Laporkan Masalah

GANGGUAN GASTROINTESTINAL SEBAGAI EFEK SAMPING TERAPI OBAT ANTI TUBERKULOSIS LINI DUA PADA PASIEN TUBERKULOSIS RESISTAN OBAT GANDA DAN TUBERKULOSIS RESISTAN OBAT GANDA KO-INFEKSI HIV DI RSUP DR. SARDJITO, YOGYAKARTA

DWI ULFA JUNIARTI, dr. E. Sumardi Sp. PD-KP; dr. Heni Retnowulan Sp. PD-KP

2016 | Skripsi | S1 PENDIDIKAN DOKTER

INTISARI Latar Belakang: Tuberkulosis resisten ganda terjadi karena adanya resitensi Mycobacterum tuberculosis terhadap Rifampicin dan Isoniazid(INH) baik dengan ataupun tanpa resistensi terhahadap Obat Antituberkulosis(OAT) lini satu yang lain. Pada tahun 2014 Indoneisa menduduki peringkat kelima. Terjadinya resistansi dapat dipengaruhi pengobatan yang tidak adekuat, kepatuhan yang buruk, administrasi dan frekuensi pemberian yang tidak sesuai serta ko-infeksi HIV. Penggunaan Anti Retroviral Therapy (ART) dan OAT lini dua dapat menyebabkan terjadinya interaksi antar kedua obat yang akan memperparah efek samping dan toksisitas dari masingmasing obat, sehingga terjadi overlapping toksisitas. Efek samping terbanyak yang terjadi adalah gangguan gastrointestinal dapat berupa mual, muntah, diare, nyeri abdomen dan dispepsia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan proporsi gangguan gastrointestinal akibat terapi obat anti tuberkulosis lini dua pada pasien tuberkulosis resisten obat ganda dan tuberkulosis resisten obat ganda ko-infeksi HIV. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain cohort retrospektif. Subjek penelitian adalah pasien TBRO ganda baik dengan ataupun tanpa ko-infeksi HIV yang ada pada poli paru penyakit dalam RSUP dr. Sardjito dari periode Januari 2009 sampai Desember 2015. Sebanyak 34 pasien memenuhi kriteria inklusi. Penelitian ini berlangsung sejak Juni-Desember 2016. Kemudian data akan dianalisis menggunakan metode Pearson Chi-square dan Exact Fisher Test. Hasil: Dari 34 sampel yang memenuhi kriteria inklusi didapatkan pasien TBRO ganda yang mengalami mual 61,8% (21 pasien), dispepsia 47,1% (16 pasien), muntah 38,2% (13 pasien), dan diare 5,9% (2 pasien), satu orang diantaranya memiliki status HIV positif, akibat penggunaan INH ( p-value= 1,000) dan PAS (p-value=0,217) ( p > 0,05). Kesimpulan: Penggunaan OAT lini kedua memiliki hubungan yang bermakna secara klinis terhadap terjadinya gangguan gastrointestinal walaupun tidak memiliki kebermaknaan secara statistik.

ABSTRACT Background: Multidrug resistance tuberculosis happens because the resistance of Mycobacterium tuberculosis to Rifampicin and Isoniazid with or without concurring resistance to other first line antituberculosis drugs. The incidence of resistance is influenced by inadequate therapy, poor compliance, unsuitable administration and frequency of the medication and HIV co-infection. The use of Anti Retroviral Therapy and second line antituberculosis drugs could cause interaction of both drugs which results in the worsening of side effects and toxicity, causing overlapping toxicity. The most common side effects are gantrointestinal disturbances such as nausea, vomiting, diarrhea, abdominal pain and dyspepsia. Objective : The aim of this research is to see if there is any difference in proportion of gastrointestinal disturbances as a side effect of second line antituberculosis drugs between patients with multidrug resistance tuberculosis and multidrug resistance tuberculosis with HIV co-infection. Method: : This research was conducted with cohort retrospective design. Subjects are multidrug resistance tuberculosis with and without HIV co-infection patients in Dr Sardjito Hospital from January 2009 to December 2015. There are 34 samples that fullfil the inclusion criteria. This research took place fom June until Nopember 2016. The data were analyzed with Pearson Chi-square method and Fisher Exact method. Result : From 34 samples that fullfil the inclusion criteria, patients MDR TB that experiencing nausea is 61,8% (21 patients), dyspepsia 47,1% (16 patients), vomit 38,2% (13 patients), and diarrhea 5,9% (2 patients), one of them with HIV positif status, from consumption INH ( p-value= 1,000) and PAS (p-value=0,217) ( p > 0,05) Conclusion: There is significant clinical relationship between second line antituberculosis drugs with the occurance of gastrointestinal disturbance, even though there is no statistical significance.

Kata Kunci : Tuberkulosis resiten ganda (TBRO), ko-infeksi HIV, efek samping, gangguan gastrointestinal, mual, muntah, diare, dispepsia, nyeri abdomen, Antiretroviral Therapy (ART).

  1. S1-2016-346631-abstract.pdf  
  2. S1-2016-346631-bibliography.pdf  
  3. S1-2016-346631-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2016-346631-title.pdf