Politik Sadaqah dalam Praktek Upacara Adat Perkawinan di Gorontalo
TONNY ISKANDAR MONDONG, S.S, Dr. G.R. Lono Lastoro Simatupang, M.A.
2017 | Tesis | S2 Kajian Budaya dan MediaSecara teologis konsep sadaqah (sedekah) Islam muncul dari wahyu yang diturunkan Allah kepada rasulnya Muhamad SAW. Ketika sadaqah dikonstruksi dalam satu pemahaman berada pada kontrol kuasa nabi Muhamad SAW, maka pengetahuan sadaqah diterima serta dipahami secara seragam oleh umat. Namun dalam konteks budaya di Gorontalo, sadaqah dikonstruksi secara berbeda. Sadaqah mengalami pergeseran makna dalam praktek upacara adat di Gorontalo. Atas nama kuasa adat, sadaqah diberikan kepada para "orang besar". Pada konteks ini, pemegang kuasa adat dengan aktornya pemangku adat memiliki kuasa atas pengetahuan adat yang dimilikinya, masyarakat kemudian sebagai subordinat dalam pemahaman pengetahuan adat. Mengaitkan wacana sadaqah dengan pemikiran Foucault tentang Pengetahuan dan Kekuasaan, maka pemahaman sadaqah yang berbeda menunjukan adanya pengetahuan dan kekuasaan yang bekerja membentuk, mewarnai dan mengarahkan pemahaman masyarakat dalam konteks sadaqah di setiap upacara adat Gorontalo. Salah satu strategi kunci dalam hegemoni adalah nalar awam (common sense). Jika ide atau gagasan dari kelompok dominan atau berkuasa diterima sebagai sesuatu yang common sense (jadi tidak didasarkan pada kelas sosial), kemudian ideologi itu diterima, maka hegemoni telah terjadi. Demikian kemudian praktek sadaqah di Gorontalo menjadi susuatu yang umum dan biasa terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagimana kuasa pengetahuan bekerja di masyarakat Gorontalo yang di wacanakan melalui sadaqah dan bagaimana secara hegemonik praktek sadaqah di upacara adat Gorontalo tetap bertahan. Penelitian ini menggunakan metode etnografi dengan teknik pengambilan data wawancara dan observasi lapangan. Hasil penelitian ini menunjukan kuatnya dan begitu dominanya pengaruh dari pemegang kuasa pengetahuan adat di Gorontalo yaitu para bate dan kurangnya pemahaman pengetahuan adat masyarakat, menyebabkan masyarakat menjadi tidak berdaya. Tidak adanya "gugatan" masyarakat menyebabkan praktek sadaqah ini akan terus ada di setiap upacara adat Gorontalo.
Theologically, Islamic concept of sadaqah (alms) came from a revelation from Allah to His prophet, Muhammad SAW. When sadaqah is constructed in the understanding of Prophet Muhammad SAW, then the knowledge of sadaqah is accepted and understood uniformly by mankind. However, in the context of culture in Gorontalo, sadaqah is constructed differently. The meaning of sadaqah shift in the practice of traditional ceremonies in Gorontalo. In the name of traditional authorities, sadaqah is given to "great people". In this context, traditional authorities and the indigenous stakeholder actors have power over their traditional knowledge, people then become subordinates in understanding traditional knowledge. When connecting the discussion on sadaqah with Foucault's idea on Knowledge and Power, then different understanding on sadaqah shows knowledge and power which work to form, modify and direct the understanding of the society on the context of sadaqah in every traditional ceremony of Gorontalo. One of the key strategies in hegemony Gramsci is common sense. If an idea of a dominant or ruling group is accepted as a common sense (not based on social class), then the ideology is accepted, a hegemony happens. Similarly, the practice of sadaqah in Gorontalo is common. This study was aimed to see how the power of knowledge works in Gorontalo society as shown by sadaqah and how as hegemony the practice of sadaqah in traditional ceremonies of Gorontalo survives. This study used ethnography method with interview and field observation as data collection techniques. The result of this study showed the strength and dominance of the influence of authority holders of traditional knowledge in Gorontalo, called bate, and lack of traditional understanding of the society, disempowering people. The lack of "protest" from the society made the practice of sadaqah persist in every traditional ceremony of Gorontalo.
Kata Kunci : sadaqah (sedekah), pengetahuan, kekuasaan, hegemoni/sadaqah (alms), knowledge, power, hegemony