PEMANFAATAN MODAL SOSIAL BAGI KEBERLANJUTAN BADAN USAHA MILIK DESA TIRTA MANDIRI, KELURAHAN PONGGOK, KECAMATAN POLANHARJO, KABUPATEN KLATEN, JAWA TENGAH

AGGA ARISTA BARASANI, Danang Arif Darmawan, S.Sos., M.Si.

2017 | Skripsi | S1 ILMU PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN (SOSIATRI)

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) menjadi sebuah bahasan yang cukup menarik akhir-akhir ini. Kebijakan Pemerintah yang tengah fokus pada pembangunan desa menjadi salah satu sebabnya. Sebagai upaya untuk membangun desa, Pemerintah gencar mendorong desa-desa untuk mendirikan BUMDes sebagai salah satu badan perekonomian desa. Hasilnya, BUMDes saat ini semakin menjamur di Indonesia. BUMDes erat kaitannya dengan desentralisasi dan proses pembangunan bottom-up. Oleh karenanya, aspek-aspek yang memengaruhi keberhasilan BUMDes tidak hanya berkutat pada aspek ekonomi, hukum, dan politik semata. Ada satu aspek yang tak kalah penting dari ketiga aspek tersebut, yakni modal sosial. Modal sosial secara umum dapat dijabarkan ke dalam 3 unsur utama, yakni unsur jaringan, unsur norma, dan unsur kepercayaan. Penelitian ini hendak mengelaborasi manfaat modal sosial bagi keberlanjutan BUMDes. Penelitian ini mengambil lokasi di BUMDes Tirta Mandiri, Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten. BUMDes Tirta Mandiri dipilih sebagai lokasi penelitian dengan alasan bahwa BUMDes ini telah berdiri sejak tahun 2009 dan masih tetap bertahan hingga saat ini. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Metode ini dipilih karena dipandang mampu untuk menjelaskan fenomena penelitian secara kompleks dan mendalam. Dalam penelitian ini, modal sosial mampu dimanfaatkan oleh BUMDes Tirta Mandiri. Peneliti membagi pemanfaatan modal sosial ini ke dalam 3 unsur, yakni unsur jaringan, unsur norma, dan unsur kepercayaan. Pada unsur jaringan, pemanfaatan modal sosial tercermin dari pemanfaatan jaringan internal dan jaringan eksternal. Jaringan internal mampu menyokong modal finansial BUMDes, sementara jaringan eksternal dimanfaatkan secara proporsional. Pada unsur norma, norma dibagi menjadi dua pengertian, yakni sebagai aturan dan sebagai resiprositas. Norma sebagai aturan mampu menjadi pengaman hubungan antar jaringan sehingga tetap kondusif. Norma ini tercermin dari AD/ART BUMDes. Norma sebagai resiprositas dimanfaatkan ke dalam dua bentuk, yakni balanced reciprocity melalui sistem saham dan generalized reciprocity melalui pemberian manfaat oleh BUMDes kepada masyarakat, seperti program beasiswa 1 rumah 1 mahasiswa. Unsur kepercayaan menjadi kunci keberlanjutan BUMDes karena mampu mengikat jaringan yang ada di dalamnya. Kepercayaan timbul melalui 3 cara, yakni hasil nyata BUMDes, peran kepala desa, dan adanya norma yang disepakati bersama. Meskipun demikian, pemanfaatan modal sosial ini belum terlalu optimal. Hal ini tercermin dari temuan sisi gelap modal sosial dalam pelaksanaan BUMDes. Sisi gelap ini dapat dilihat pada unsur jaringan dimana ketidaksetaraan jaringan yang dimiliki antar masyarakat justru menciptakan ketidakadilan dan hubungan asimetris.

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) becomes a pretty interesting discussion lately. Government policy which focus on rural development to be one reason. In an effort to build a village, the government aggressively pushing villages to establish BUMDes as one economic entity village. As a result, the current BUMDes mushroomed in Indonesia. BUMDes closely related to decentralization and bottom-up development process. Therefore, the aspects that influence the success BUMDes not just dwell on aspects of economics, law, and politics alone. There is one aspect that is no less important than those three aspects, namely social capital. Social capital can generally be translated into three main elements, namely network, norm, and trust. This research seeks to elaborate on the benefits of social capital for sustainability of BUMDes. This research took place in BUMDes Tirta Mandiri, Ponggok Village, District Polanharjo, Klaten regency. BUMDes Tirta Mandiri selected as a research site for the reason that this BUMDes has been established since 2009 and still survive to this day. The method used in this research is descriptive qualitative method. This method was chosen because it is deemed able to explain the phenomenon is complex and in-depth research. In this research, social capital can be utilized by BUMDes Tirta Mandiri. Researcher divided the utilization of social capital into three elements, namely network, norm, and trust. At the network element, the use of social capital is reflected in the use of the internal network and external networks. The internal network is able to support financial capital of BUMDes, while external networks used proportionately. On the norm element, the norm is divided into two meanings, that is, as a rule, and as reciprocity. Norms as a rule able to be a ‘network security’ between network so that it remains conducive. This norm is reflected in the AD / ART BUMDes. While norm of reciprocity used in two forms, namely the balanced reciprocity through shares system and generalized reciprocity through the provision of benefits by BUMDes to the local community, such as the scholarship program 1 house 1 student. The element of trust is key for the sustainability of BUMDes because it is able to bind tissue in it. Trust arose through three ways, namely tangible results of BUMDes, the role of the village head, and the norms agreed upon. Nonetheless, the use of social capital have yet to be optimized. This is reflected in the findings of the dark side of social capital in the implementation of BUMDes. This dark side can be seen on the network element where the inequalities of network owned between people creates inequity and asymmetrical relationship.

Kata Kunci : BUMDes, modal sosial, jaringan, norma, kepercayaan