Laporkan Masalah

CIRI MORFOLOGI JAMUR YANG DIPERJUALBELIKAN DI PANTAI PARANGTRITIS DAN IDENTIFIKASI KANDUNGAN ALKALOID INDOLNYA SECARA KIMIA

SABRINA UMI KHABIBAH, Prof. Dr. phil. nat. Sudarsono, Apt.

2017 | Skripsi | S1 FARMASI

Beberapa waktu terakhir, tersebar kabar mengenai jamur yang dijual secara sembunyi-sembunyi di sekitar Pantai Parangtritis. Jamur tersebut sering dikonsumsi dengan tujuan untuk mendapatkan efek berupa ekspresi emosi yang tidak terkontrol, seperti tertawa tanpa sebab yang jelas, menangis atau sedih yang berlebihan, berpikir sesuatu yang tidak sejalan dengan kenyataan atau berhalusinasi, merasa rileks dan sebagainya. Jamur tersebut tumbuh pada media kotoran sapi dan diperjualbelikan secara sembunyi-sembunyi. Pengamatan terhadap ciri morfologi, identifikasi senyawa, serta profil Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan analisis pendahuluan untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian dilakukan menggunakan jamur yang diperjuabelikan secara sembunyi-sembunyi dibandingkan dengan jamur hasil budidaya di wilayah Pantai Parangtritis. Berdasarkan identifikasi yang dilakukan, jamur yang diperjualbelikan secara sembunyi-sembunyi dan hasil budidaya merupakan jamur berspesies Psilocybe coprophila. Sebagian besar jamur bergenus Psilocybe mengandung alkaloid indol berupa psilosibin dan psilosin, yang merupakan senyawa halusinogen. Akaloid indol yang terdapat pada jamur dianalisis secara kualitatif dengan uji warna menggunakan pereaksi. Pereaksi tersebut adalah pereaksi Mayer, Bouchardat, Dragendorff, Ninhidrin dan Ehrlich. Selain uji warna, identifikasi dilakukan melalui pengamatan terhadap profil KLT sampel jamur. Hasil analisis menunjukkan bahwa jamur P. coprophila yang dijual secara sembunyi-sembunyi dan hasil budidaya memiliki ciri morfologi yang sama dan terdpat ciri khusus yaitu akan berubah menjadi biru hingga hitam setelah dicabut. Jamur P. coprophila mengandung alkaloid indol dan dapat terdeteksi oleh pereaksi warna pada konsentrasi 10 mg/ml pada uji warna dan 5 mg/ml pada KLT.

Recently, many information report about mushroom which is sold clandestinely around Parangtritis. That mushroom is consumed to give hallucination effects such as uncontrollable emotional expressions like laughing for no apparent reason, excessive crying or sad, thinking something that is not real, feel more relax, etc. The mushroom grows on cow dung and sold clandestinely by people in Parangtritis. Observation about morphological characteristics and identification of compounds by color test and Thin Layer Chromatography (TLC) profile are preliminary analysis to conduct more research. This study was conducted using mushroom which is sold clandestinely compared with the cultivation mushroom in Parangtritis. The mushroom which sold clandestinely and the cultivation mushroom are identified as Psilocybe coprophila. Most of Psilocybe mushrooms contain indole alkaloid as psilocybin and psilosin, which are hallucinogenic compound. Indole alkaloid in P. coprophila were analysed qualitatively by color test. The reagent for color test are Mayer, Bouchardat, Dragendorff, Ninhydrin and Ehrlich. In addition, the identification is completed by observation of TLC profile. The morphological analysis conclude that P. coprophila which is sold clandestinely and cultivated have identical morphology and has special feature that will turn blue to black after revoked. Indole alkaloid in P. coprophila can be detected by color reagent with minimum concentration at 10 mg / ml in color test and 5 mg / ml on TLC.

Kata Kunci : Psilocybe coprophila, Psilocybe, alkaloid, indol