Laporkan Masalah

MINDFULNESS DALAM PEMAKNAAN HIDUP PELAKU JEMPARINGAN (PANAHAN TRADISIONAL GAYA MATARAMAN) MENGGUNAKAN PERSPEKTIF KAWRUH JIWA KI AGENG SURYOMENTARAM

RATNASARI PUTRI U, Prof., Drs., Koentjoro, M.BSc., Ph.D.

2017 | Tesis | S2 Psikologi

Tujuan penelitian ini adalah untuk membahas perspektif kawruh jiwa Ki Ageng Suryomentaram terhadap peran mindfulness dalam sinergi antara nilai-nilai filosofi jemparingan dan pemaknaan hidup pelaku jemparingan. Mindfulness adalah kemampuan individu dalam memberikan perhatian dan menyadari apa yang sedang terjadi saat ini tanpa bersikap reaktif terhadap keadaan tersebut. Di sisi lain, jemparingan tidak dapat dilepaskan dari kata manah yang dalam bahasa Jawa berarti 'hati' atau 'rasa' yang dalam kenyataannya hampir identik dengan 'pikir'. Itu artinya, pelaku jemparingan membutuhkan mindfulness dalam melakukan aktivitas jemparingan. Kawruh Jiwa Ki Ageng Suryomentaram digunakan sebagai dasar kajian ini karena ajaran tersebut sangat dekat dengan kehidupan tradisional masyarakat Yogyakarta. Selain itu, ajaran Kawruh Jiwa Ki Ageng Suryomentaram juga mengajarkan bagaimana mencapai mindfulness tanpa meditasi yaitu melalui olah rasa dan mawas diri. Kesamaan antara ajaran Kawruh Jiwa Ki Ageng Suryomentaram dan jemparingan terdapat dalam proses olah rasa. Jika olah rasa dalam ajaran kawruh jiwa Ki Ageng Suryomentaram didapat melalui proses menjalani hidup, maka proses olah rasa dalam jemparingan didapati melalui aktivitas seseorang mendalami jemparingan beserta filosofinya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif feno-etnografi karena didasari dua alasan. Pertama, pendekatan fenomenologi sebagai sebuah metode penelitian berfokus pada proses dan peristiwa interaktif melalui keterbukaan terhadap pengalaman individu, dapat membantu peneliti mengungkapkan makna, keistimewaan, esensi dari suatu pengalaman atau peristiwa yang dialami pelaku jemparingan dalam memaknai hidupnya melalui aktivitas jemparingan yang dilakoninya. Kedua, pendekatan etnografi yang merupakan kajian mendalam terhadap perilaku alami di suatu budaya atau kelompok sosial tertentu, dilakukan dengan menganalisis setiap aspek dan pengalaman hidup individu untuk menemukan pola-pola perilaku. Dua partisipan utama yang terlibat dalam penelitian ini adalah pelaku jemparingan yang berdomisili di Yogyakarta, dengan pengumpulan data yang diperoleh melalui metode observasi dan wawancara. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa filosofi dari berbagai simbol jemparingan mulai dari posisi duduk hingga melepas anak panah memiliki makna yang dapat digunakan para pelaku jemparingan untuk memaknai hidupnya. Sayangnya tidak semua pelaku jemparingan menyadari makna tersebut. Jika beragam makna tersebut disadari, maka pelaku jemparingan akan terbantu dalam memaknai hidupnya. Pada akhirnya, hanya ada dua pilihan bagi para pelaku jemparingan. Pelaku jemparingan secara mindfulness melakukan aktivitas jemparingan atau melalui jemparingan, para pelaku dapat menemukan mindfulness.

This study is about jemparingan. Jemparingan or Mataraman style traditional archery is one of traditional activities, centered in Keraton Kesultanan (Yogyakarta Royal Palace) and Pakualaman, Indonesia. The aim of this research was to discuss the perspective of Kawruh Jiwa Ki Ageng Suryomentaram (KAS) on 'mindfulness as the synergy between the philosophy of jemparingan and how the players of jemparingan valuing their life through the philosophy'. Kawruh Jiwa of KAS is closely related to Javanese traditional values. It is emphasizes on understanding important things that often determines people's ability to know and recognize their self/soul. Therefore Kawruh Jiwa was choosen to be the perspective of analysing mindfulness of Jemparingan players. This study used qualitative pheno-ethnography based on two reasons. First, the phenomenological approach as a method of research focuses on the processes and interactive events through the individual experience. Second, etnography approach as the extensive study towards natural behaviour in specific culture or certain social group enable this study to analyse individual experience in order to reveal the behaviour pattern. Two main participants involved in this research are jemparingan players and located in Yogyakarta, Indonesia. Data collection was done through observation and interviews. The results found that the philosophy of jemparingan has value that can be used by jemparingan players to give the meaning of their life. Unfortunately, not all of jemparingan players are aware about the philosophy of jemparingan. If the players aware about the philosophy, they will be able to find the meaning of life. Eventually, there are two choices for jemparingan players. They use mindfulness to do jemparingan or through jemparingan they found mindfulness.

Kata Kunci : Mindfulness, Pemaknaan hidup, Jemparingan, Kawruh jiwa Ki Ageng Suryomentaram

  1. S2-2017-339769-abstract.pdf  
  2. S2-2017-339769-bibliography.pdf  
  3. S2-2017-339769-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2017-339769-title.pdf