Laporkan Masalah

Kesadaran Adat Sebagai Perlawanan di Wilayah Sembilan Batin buka kurung Studi Kasus Strategi Suku Anak Dalam Batin Sembilan untuk Mempertahankan Tanah Adat di Desa Tanjung Lebar tutup kurung

AHMAD IHKSAN MUBAROK, Laksmi A. Savitri, M.A., Ph.D.

2017 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYA

Penguasaan negara atas tanah yang seolah-olah tidak bertuan dan belum dikelola untuk diberikan ke perusahaan agar menjadi lebih produktif seringkali menuai konflik dengan masyarakat adat yang telah lama menghuni tanah tersebut. Hal ini seperti yang terjadi pada tempat penelitian penulis, yakni di Desa Tanjung Lebar. Masyarakat adat yang telah lama hidup, menjaga tanah adat dan membangun Desa Tanjung Lebar dari waktu ke waktu selalu digempur oleh perusahaan yang selalu mencoba mengeksklusi mereka. Tak jarang masyarakat adat harus menerima kekalahan karena mereka berhasil tersingkir dari tanah yang direbut oleh perusahaan. Tulisan ini menggunakan gabungan beberapa teori tentang masyarakat asli olehHildred Geertz, eksklusi oleh Tania Li, kekerasan oleh Jamil Salmi dan resistensi oleh Hollander dan Einwohner yang menjadi sebuah konsep tentang lahirnya perlawanan masyarakat asli menggunakan adat sebagai respon serta strategi untuk kembali mendapatkan tanah adat dari proses eksklusi yang mayoritas menggunakan kekerasan. Teori-teori ini dikemas dalam kerangka pemikiran yang sejalan dengan metodologi kualitatif berupa teknik pengumpulan data lewat wawancara mendalam pada sejumlah informan yang dipilih secara purposif dan observasi partisipasi dari Juni hingga awal Agustus 2015. Teori dan metodologi yang dikemas menjadi kerangka pemikiran bertujuan untuk menjawab rumusan masalah secara deskriptif terkait bagaimana proses perebutan tanah terjadi? Pihak mana saja yang merebut tanah milik SAD dan bagaimana caranya? Lalu, bagaimana strategi kelompok masyarakat merebut kembali tanah tersebut? Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penguasaan tanah oleh perusahaan yang menggunakan paksaan (kekerasan) yang dilegitimasi oleh pemerintah dimulai saat Tanjung Lebar menjadi desa. Masyarakat adat yang merasa hak ulayat warisan puyang dan tanahnya terampas oleh perusahaan melakukan perlawanan untuk tetap bisa mengakses dan mempertahankan tanahnya. Cara yang mereka tempuh untuk melawan berupa kembali meneguhkan adat dengan merekonstruksi ulang adat agar mereka bisa beraliansi dengan pendatang untuk melakukan perlawanan secara terbuka dan tertutup. Masa yang banyak dari aliansi selain untuk melakukan perlawanan terbuka juga digunakan untuk mengklaim kembali tanah-tanah yang sudah diambil oleh perusahaan. Kata kunci : Perusahaan, eksklusi, masyarakat adat, tanah adat, resistensi

State’s authority of lands that are unclaimed and managed yet to be given to the company in order to be more productive often causes the conflict with the indigenous peoples who had been there for a long time. It as it happened in the place where the writer does the research, in Tanjung Lebar village. Indigenous peoples, who had already lived there, preserved indigenous land and built Tanjung Lebar village from time to time was attacked by the company that is always trying to exclude them. Not infrequently the indigenous peoples have to accept the defeat as they are knocked out of the land that is taken by the company. This paper uses a combination of several theories about the indigenous people by Hildred Geertz, exclusion by Tania Li, violence by Jamil Salmi and resistance by Hollander and Einwohner into a concept of the birth of indigenous resistance using traditional as well as the response strategy to regain ancestral lands of the process of exclusion that the majority of the use of violence. These theories are created in a framework that is consistent with the qualitative methodology such as data collection techniques through in-depth interviews on a number of informants selected purposively and participatory observation from June until August 2015. The theory and methodology that are created into the framework aims to answer the problem formulation descriptively related how the process of land grab going on? Anyone who compete for land and how the land grab is happened? And then, how is people’s strategy to reclaim their territory? The result of this study indicates that the authority of the land by the company which used force (violence) is legitimized by the government begun when Tanjung Lebar became a village. Indigenous peoples that think their right and their land are seized by the company take the fight in order they could still access and preserve their land. The way that is taken by them to fight is reaffirming tradition with reconstruct the tradition in order they could ally with the comer to do public transcript and hidden transcript. Many people from the alliance be sides to do public transcript they also used to reclaim lands that have been taken by the company Keywords: Company, exclusion, indigenous peoples, indigenous lands, resistance

Kata Kunci : Perusahaan, eksklusi, masyarakat adat, tanah adat, resistensi

  1. S1-2017-312349-abstract.pdf  
  2. S1-2017-312349-bibliography.pdf  
  3. S1-2017-312349-title.pdf