Laporkan Masalah

Membangun Kesetaraan Relasi Gender : Studi Kasus Empat Perempuan Buruh Gendong dalam Rumah Tangga di Yoyakarta

FITRAYANI DIAN ROSITA DEWI, Dr. Bambang Hudayana, M.A

2017 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYA

Persoalan kesetaraan gender muncul dalam bingkai relasi antara suami vs istri dalam rumah tanggamenjadi salah satu topikperhatian YASANTI sebagai LSM yang bergerak di bidang pemberdayaan perempuan buruh gendong pasar. Perempuan terjebak dalam kondisi beban kerja ganda, bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga serta menjaga keutuhan rumah tangga. Suami sebagai kepala keluarga memiliki kecenderungan dominasi terhadap posisi serta peran perempuan dalam mengelola rumah tangga. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana relasi gender suami dan istri dan pengaruh pemberdayaan terhadap relasi gender tersebut dalam rumah tangga buruh gendong. Program pemberdayaan buruh gendong terdiri dari tiga elemen yang diutamakan yakni pendidikan/penyadaran, advokasi, dan pengorganisasian. Ketiga elemen tersebut dalam prakteknya memiliki sifat yang berkesinambungan. Penelitian ini dilakukan selama enam bulan terhitung sejak Bulan Oktober 2016 hingga Januari 2017. Peneliti menggunakan metode kualitatif yakni wawancara mendalam maupun bebas di Pasar Giwangan dengan empat buruh gendong perempuan dan empat suami di rumah buruh gendong dan di pasar. Selain wawancara, peneliti juga melakukan observasi partisipasi dengan mengikuti serangkaian kegiatan buruh gendong di Pasar Giwangan seperti bekerja, pertemuan pengurus, pertemuan paguyuban, dan pengajian. Peneliti juga merujuk pada studi pustaka dengan membaca literatur yang disediakan oleh perpustakaan YASANTI maupun perpustakaan kampus. Penelitian ini ditulis untuk memetakan peran gender laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga buruh gendong dan mengetahui pengaruh dan perubahan relasi suami vs istri kearah kesetaraan gender. Dengan menggunakan teori Foucault knowledge is power (pengetahuan adalah kekuasaan) maka dapat diterangkan bahwa pendidikan buruh gendong berpotensi meningkatkan pengetahuan perempuan tentang hak-haknya dan tindakan sosial yang dapat memperkuat hubungan setara dengan laki-laki. Perubahan tersebut dilihat dari 3 kategori yang muncul dalam penelitian yakni hak ekonomi, hak sosial, dan hak rumah tangga. Puncak dari tercapainya kesetaraan gender antara suami vs istri adalah keikutsertaan keduanya dalam proses pengambilan keputusan. Hasil studi menemukan bahwa pemberdayaan pada perempuan yang dilakukan pada buruh gendong memberikan pengaruh pada pengelolaan rumah tangga yang berjalan secara egaliter dengan terpenuhinya ketiga hak tersebut. Studi menunjukkan bahwa laki-laki yang memiliki pendidikan lebih tinggi atau profesi yang lebih mapan akan memiliki kecenderungan untuk mendominasi peran dan melemahkan posisi istri dalam rumah tangga.YASANTI sebagai lembaga swadaya masyarakat pertama yang lahir di Indonesia akan lebih baik lagi jika mengikutsertakan laki-laki dalam pemberdayaan perempuan khususnya kesetaraan gender.

Gender equality issues emerged in the frame of gender relations between husband and wife in the household to be one topic of concern Yasanti as NGOs working in the field of women's empowerment labor market porters. Women trapped in the double workload conditions, working to meet the needs of family life as well as maintaining the integrity of the household. The husband as head of the family has a tendency of domination of the position and role of women in managing the household. The question that arises then is how gender relations of husband and wife and empowerment influence gender relations in the households of workers carrying. Carrying workers empowerment program consists of three elements namely the preferred educational / awareness, advocacy and organizing. All three of these elements in practice have a continuous nature. This study was conducted over six months, starting from October 2016 to January 2017. The researchers used qualitative methods dept interviews as well as free in the Market Giwangan with workers porters four women and four laborers carrying a husband at home and in the marketplace. In addition to interviews, the researchers conducted observations of participation by following a range of activities in the Market Giwangan porters workers. Researchers also refers to the study of literature by reading the literature provided by the library Yasanti.The study was to map the gender roles of men and women in the household labor and carrying and determine the effect of changes in the relationship of husband and wife towards gender equality. By using Foucault's theory knowledge is power (knowledge is power), it can be explained that the education workers porterts the potential to increase women's knowledge of their rights and social actions that can strengthen relationships with the male equivalent. The changes were seen from three categories that appear in the study of economic rights, social rights, and the rights of the household. The pinnacle of achievement of gender equality between husband and wife vs. its participation both in the decision making process. The study found that women's empowerment conducted on workers porters an influence on household management run by fulfilling three egalitarian rights. Studies show that men who have a higher education or profession more established will have a tendency to dominate and weaken the role of wife's position in the household. Yasanti as the first non-governmental organization that was born in Indonesia would be better if involve men in the empowerment of women, especially gender equality.

Kata Kunci : buruh gendong, pemberdayaan perempuan, YASANTI, rumah tangga./porters workers, women's empowerment, Yasanti, household.

  1. S1-2017-347774-abstract.pdf  
  2. S1-2017-347774-bibliography.pdf  
  3. S1-2017-347774-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2017-347774-title.pdf