Laporkan Masalah

MADOANG DAN TOMA RAPU SEBAGAI KESADARAN TRANSENDENTAL SISTEM TONDOK (PERMUKIMAN) DI LEMBANG SILLANAN KABUPATEN TANA TORAJA

IMAM INDRATNO, Prof. Ir. Sudaryono, M. Eng., PhD ; Prof. Ir. Bakti Setiawan, MA., PhD ; Ir. Kawik Sugiana, PhD

2017 | Disertasi | S3 ILMU ARSITEKTUR

Eksplorasi dimensi transendental merupakan wacana yang sangat menarik di tengah penggunaan paradigma positivistik, rasionalistik, dan kritis yang telah berkembang sebelumnya. Fenomenologi mulai mengisi bagian paradigma perencanaan pada dua dekade belakangan. Fenomenologi meletakkan kesadaran transendental sebagai obyek kajian. Kesatuan subyek dan obyek dalam memandang realitas telah mentransformasi pandangan positivisme yang memiliki konsep dualitas realitas. Tujuan penelitian berusaha menggali makna ruang yang menjadi tantangan dalam mengembangkan integrasi teori lokal dalam bidang perencanaan. Fenomena pola tongkonan yang unik di Tangnga Tondok, Lembang Sillanan, Kabupaten Tana Toraja menjadi obyek penelitian yang sangat menarik. Dengan pendekatan fenomenologi transendental Husserl, penelitian berusaha mengungkap konsep bermukim lokal berbasis budaya tongkonan. Tujuh tema dalam penelitian, yaitu : pergeseran peradaban, perkembangan tondok , kebudayaan berbasis tongkonan, pergeseran peran dalam tongkonan, pertemuan dua identitas, psikologi budaya dalam tatanan keruangan, dan mistisisme ruang telah membangun tiga konsep dasar bermukim di Lembang Sillanan. Tiga konsep dasar tersebut adalah : silau'na, toma'rapu, dan madoang. Dari ke-tiga konsep dihasilkan teori sistem tondok yang menunjukkan bahwa realitas tongkonan terbentuk atas dua lapisan ruang yaitu lapisan horisontal dan lapisan vertikal. Pada lapisan horisontal terdapat ruang sakral pada Tongkonan Doa sedangkan pada lapisan vertikal terdapat empat lapisan (silau'na) yang berbentuk holarki yaitu : ruang tondok , ruang ada', ruang aluk, dan ruang penawa. Adapun spirit kebudayaan berbasis tongkonan dibangun oleh kecintaan kepada leluhur (madoang) sebagai bentuk kesadaran transendental individu dan persekutuan atau persaudaraan (toma'rapu) sebagai bentuk kesadaran transendental komunal. Pada bagian akhir dialog teori penelitian memberikan sebuah gagasan tentang perencanaan integratif transendental. Gagasan perencanaan integratif transendental merupakan konstruksi dari berbagai paradigma, teori perencanaan, teori lokal maupun teori sistem tondok . Dalam perencanaan integratif transendental obyek perencanaan dilihat sebagai hirarki kesadaran yang bersifat holon. Holon artinya antar dimensi tidak ada segregasi tetapi dimensi yang lebih tinggi melingkupi dimensi yang lebih rendah. Obyek perencanaan dalam perencanaan integratif transendental dipandang dari dimensi yang bersifat tangible intangible maupun dimensi eksoteris yang bersifat sentrifugal esoteris yang bersifat sentripetal.

Exploration of transcendental dimension is a very interesting discourse in the mid of the paradigm of positivistic, rational, critical which had been developed previously. Phenomenology has been filling in the planning paradigm since the last two decades. Phenomenology laid the transcendental consciousness as the object of study. The unity of subject and object in views the reality has transformed the view of positivism that posses a concept of duality of reality. The goal of research tried to explore the meaning of space is a challenge in developing the theory of local integration in the field of planning.. A unique phenomenon of tongkonan patterns in Tangnga Tondok , Lembang Sillanan, Tana Toraja became a very interesting object of research. By the approach of Husserl transcendental phenomenology, the study tried to reveal the concept of culture-based local settlement of tongkonan. Seven themes in the study, namely: the shift of civilization, the development of tondok , tongkonan-based culture, a shift in the role of tongkonan, the meeting of two identities, cultural psychology in order to space, and mysticism have a space to build the three basic concepts settled in Lembang Sillanan. Three basic concepts are: the silau'na, toma'rapu, and madoang. From the three concepts, there had been generated the tondok systems theory which suggests that the reality of tongkonan is formed of two layers, namely the horizontal and vertical space layers. The horizontal layer contains a sacred space in Tongkonan Doa' while in the vertical layers there are four layers (silau'na) shaped in holarchy namely: Tondok space, ada' space, aluk space, and penawa space. The spirit of tongkonan-based culture was built by devotion to the ancestors (madoang) as a form of transcendental consciousness of the individual and the fellowship or brotherhood (toma'rapu) as a form of communal transcendental consciousness. At the end of the theory dialogue, the research gives an idea about the transcendental integrative planning. This idea is construction of various paradigms, planning theory, the theory of local and tondok systems theory. In the integrative transcendental planning, the object is seen as a hierarchy of conciousness which is holon. Holon means there is no segregation between dimensions but higher dimension surrounds the lower dimension. Object of planning in the integrative transcendental planning is viewed both from the tangible - intangible dimensions and from the exoteric dimensions that are centrifugal - centripetal esoteric of nature.

Kata Kunci : tongkonan, fenomenologi, sistem tondok , perencanaan integratif transendental

  1. S3-2017-324291-tableofcontent.pdf