HUBUNGAN PENGALAMAN OPERASI KATARAK DENGAN HASIL PERBEDAAN VISUS AKHIR PASCA OPERASI ANTARA RESIDEN MAGANG DENGAN MANDIRI PADA BAKTI SOSIAL PERDAMI DIY

MUHAMMAD ADRIYANTO, Prof. dr. Suhardjo, SU, Sp.M(K); dr. Widyandana, MHPE, Ph.D

2017 | Skripsi | S1 PENDIDIKAN DOKTER

Latar Belakang: Katarak adalah penyebab utama kebutaan dan gangguan pengelihatan di dunia. Indonesia merupakan negara dengan angka kebutaan karena katarak tertinggi di asia ternggara dan ketiga di dunia. Menurut Laporan Riset Kesehatan Dasar , RISKESDAS tahun 2013 Prevalensi katarak dari total masalah kesehatan mata adalah 1,8% dan menempatkan katarak termasuk penyebab kebutaan tertinggi di Indonesia. Hingga saat ini, penanganan utama bagi penderita katarak adalah operasi. Tetapi sekitar 90% penderita katarak tidak menerima penanganan yang tepat karena mereka tidak mampu membayar biaya operasi. Oleh karena itu, acara operasi katarak massal yang terjangkau untuk mereka menjadi solusi yang terbaik. Tujuan: Mengevaluasi hasil operasi katarak dengan membandingkan visus postoperasi dan mengevaluasi peningkatan kemampuan operator seiring bertambahnya pengalaman operasi. Metode: Penelitian ini menggunakan Retrospective studi dengan design observasional studi. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan data kuantitatif yang diambil dari rekam medis pada acara Bakti Sosial PERDAMI DIY tahun 2016. Dari 437 populasi terjangkau yang menjalani operasi katarak, terdapat 100 pasien yang masuk kriteria inklusi sehingga ditetapkan sebagai subjek penelitian. Analisis data dilakukan dengan uji komparatif Mann Whitney. Hasil: 100 subjek penelitian operasi katarak adalah sebagian besar berjenis kelamin pria (54 pasien, 54%) dengan kisaran usia 22 sampai 86 tahun (67,0 ± 10,3). Kelompok residen dibagi menjadi 2 yaitu residen magang dan residen mandiri. Uji komparatif Mann Whitney menunjukan tidak terdapat perbedaan tajam penglihatan pasca operasi yang signifikan secara statistik antara 2 kelompok residen yang menjadi operator operasi katarak (p = 0,710). Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan tajam penglihatan pasca operasi katarak antar kelompok residen program pendidikan dokter spesialis ilmu kesehatan mata (p = 0,710).

Background: Cataract is the leading cause of blindness and impaired vision around the world. Indonesia is the country with the highest number of blindness due to cataract in south east asia and the third in the world. According to the basic health research report (Riskesdas) in 2013, the prevalence of cataract from total eye health problem is 1.8% and put cataract the highest cause of blindness in Indonesia. Recently, the primary treatment for patient with cataract is surgery. However, approximately 90% of the patient did not recive proper treatment because they cannot afford the cost of cataract surgery. Therefore, a mass cataract surgery that is affordable for them can be the best solution. Aim: To evaluate the result of cataract surgery by comparing the visual acuity after surgery and to evaluate the ability of the operator with the increasing operating experience. Method: This research used a retrospective study with observasional design. This analytical research using quantitative data from medical record in mass cataract surgery by PERDAMI DIY 2016. From 437 afford population that had cataract surgery, only 100 fulfil the criteria thus fixed as research subject. Data analysis is done with the comparative test Mann Whitney. Result: 100 research subject consist mostly of 54 men participant (54%) with the range of age from 22 to 86 years old (67,0 ± 10,3). Resident group is devided into 2 group, young resident and old resident. Mann Whitney comparative test show theres no difference in visual acuity after surgery that statistically significant between 2 groups of resident who become the operator of cataract surgery (p = 0.710). Conclusion: There is no difference in visual acuity after cataract surgery between group of opthalmologist resident (p = 0.710).

Kata Kunci : operasi katarak, residen mata, peningkatan tajam penglihatan