BARAS, SAKE DA MANYAMANAGIH (SEHAT, SAKIT DAN KENYAMANAN) : KAJIAN ETNOMEDISIN JAMU DI BANGKALAN MADURA
EKNA SATRIYATI, Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra, M.A.,M.Phil.
2017 | Disertasi | S3 AntropologiMinum jamu bagi masyarakat di Indonesia menjadi tradisi yang turun temurun. Salah satu jamu yang terkenal di Indonesia adalah jamu Madura. Berbagai penelitian dan kajian tentang jamu Madura telah dihasilkan, hampir keseluruhan mengkaji mengenai fungsi, manfaat dan nilai ekonomis jamu. Namun belum ada yang mengkaji mengenai alasan sosial budaya pemertahanan tradisi jamu pada masyarakatnya. Studi ini mengkaji pengetahuan lokal jamu dan alasan pemertahanan tradisi jamu Madura pada masyarakat kabupaten Bangkalan melalui pandangan pengguna dan peramu jamu. Tujuannya untuk memahami dan menjelaskan pengetahuan lokal tentang sehat, sakit, cara penyembuhan dan cara meramu jamu serta mengetahui alasan mengapa tradisi jamu digunakan sebagai pilihan utama etnomedisin. Wilayah penelitian dipilih kabupaten Bangkalan yang jarang dikaji pengetahuan lokalnya dalam bidang etnomedisin. Guna mencapai tujuan penelitian maka studi ini menggunakan kualitatif deskriptif dengan kajian etnomedisin dan fokus fenomenologi tradisi jamu. Etnomedisin digunakan guna mengungkap pengetahuan lokal konsep kesehatan dan pilihan tindakan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan. Fenomenologi difokuskan terhadap manyamanagih (kenyamanan) sebagai alasan pemertahanan tradisi jamu pada masyarakat Bangkalan. Teknik pemerolehan data dengan observasi terlibat dan wawancara pada informan yang telah dipilih sesuai kriteria. Pemaparan data menggunakan etnografi dan analisis data menggunakan deskriptif kualitatif. Hasil studi menjelaskan bahwa pandangan tentang sehat, sakit, cara menyembuhkan sakit dan tatacara meramu jamu merupakan pengetahuan lokal yang dipercaya oleh masyarakat Bangkalan guna mengatasi permasalahan kesehatan badan dan batin. Jamu menjadi simbol keseimbangan kesehatan badan dan batin bagi masyarakat Bangkalan sehingga menimbulkan rasa manyamanagih (kenyamanan) secara dibik (diri sendiri) dan sosial (keluarga dan masyarakat). Manyamanagih dibik (kenyamanan diri) merupakan kondisi nyaman pada badan, batin dan aktivitas hubungan suami-istri yang dirasakan setelah mempercayai dan melakukan tradisi jamu Madura. Manyamanagih sosial (kenyamanan sosial) merupakan kondisi nyaman pada badan dan batin karena diterima dan didukung tretan (keluarga) dan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan. Manyamanagih dibik (kenyamanan diri) dan manyamanagih sosial (kenyamanan sosial) merupakan nilai kepuasan individu sekaligus kontrol sosial terhadap tradisi yang menjadi kesadaran kolektif masyarakat di Bangkalan. Manyamangih atau kenyamanan menjelaskan bahwa kebenaran pada satu tradisi etnomedisin membutuh pengakuan secara utuh pada penganutnya. Pengakuan dibuktikan secara empiris dengan badan yang sehat dan non empiris dengan rasa kenyamanan. Berdasarkan temuan di atas, studi ini menawarkan aspek baru dalam penelitian etnomedisin yang selama ini hanya berkutat pada pemaknaan upaya teknologi dan pengetahuan lokal dalam kesehatan badan atau tubuh saja tanpa memperhatikan aspek batin/psikis masyarakat penganutnya. Aspek batin/psikis dikaji bersama aspek badan/fisik dalam terapan etnomedisin sehingga makna selanjutnya mampu mengungkap alasan kebertahanan tradisi masyarakat. Pada etnomedisin jamu di Bangkalan, manyamanagih (kenyamanan) merupakan aspek batin/psikis yang dianut, dipercaya dan dipertahankan dalam sebagai tradisi merawat dan mengatasi masalah kesehatan.
Drinking herbal medicine for people in Indonesia became hereditary tradition. One famous herbal medicine is herbal Madura in Indonesia. Various research and studies on herbs Madura has generated, almost entirely reviewing the functions, benefits and economic value of herbs. But there is no reason that examines the social and cultural preservation of herbal traditions in society. This study investigates the local knowledge of herbal medicine and herbal medicine traditions preservation reasons in the public Bangkalan Madura through the views of users and gatherers of herbs. The goal is to understand and explain the local knowledge of healthy, sick, cures and how to mix herbs and find out the reasons why the tradition of herbal medicine is used as the main option ethnomedicine. Research areas were selected Bangkalan rarely studied local knowledge in the field of ethnomedicine. In order to achieve the research objectives, this study used a qualitative descriptive study and focus phenomenology. Ethnomedicine used to uncover the local knowledge of the concept of health and community choice of action in addressing health issues. Phenomenology is focused on manyamanagih (comfort) as the reason for retention of traditional herbal medicine in the public Bangkalan. Techniques involved the acquisition of data through observation and interviews on informants who have been selected according to the criteria. Exposure data using ethnographic and qualitative data analysis using descriptive. The study explains that the view of healthy, sick, how to heal pain and procedures for gathering herbs is local knowledge that is trusted by the public Bangkalan to overcome physical and mental health problems. Jamu become a symbol of the balance of physical and mental health for the people of Bangkalan, causing a sense manyamanagih (comfort) is dibik (self) and social (family and community). Manyamanagih dibik (self-comfort) is a comfortable condition in the body, the mind and the activity of conjugal relationship that is felt after believing and do traditional herbs Madura. Manyamanagih social (social comfort) is a comfortable condition on the body and mind of being accepted and supported tretan (family) and communities in addressing health issues. Manyamanagih dibik (self-comfort) and manyamanagih social (social comfort) are value of individual satisfaction and control of social traditions that become a collective awareness in Bangkalan. Manyamangih or comfort explain that the truth in the tradition ethnomedicine are need for recognition in their entirety on its adherents. Recognition proved empirically with a healthy body and a non-empirical with a sense of comfort. Based on the above findings, the study offers new aspects in research ethnomedicine, during which only dwell on the meaning efforts of technology and local knowledge in the health of the body or body without the aspect of mental / psychic community adherents. The inner aspect / psychic studied together aspects of body / physical in ethnomedicine applied so as meaning further able to uncover the reasons survival tradition. In Ethnomedicine herbs in Bangkalan, manyamanagih (comfort) is the inner aspect / psychic professed, believed and maintained in a tradition of caring for and cope with health problems.
Kata Kunci : Etnomedisin, Jamu Madura, Sehat-Sakit, Kenyamanan.