Laporkan Masalah

PEMBANGUNAN DAN PEMEKARAN DESA AMBARAWA, KECAMATAN AMBARAWA PROPINSI LAMPUNG: DARI SEBUAH DESA HINGGA MENJADI 3 PEKON (1966-2015)

RINALDI SETIAWAN, Nur Aini Setiawati, Ph. D.

2017 | Skripsi | S1 ILMU SEJARAH

Fokus penelitian ini adalah tentang pembangunan yang terjadi di Desa Ambarawa. Desa Ambarawa merupakan desa bentukan dari kolonisasi marga Way Lima. Pembangunan di Desa Ambarawa terus berlangsung hingga sekarang, baik dari pembangunan infrastrukturnya maupun sumber daya manusianya. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang memanfaatkan sumber primer maupun sekunder. Sumber Primer berupa arsip serta hasil wawancara. Sedangkan sumber sekunder berupa buku dan hasil penelusuran di internet. Pemilihan batasan tahun adalah 1966-2015. Hal ini didasarkan atas pertimbangan pada tahun 1966 merupakan tongak lahirnya Orde Baru yang disebut-sebut sebagai orde pembangunan di Indonesia. Tahun 2015 dipilih karena pembangunan di Desa Ambarawa masih terus berlangsung, namun pada tahun 2015 Desa Ambarawa sudah terpisah menjadi 3 buah pekon. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Desa Ambarawa awalnya merupakan sebuah rawa yang kemudian dibangun oleh masyarakat pendatang yang merupakan orang-orang bersuku Jawa berlogat Banyumasan. Pembangunan pesat terjadi di Desa Ambarawa ketika Orde Baru berkuasa di Indonesia. Infrastruktur berkembang dengan mantap pada masa Pemerintahan Presiden Soeharto. Berbagai kebijakan yang dicanangkan oleh Pemerintah juga memberikan dampak positif di masyarakat, tetapi beberapa kebijakan juga ada yang tidak sesuai untuk diterapkan di Desa Ambarawa. Selain pihak Pemerintah, masyarakat dan pihak swasta pun tidak memberikan sumbangan yang sedikit bagi pembangunan desa. Pada era reformasi Desa Ambarawa kemudian dimekarkan sebanyak dua kali dan penyebutan dengan istilah pekon mulai berlaku seiring dengan otonomi daerah. Pada era reformasi, beberapa kebijakan Pemerintah juga sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dengan dimekarkannya Pekon Ambarawa menjadi tiga diharapkan masing-masing pekon dapat mengoptimisasi potensinya masing-masing.

The focus of this research is about the development that occurred in the village of Ambarawa. Ambarawa Village is a village of colonization clan formation Way Lima. Rural Development in Ambarawa still continues until now, both of infrastructure and human resources. This study uses historical method that utilizes primary and secondary sources. Primary sources such as archives and interviews. While secondary sources such as books and search results on the Internet. Election-year limit is 1966-2015. It is based on the consideration in 1966 is a milestone in the birth of the New Order called the order of development in Indonesia. 2015 selected for development in the village of Ambarawa is still ongoing, but in 2015 the village has been divided into three Pekon Ambarawa. The results of this study indicate that the village of Ambarawa originally a swamp which was then built by the immigrants who are people of Javanese ethnicity Banyumasan accent. The rapid development occurred in the village of Ambarawa when New Order reigns in Indonesia. Infrastructure grown steadily during the reign of President Soeharto. The policies proposed by the Government is also a positive impact on society, but also there are some policies that are not appropriate to be applied in the village of Ambarawa. In addition to the Government, the public and the private sector did not contribute little to the development of the village. In the reform era, village Ambarawa then divided twice and the mention of the term pekon come into force in line with regional autonomy. In the reform era, some government policies also affect people's lives. With Pekon Ambarawa divided into three parts each pekon expected to be able to optimize the potential of each.

Kata Kunci : pembangunan dan pemekaran, Desa Ambarawa, kebijakan Pemerintah.

  1. S1-2017-305122-abstract.pdf  
  2. S1-2017-305122-bibliography.pdf  
  3. S1-2017-305122-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2017-305122-title.pdf