Tata Letak Pohon Di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat Menurut Filosofi, Fungsi, dan Arsitektur Pohon

ANGINE SISCHA HANGGRITA H, Atus Syahbudin, S.Hut., M.Agr., Ph.D.;Dr. Ir. Dwi Tyaningsih Adriyanti, M.P.

2017 | Skripsi | S1 BUDIDAYA HUTAN

Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta adalah tempat tinggal Kasultanan Yogyakarta berupa istana yang memiliki luas lahan 1.800 ha dan luas bangunan 18.584 m². Keraton memiliki tata kota yang mempertimbangkan vegetasi terkait kandungan nilai-nilai filosofi. Jenis dan tatanan vegetasi telah mengalami beberapa perubahan karena beberapa faktor. Kesadaran masyarakat di luar Keraton pun semakin menipis terhadap kekayaan budaya. Penelitian ini dilakukan dengan metode sensus vegetasi terhadap pohon di sepanjang sumbu filosofi keraton yang dibagi kedalam 12 areal. Identifikasi dilakukan untuk mengetahui jenis, fungsi, model arsitektur dan nilai filosofi pohon di lokasi penelitian. Hasil sensus di lapangan didapatkan 31 jenis dari 21 famili dan 10 model arsitektur pohon. Jenis pohon yang memiliki nilai filosofi didapatkan sebanyak 13 jenis dari 15 jenis yang seharusnya ada. Jenis yang tidak memiliki nilai filosofi didapat sebanyak 18 jenis. Jenis pohon yang sesuai dengan sumbu filosofi memiliki fungsi yang sesuai dengan penggunaan ruang baik dari segi ekologi, estetika maupun budaya. Sehingga jenis-jenis tambahan yang tidak sesuai dengan filosofi sebaiknya diganti agar kebudayaan tetap terjaga.

Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat is the royal palace of Yogyakarta Sultanate which covers the total areas of 1.800 hectares. It was designed according to an urban planning considering trees layout that contain philosophical values. Some species and tree position have changed because of some factors including citizen awareness toward cultural heritage began to decrease. This research was conducted using the tree census method which all trees planted in the Keraton were identified and interpreted following the Philosophical Axis. It was divided into 12 areas. Tree identification included species, function, architectural model and philosophical values. The results showed that 31 species of 21 families are classified into 10 tree architectural models. Thirteen three of 15 species which should be preserved their philosophical values were able to be identified. Trees that have no philosophical values were 18 species. Tree species which have suited to the philosophical axis also have corresponding functions with the utilization of space in terms of ecology, aesthetics and culture. Other species that are incompatible with the philosophical values are suggested to be replaced to preserve cultural grip

Kata Kunci : Keraton Yogyakarta, sensus vegetasi, nilai filosofi pohon, model arsitektur