Hubungan Persepsi Stres dan Kadar Kortisol Saliva Terhadap Tekanan Darah Pada Remaja SMA di Kota Yogyakarta
UTSAMANI CINTYAMENA, Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH, Ph.D ; dr. Arta Farmawati, Ph.D
2017 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan MasyarakatLatar Belakang: Obesitas dapat menyebabkan tekanan darah tinggi sebagai manifestasinya. Faktor risiko yang berperan pada peningkatan prevalensi tekanan darah tinggi pada remaja adalah asupan makanan, aktivitas fisik, dan stres. Stres merupakan ketidakmampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya. Sedangkan persepsi stres adalah gambaran stres seseorang terhadap dirinya sendiri. Kortisol sebagai hormon stres mulai banyak diteliti terkait pengaruhnya dalam obesitas. Selain itu adanya rennin-angiotensin-system (RAS) dan hipotalamic-pituitary-adrenocortical (HPA) axis turut berperan pada kadar kortisol dalam mengatur tekanan darah. Tujuan Penelitian: Penelitian dilakukan untuk mengetahui perbedaan persepsi stres, kadar kortisol saliva, dan tekanan darah pada kelompok dengan dan tanpa obesitas. Selain itu untuk mengetahui hubungan persepsi stres dengan kortisol saliva, dan mengetahui hubungan kortisol saliva dan persepsi stres terhadap tekanan darah. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah observasional dengan desain cross sectional. Sebanyak 130 remaja SMA di Kota Yogyakarta dipilih secara multistage sampling. Data diperoleh melalui pengukuran antropometri dan tekanan darah, pengisian kuesioner PSS dan IPAQ, serta pemeriksaan kadar kortisol saliva. Analisis statistik dilakukan dengan software STATA versi 12. Hasil Penelitian: Prevalensi remaja obesitas di Kota Yogyakarta adalah 7,2% sedangkan prevalensi remaja SMA dengan tekanan darah tinggi adalah 12,3%. Remaja obesitas memiliki tekanan darah sistolik yang berbeda dibanding remaja tanpa obesitas (p<0,05), sedangkan persepsi stres dan kadar kortisol saliva tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Persepsi stres tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kadar kortisol saliva (p>0,05). Selain itu juga tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara kadar kortisol dan tekanan darah pada remaja dengan dan tanpa obesitas (p>0,05). Kesimpulan: Persepsi stres dan kadar kortisol saliva tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik.
Background: Increased blood pressure is one of manifestation on obesity which happened not only in adult but in adolescence also. Risk factors of increased blood pressure is perceived stress that can lead to salivary cortisol elevation. Stress is unability of people to adapt in the environment. Rennin-angiotensin-system (RAS) and hipotalamic-pituitary-adrenocortical (HPA) axis taking part in cortisol regulation to control blood pressure. Research about cortisol as stress hormone usually asosiated with obesity. Purpose: To know mean differences of perceived stress, salivary cortisol, and blood pressure between obes and non-obes group, and also to know association between perceived stress and salivary cortisol, association between salivary cortisol and blood pressure, association between perceived stress and blood pressure. Methode: This is observational research with cross sectional design on high school adolescents in Yogyakarta City. 130 students is recruited in this study by multistage sampling. Result: Prevalece of obesity in adolescent in Yogyakarta City is 7,2% while prevalence of adolescent with hypertension is 12,3%. Obese adolescents have different systolic blood pressure compared to adolescents without obesity (p<0,05), meanwhile perceived stress and salivary cortisol level shows no meaningful differences with nutritional status. Perceived stress doesn���¢�¯�¿�½�¯�¿�½t have association with salivary cortisol level (p>0,05). Besides, there is no association between salivary cortisol level and blood pressure in adolescents. Conclusion: Perceived stress and salivary cortisol level has no association with systolic and diastolic blood pressure.
Kata Kunci : Persepsi stres, kortisol saliva, tekanan darah, obesitas.