VISUAL OUTCOME OF POST PHACOEMULSIFICATION CATARACT SURGERY PATIENTS IN RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA

AUFAR TIRTA FIRDAUS, dr. Purjanto Tepo Utomo, Sp.M (K); dr. Muhammad Bayu Sasongko, Sp.M, M.Epi, PhD

2017 | Skripsi | S1 PENDIDIKAN DOKTER

Latar Belakang: Menurut WHO, kebutaan diderita oleh lebih dari 20 juta orang di seluruh dunia dengan katarak menjadi penyebab utamanya, terhitung sekitar 51% dari semua kasus. Cara yang tepat untuk mengobati katarak adalah dengan operasi. Operasi katarak fakoemulsifikasi dipercaya sebagai prosedur utama yang dilakukan di seluruh dunia. Meskipun dengan tingkat keberhasilan yang tinggi dan teknologi yang mutakhir, hasil akhir dari operasi katarak tidak selalu memuaskan seperti yang diharapkan. Tujuan: Untuk mengetahui gambaran visus pasien setelah operasi katarak fakoemulsifikasi di RSUP dr Sardjito Yogyakarta. Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif dengan desain retrospektif. Subjek adalah pasien pasca operasi fakoemulsifikasi di RSUP dr Sardjito, yang didapatkan dari rekam medis dengan metode consecutive sampling. Rerata visus dihitung dan dikonversi ke dalam notasi LogMAR berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan, penyakit metabolic penyerta, penyakit mata penyerta, jenis katarak, komplikasi, dan operator. Hasil: Dari 143 mata, visus kategori baik ditemukan pada 50% mata dalam 1 minggu pasca operasi, 52,2% mata dalam 1 bulan pasca operasi, dan 52,1% mata dalam 3 bulan pasca operasi. Rerata visus pra operasi adalah 1,67 ± 0,60 dan pasca operasi 0,78 ± 0,59. Pasien laki-laki memiliki hasil visus rata-rata (0,74 ± 0,59), lebih baik daripada hasil visus pasien wanita (p> 0,05). Kelompok umur yang memiliki hasil visus terbaik adalah 50-59 tahun dengan hasil visual rata-rata 0,52 ± 0,35 (p <0,05). Hampir tidak ada perbedaan hasil visus rata-rata pada pasien dengan dan tanpa penyakit metabolik penyerta (p> 0,05). Pasien dengan penyakit mata penyerta memiliki hasil visus yang lebih buruk (1,09 ± 0,63) dibandingkan mereka yang tidak memiliki (p <0,05). Jenis katarak dengan hasil visus terbaik (0,50 ± 0,63) ditemukan pada mata dengan katarak senilis nuklearis (p> 0,05). Pasien dengan komplikasi pasca operasi memiliki hasil visual yang lebih buruk (0,99 ± 0,66) dibandingkan mereka yang tidak memiliki (p> 0,05). Ada 8 operator yang berbeda yang berbeda dengan masing-masing menghasilkan visus pasca operasi yang berbeda (p> 0,05). Kesimpulan: Rerata visus pasca operasi lebih baik daripada rerata visus pra operasi (p <0,001). Variabel yang memiliki perbedaan visus yang signifikan secara statistik adalah usia dan penyakit mata penyerta. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada variabel jenis kelamin, penyakit metabolik penyerta, jenis katarak, komplikasi, dan operator.

Background: According to WHO, blindness is suffered by more than 20 million people worldwide with cataract become its leading cause, accounting roughly 51% of all cases. The reliable way to treat cataract is by surgery. Phacoemulsification cataract surgery is considered to be the predominant procedure that is performed around the world. Despite the high success rate and the advanced technology of the technique, the visual outcome of cataract surgery is not always satisfactory as it is expected. Objective: To know the description of visual outcome of the post phacoemulsification cataract surgery patient in RSUP dr Sardjito Yogyakarta. Method: This research is a descriptive observational research with retrospective design. The subjects are post phacoemulsification surgery patients in RSUP dr Sardjito, collected from medical records using consecutive method. Mean visual acuity is calculated and converted into LogMAR notation based on age, gender, occupation, pre-exsting metabolic disease, pre-existing ocular disease, types of cataract, complications, and operators. Result: From 143 eyes, good visual outcome is found in 50% eyes in 1 week postsurgery, 52,2% eyes in 1 month post-surgery, and 52,1% eyes in 3 months postsurgery. Mean visual acuity pre-surgery is 1,67 ± 0,60 and post-surgery is 0,78 ± 0,59. Male patients have mean visual outcome (0,74 ± 0,59) better than female (p>0,05). Age group which have best visual outcome is 50-59 year old with mean visual outcome 0,52 ±0,35 (p<0,05). There is almost no difference of mean visual outcome in patients with and without pre-existing metabolic disease (p>0,05). Patient with pre-existing ocular disease have worse mean visual outcome (1,09 ± 0,63) than those who without (p<0,05). The type of cataract with best mean visual outcome (0,50 ± 0,63) is found in eyes with senile nuclear cataract (p>0,05). Patient with complication post-surgery have worse mean visual outcome (0,99 ± 0,66) than those who without (p>0,05). There are 8 known different operators with each of them results in different visual outcome post-surgery (p>0,05). Conclusion: Mean visual outcome is better than mean visual acuity pre-surgery (p<0,001). Variables that have significant different of visual outcome are age and pre-existing ocular disease. There is no significant different in variables gender, preexisting metabolic disease, type of cataract, complication, and operator.

Kata Kunci : cataract, cataract surgery, phacoemulsification, visual outcome, katarak, operasi katarak, fakoemulsifikasi, visus