Stasiun Transit LRT dengan Pendekatan Customer-Friendly Connection di Kridosono, Yogyakarta
VINASTHIKA M, Dyah Titisari Widyastuti, ST., MUDD.
2016 | Skripsi | S1 ARSITEKTURYogyakarta sebagai salah satu kota besar di Indonesia, memiliki berbagai macam potensi wisata dan terkenal dengan fasilitas pendidikannya yang mengundang banyak pengunjung, baik turis maupun pendatang. Keunggulan yang dimiliki ini berpengaruh besar pada peningkatan jumlah pengunjung dan penduduk. Kota Yogyakarta semakin padat, baik oleh kaum pelajar maupun keluarga yang pindah dan menetap, maupun oleh pelancong yang berbondong-bondong datang pada musim-musim tertentu. Kepadatan yang terus bertambah dari tahun ke tahun ini tak ayal membuat volume kendaraan di kota Yogyakarta semakin meningkat. Kendaraan pribadi berupa motor dan mobil terlihat memenuhi jalanan kota Yogyakarta sehingga tak jarang menimbulkan titik-titik kemacetan pada waktu-waktu tertentu, membuat perjalanan kurang nyaman dan terhambat. Dengan adanya permasalahan tersebut, fasilitas transportasi umum sebagai salah satu alat vital suatu kota menjadi teramat penting. Sayangnya saat ini kemajuan transportasi publik di Yogyakarta dirasa kurang memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Bus TransJogja yang belum mencukupi kapasitas penumpang, begitu juga dengan bus kota yang kurang layak dan tidak mencakup keseluruhan kota Yogyakarta. Menilik beberapa fakta dan permasalahan yang terjadi, Yogyakarta dan masyarakatnya sudah saatnya membutuhkan transportasi publik yang bersifat masal, yaitu LRT (light rail transit). Pembangunan sistem perkeretaapian dalam kota ini telah dicanangkan dan direncanakan oleh pemerintah setempat bersama dengan tim ahli. Disamping itu, stasiun transit sebagai tempat titik transisi antar penumpang, diharuskan memudahkan pengunjung mengakses stasiun dengan cepat dan tepat. Pergerakan aktivitas di dalam stasiun transit berbeda dengan stasiun antar kota, yang mengedepankan efektivitas dalam mengaksesnya. Pendekatan customer-friendly connection dipilih agar stasiun transit berfungsi dengan maksimal dengan tetap mengedepankan fungsi, bentuk, dan konteks bangunan.
As one of prominent city in Indonesia, Yogyakarta has various tourism attraction and is infamous for its education aspect which successfully attract not only new comers but also tourist from around the world. This potential has given Yogyakarta an increase of population as well as the number of visitors each year. This city has become denser, either caused by students or family who move in, or tourist who come by in holiday season. The increase of density year by year undoubtedly put some changes in traffic system in Yogyakarta. A large number of private vehicle such as car and motorcycle can be seen in almost every corner in the street so that traffic can no longer avoid. With this issues risen, it is essential for a city to have a good public transportation system. However, the development of public transport may not accommodate the citizen's needs. Whether TransJogja Bus which doesn't accommodate passenger capacity enough, or city bus which is underrate. By seeing these problems, it is time for Yogyakarta and its citizen to be aware of the importance of mass public transport, which is LRT (light rail system). This issue has been undertaken by our government together with the expertise. As for the LRT station itself, a friendly-use and time efficiency is important. Activities play inside transit station is far different than intercity train station. By that, customer-friendly connection as the chosen approach has its role to maximize the function of transit station yet still focusing on building context and form.
Kata Kunci : stasiun, arsitektur, seamless, kereta api, LRT, public space