh suatu struktur ide atau idealism.

ABSTRACT In 2013, Timor Leste donated US$ 6 Million to the government of Guinea Bissau that was stricken by political and military crisis. Besides financial aid, Timor Leste also sent expert staffs in electoral administration, from the preparation to the implementation stage. In addition to the official request from the government of Guinea Bissau, Timor Leste's aid is also based on the similarity of identity of these two countries: as members of the Community of Portuguese speaking Countries and G7+ member countries. The foreign aid provided by Timor Leste to Guinea Bissau is inseparable from the interests of Timor Leste who desires to show its existence in the international political arena. Despite Timor Leste being one of the world's poorest countries and is threatened to become one of the failed country, they do not obstacles for Timor Leste to give aid to Guinea Bissau. Geographically, these two countries are located far away from each other or located on two different continents, Asia and Africa. That is to say Timor Leste's actions are arguably irrational. The researcher analyzed such behavior of Timor Leste through the constructivism perspective and linked them with the ideational structure. The aid to Guinea Bissau is inseparable from ideational structure or interdependent understanding form. The ideational structures subsequently influence the identity of Timor Leste. Such identity then affected the policies adopted. Timor Leste as a small power country, Lusophone Commonwealth, humanists, and in solidarity with ASEAN countries and G7+ member countries, positioned itself in the international structure by taking a role in low politics. Then, in the constructivism point of view, Timor Leste's actions are rational because the motives formed are based on an idealistic structure or idealism.

Kata Kunci : Keywords: Timor Leste, Guinea Bissau, constructivism, intersubjective understanding, small power, humanist, Lusophone Commonwealth