PEMBERITAAN BUPATI BANTUL PASCA PILKADA 2015 DALAM SURAT KABAR: Analisis Framing Tokoh Suharsono dan Sri Suryawidati Pasca Pilkada Bantul 2015 pada Kedaulatan Rakyat, Tribun Jogja, Harian Jogja dan Koran Sindo periode 9 Desember 2015-20 Februari 2016

BELINDA FEBRI RAHMAWATI, Lisa Lindawati, S.I.P, M.A

2017 | Skripsi | S1 ILMU KOMUNIKASI

Dengan diumumkannya dua pasangan calon bupati dan wakil bupati, maka rangkaian Pilkada Serentak 2015 di Kabupaten Bantul resmi dimulai. Calon bupati (cabup) dan calon wakil bupati (cawabup) dengan nomor urut 1 (satu) diisi oleh pasangan Suharsono dan Abdul Halim Muslih yang diusung oleh Partai Gerindra dan PKS serta mendapatkandukungan langsung dari Partai Demokrat. Sedangkan nomor urut 2 (dua) diduduki oleh Petahana Bupati Bantul Sri Suryawidati dan Misbakhul Munir yang didaftarkan langsung oleh Partai Nasdem dan PDIP. Perbedaan kekuasaan di daerah Bantul yang terjadi pada calon Bupati Bantul dan Bupati Petahana membuat Pilkada 2015 semakin menarik. Sri Suryawidati diuntungkan dengan kepemilikan keluarga suaminya, Keluarga Samawi atas saham di Kedaulatan Rakyat diharapkan dapat memperlancar proses kampanyenya. Di sisi lain, munculnya kasus korupsi yang melanda Keluarga Samawi menjadi keuntungan bagi pihak Suharsono. Tanpa susah payah, beberapa media telah menggiring opini masyarakat terhadap Keluarga Samawi melalui berita korupsi yang mereka terbitkan. Hingga hasil Pilkada 2015 diumumkan, Suharsono mampu merebut tahta Sri Suryawidati dengan mengumpulkan 261.412 suara atau 52.80% dari keseluruhan suara. Kemudian representasi sosok Suharsono dan Sri SUryawidati pasca Pilkada 2015 pada penelitian ini akan dianalisis menggunakan metode analisis framing oleh Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki. Analisis dilakukan dengan menggunakan perangkat yang meliputi struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematis dan struktur retoris.

The two candidates of Bupati and Wakil Bupati Bantul in have been announced. Then, the period of Bantul District Election officially started. Candidate number 1 is filled by Suharsono and Abdul Halim Muslih whom promoted by Gerindra Party and PSK then got a direct support from Demokrat Party. While the Candidate number 2 occupied by the incumbent regent Sri Suryawidati and Misbakhul Munir who registered directly by Nasdem Party and PDIP. The differences power between the first candidate and the incumbent make the Election 2015 more attractive. Sri Suryawidati, who benefited from her husband's family ownership, Samawi Family, on shares in the news paper called Kedaulatan Rakyat was expected to expedite the process of the campaign. On the other hand, the emergence of corruption cases which struck Samawi Family been a boon for the Suharsono. Without any extra effort, many media have led public opinion against corruption Family Samawi through the news they publish. Until the 2015 elections was announced, Suharsono able to seize the throne of Sri Suryawidati by collecting 261 412 votes or 52.80% of the overall vote. Then the figure representation of Suharsono and Sri Suryawidati after the elections in 2015 in this study will be analyzed using analytical methods of framing by Zhondang Pan and Gerald M. Kosicki. The analysis was performed by using a device that includes syntactic structure, the structure of the script, thematic structure and rhetorical structure. Keywords: Bantul District Elections 2015, Framing Analysis of Bantul Election 2015, Suharsono's figure, Sri Suryawidati's figure.

Kata Kunci : Pilkada Bantul 2015, Analisis Framing Pilkada Bantul, Sosok Suharsono, Sosok Sri Suryawidati