Laporkan Masalah

Pengaturan Hasil Multi Produk Hutan Tanaman Pinus dan Kontribusinya terhadap Masyarakat Desa Hutan (Kasus di Bagian Hutan Wadaslintang, KPH Kedu Selatan)

BEKTI LARASATI, Dr. Ir. Ris Hadi Purwanto, M.Agr.Sc.; Dr. Ir. Ronggo Sadono

2017 | Tesis | S2 Ilmu Kehutanan

Hutan tanaman pinus di Bagian Hutan (BH) Wadaslintang dapat dimanfaatkan untuk tujuan multi produk berupa getah, kayu dan simpanan karbon. Selain itu, hutan pinus juga berkontribusi bagi masyarakat desa hutan sebagai sumber penghasilan dari menyadap getah. Namun, kebijakan penetapan daur yang tidak mempertimbangkan faktor dinamika tegakan menjadi permasalahan dalam mencapai kondisi hutan yang lestari. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui skenario pengaturan kelestarian hasil hutan pinus yang optimal untuk tujuan multi produk berupa kayu, getah dan simpanan karbon di BH Wadaslintang dan (2) mengetahui kontribusi pengelolaan hutan tanaman pinus pada masyarakat desa hutan sebagai penyadap getah. Pendekatan simulasi dengan 5 skenario daur digunakan pada pengaturan multi produk hutan tanaman pinus. Kemudian metode deskriptif kualitatifkuantitatif digunakan untuk mengetahui kontribusi hutan pinus terhadap pendapatan penyadap getah pinus. Hasil simulasi menunjukkan bahwa skenario pengaturan hasil hutan pinus yang optimal untuk tujuan multi produk di BH Wadaslintang adalah dengan daur 35 tahun dan umur tebang minimum (UTM) 30 tahun. Estimasi rerata produksi getah dari KU III hingga KU VII (9.073,10 ha) yang dihasilkan adalah 10.361,66 ton/tahun, produksi kayu pada tebang habis akhir daur adalah 403.857,89 m3/tahun, dan simpanan karbon dalam tegakan adalah 183.346,14 ton/tahun. Selanjutnya, kontribusi pengelolaan hutan tanaman pinus pada masyarakat desa hutan yaitu berupa pendapatan dari kegiatan menyadap getah. Daur tegakan yang tepat dapat memaksimalkan produk getah sekaligus menjamin kelestarian produknya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa hutan. Dengan demikian, kebijakan penetapan daur sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat desa yang bergantung pada hutan melalui penyadapan getah pinus.

Pine plantations in Planning Unit (Bagian Hutan) Wadaslintang can be utilized for multy-product purposes such as gum rosin, wood, and carbon stock. In addition, pine plantations have contribution to local community as income source from gum tapping activity. However, the policy of forest rotation which do not consider the stand dinamyc becomes a problem on creating the sustainable forest condition. This study aims to (1) evaluate the optimal rotation for multy-product purposes that consist of wood, gum rosin, and forest carbon stock and (2) determine the contribution of pine plantation management toward local community as gumtapper. Simulation approach with various kinds of rotation scenario were used to evaluate the forest yield regulation. Furthermore, quantitative-qualitative description method were used to analyze the contribution of pine plantation to the local community. The simulation results show that the optimal scenario for multy-product purposes is 35 years rotation with minimum age cutting is 30 years old. The average production estimation of gum rosin from KU III until the end of rotation (9,073.10 ha) is 10,361.66 ton/years, wood production at the end cutting is 403.857,89 m3/ years, and carbon stock of pine stand is 183.346,14 ton/years. Moreover, the contribution of pine plantation to local community is a job opportunity as gumtapper. The optimal stand rotation can maximize the gum rosin yield and ensure its sustainability. Therefore, the policy of pine stand rotation has high dependency to the local community walfare due to their income depends on the gum tapping activity.

Kata Kunci : forest yield regulation, Pinus merkusii, multy-product, gum-tapper

  1. S2-2017-360116-abstract.pdf  
  2. S2-2017-360116-bibliography.pdf  
  3. S2-2017-360116-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2017-360116-title.pdf