PEMETAAN ZONA KERENTANAN GERAKAN MASSA DI KABUPATEN JEPARA, PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

YOGI TRIYA KUSUMA, I Gde Budi Indrawan, S.T., M.Eng., Ph.D.

2017 | Skripsi | S1 TEKNIK GEOLOGI

Perencanaan pengembangan wilayah suatu daerah akan membutuhkan informasi mengenai daerah-daerah yang memiliki potensi sebuah bencana, salah satunya adalah gerakan massa. Data yang dihimpun oleh BAPPEDA Jepara, pada tahun 2014 telah terjadi delapan gerakan massa pada empat desa yang menimbulkan 24 rumah rusak, enam jalan rusak, dan satu korban jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan zona kerentanan gerakan massa di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah dengan menggunakan parameter berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No 1452K/10/MEM/2000 tanggal 3 November 2000, dimana parameter tersebut adalah kemiringan lereng, litologi, struktur geologi, dan tata guna lahan. Metode yang digunakan adalah pengamatan fisik di lapangan dan perhitungan bobot parameter menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil pengamatan secara kualitatif, pada daerah penelitian dijumpai 103 titik gerakan massa. Satuan kemiringan lereng daerah penelitian adalah 0o-8o, 8o-16o, 16o-35o, 35o-55o, dan >55o. Satuan litologi yang terbagi menjadi Satuan batugamping, Satuan batupasir, Satuan andesit Genuk, Satuan andesit Muria, Satuan breksi, dan Endapan aluvial. Struktur geologi yang dijumpai di lapangan berupa kekar dan kelurusan. Tata guna lahan wilayah Kabupaten Jepara berupa permukiman, perkebunan, persawahan, dan hutan. Berdasarkan hasil overlay terhadap keempat parameter tersebut, daerah penelitian dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona kerentanan gerakan massa tinggi (16,49%), zona kerentanan gerakan massa sedang (30,67%), dan zona kerentanan gerakan massa rendah (52,84%). Sebagai verifikasi, pada zona kerentanan tinggi terdapat 63 titik gerakan massa, zona kerentanan sedang terdapat 32 titik gerakan massa, dan zona kerentanan rendah terdapat 8 titik gerakan massa.

Regional development planning will needs information on areas that have potential for a disaster, which is a mass movement. Data compiled by BAPPEDA Jepara, in 2014 there has been eight mass movements in four villages that cause 24 homes were damaged, six damaged roads, and one death. This study aims to determine the zone of vulnerability of the mass movement in Jepara regency, Central Java Province using the parameters based on the Decree of the Minister of Energy and Mineral Resources No. 1452K/10/MEM/2000 dated November 3, 2000, where the parameters are the slope, lithology, geological structure and land use. The method is used physical observations in the field and calculation parameters using Analytical Hierarchy Process (AHP). Based on qualitative observations, in the research area is found 103 point of mass movement. The slope area of research is 0o-8o, 8o-16o, 16o-35o, 35o-55o, and > 55o. Lithologic unit is divided into unit of limestone, sandstone unit, unit of Genuk andesite, unit of Muria andesite, breccia unit, and alluvial sediments. Geological structures that found in the field are joints and straightness. Land use of Jepara regency are the resident, plantation, rice field and forest. Based on the results of the overlay from these parameters, the study area was divided into three zones, namely the susceptibility zone of high mass movement (16,49%), the susceptibility zone of medium mass movement (30,67%), and the susceptibility zone of low mass movement (52,84%). For verification, the high susceptibility zone there are 63 points of the mass movement, the medium susceptibility zone there are 32 points of the mass movement, and low susceptibility zones are 8 points of the mass movement.

Kata Kunci : Kabupaten Jepara, kerentanan, gerakan massa, Analytical Hierarchy Process (AHP)