AKSES TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DASAR MATERNAL BAGI SUKU ANAK DALAM DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS DI PROVINSI JAMBI
INRIYANI TAKESAN, Dr. dr. Mubasysyir Hasanbasri, MA.; Prof. Dr. M. Hakimi Sp.OG, PhD.
2017 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan MasyarakatLatar Belakang: Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi merupakan salah satu populasi indigenous di Indonesia yang tinggal di dalam kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas. Berdasarkan laporan Puskesmas Pematang Kabau, hanya dua sampai tiga ibu yang melahirkan di Puskesmas pada tahun 2015 hingga 2016; dan satu ibu yang melahirkan di tengah perjalanan menuju Puskesmas, sementara Puskesmas telah menyediakan rumah tunggu dan melakukan kunjungan bagi SAD di pinggir hutan setiap bulan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi alasan Suku Anak Dalam tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan yang telah disediakan pemerintah untuk melahirkan. Metode: Penelitian studi kasus. Responden dalam penelitian ini adalah induk (ibu), suami, dan Tumenggung serta Kepala Puskesmas Pematang Kabau. Hasil: Induk SAD akan masuk kembali ataupun tetap tinggal di dalam hutan pada saat ia hendak melahirkan. Masyarakat SAD meyakini bahwa mereka akan terhindar dari malapetaka selama mereka menaati aturan adat rimba. Proses melahirkan dianggap sakral karena pada saat itu dewa ikut terlibat sehingga saat proses anak peranakan (melahirkan) berlangsung, hanya dukun dan taputangan (induk yang berperan seperti bidan) yang diperkenankan menolong induk hingga bayinya keluar. Apabila ketentuan tersebut dilanggar maka akan ditimpa kutukan yang disebut dengan pekarom. Selain itu, masyarakat lebih percaya terhadap obat yang mereka punya di dalam hutan. Demikian pula dengan sakit yang dialami masyarakat SAD termasuk melahirkan, seseorang boleh dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit dengan petunjuk dukun jika sakitnya tidak bisa ditangani lagi di delom (hutan). Kesimpulan: Suku Anak Dalam cenderung melahirkan di dalam hutan kecuali pada kondisi kritis yang tidak tertangani lagi. Dengan demikian, kunjungan berkala terhadap ibu hamil dan ibu nifas ke dalam TNBD dapat dipertimbangakan untuk mengontrol kesehatan induk SAD.
Background: Suku Anak Dalam in Jambi Province is one of indigenous population in Indonesia who live in Bukit Duabelas National Park area. Based on the report of Puskesmas Pematang Kabau, only two to three mothers deliver atPuskesmas from 2015 to 2016; And one mother who gave birth on the way to the Puskesmas while the Puskesmas has provided a waiting house and a visit for SADnear the jungle every month. The purpose of this study was to explore the reasons for the Suku Anak Dalam not utilizing the health services provided by thgovernment for childbirth. Methods: A case study study. Respondents in this research are induk (mother)husband, and Tumenggung and Head of Puskesmas Pematang Kabau. Result: Induk SAD will reenter or stay in the jungle when she is about to give birth. The SAD people believe that they will be spared the catastrophe as long as they obey the customary rules of the jungle. Childbirth is considered sacre because at that time the god involved so that when the process of anak peranakan (childbirth) takes place, only shaman and a taputangan (induk who plays like midwife) are allowed to help the mother until the baby comes out. If the provisionis violated it will be overwritten by a curse called pekarom. In addition, people armore confident about the drugs they have in the jungle. Similarly, the painexperienced by the SAD community includes childbirth, the person may bereferred to a puskesmas or hospital with a shaman's instruction if the pain cannot be handled in the delom (jungle). Conclusion: The Tribe Anak Dalam tends to give birth in the forest except incritical condition that cannot be handled anymore. Thus, regular visits to pregnant women and postpartum women in the jungle can be considered to control induSAD health.
Kata Kunci : Suku Anak Dalam, Kesehatan Ibu, Indigenous, Komunitas Adat Terpencil, Pelayanan Kesehatan, Suku Anak Dalam, Maternal Health, Indigenous, Health Services