Analisis Yuridis terhadap Legalitas Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat
ENDRI, Joko Setiono, S.H., M. Hum
2017 | Skripsi | S1 ILMU HUKUMPasca Reformasi 1998, lahirnya otonomi daerah diiringi pula dengan lahirnya aspirasi di daerah-daerah guna melakukan formalisasi Syariat Islam di level peraturan daerah (perda), dewasa ini dikenal sebagai perda-perda bernuansa syariah. Dalam konteks Aceh, legitimasi negara terhadap keistimewaan Aceh di bidang Syariat Islam diperoleh dengan disahkannya Undang-Undang No. 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Inilah aturan hukum sekaligus pintu pertama dan utama secara resmi diberlakukannya Syariat Islam di salah satu provinsi di Indonesia. Pemberlakuan Syariat Islam di Aceh yang dilaksanakan dengan membentuk qanun-qanun diselenggarakan berdasar undang-undang mengenai otonomi khusus yaitu UU No. 44 Tahun 1999, Undang-Undang No. 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, terakhir dengan Undang-Undang No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Setelah disahkannya Qanun Aceh No. 12 Tahun 2003 tentang Minuman Khamar dan sejenisnya, Qanun Aceh No. 13 Tahun 2003 tentang Maisir, Qanun Aceh No. 14 Tahun 2003 tentang Khalwat, terakhir ketiga qanun ini dikompilasikan dalam Qanun Aceh No. 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat yang keempat qanun ini bermuatan pidana (jinayah), pemberlakuan Syariat Islam di Aceh menuai banyak pro kontra. Diantaranya Perkumpulan Masyarakat Pembaharuan Peradilan Pidana atau Institute For Criminal Justice Reform (ICJR) mempersoalkan legalitas Qanun No. 6 Tahun 2014 ke Mahkamah Agung melalui uji materiil yang didaftarkan dengan nomor registrasi 60 P/HUM/2015. Penulis menganalisis legalitas Qanun No. 6 Tahun 2014 disesuaikan dengan konstruksi hukum tata negara ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu 1) formalitas pembentukan peraturan perundang-undangan, 2) konsep negara kesatuan, 3) konsep hak asasi manusia dalam peraturan perundang-undangan Indonesia. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis menganalisis legalitas Qanun No. 6 Tahun 2014 guna memperkuat legalitas Qanun No. 6 Tahun 2014 dalam sistem ketatanegaraan Indonesia.
After Reformation in 1998, the beginning of local autonomy followed by the beginning of aspiration in some regions in order to carry out the formalization of Shari'a in the level of local regulations, known as Sharia local regulations today. In the context of Aceh, legitimacy of the state in the field of Shari'a obtained with the legalisation of Act Number 44 Year 1999 on Implementation of Aceh Special Province. This is the law as well as the first and the main gate of official implementation of Shari'a in one of the provinces in Indonesia. Enforcement of Shari'a in Aceh conducted by forming qanuns is based on the law on special autonomy Act Number 44 Year 1999, Act Number 18 Year 2001 on Special Autonomy for Aceh Special Province of Nanggroe Aceh Darussalam, last by Act Number 11 Year 2006 on Government of Aceh. After the legitimation of Aceh Qanun Number 12 Year 2003 on Khamar (Alcoholic Drinks) and its kind, Aceh Qanun Number 13 Year 2003 on Maisir (Gambling), Aceh Qanun Number 14 Year 2003 on Khalwat - these are compiled in Aceh Qanun Number 6 Year 2014 on Jinayat Law which means they belong to criminal law (jinayah) - the implementation of Shari'a in Aceh was having a lot of pros and cons. Institute for Criminal Just ice Reform (ICJR) questioned the legality of the Aceh Qanun Number 6 Year 2014 to the Supreme Court through judicial review with Registration Number 60 P/HUM/2015. Based on the main points of the judicial review requested by ICJR to the Supreme Court, the author analyzes the legality of Aceh Qanun Number 6 Year 2014 adapted to the construction of constitutional law as seen from three perspectives, those are 1) the formality of law making, 2) the concept of the unitary state, and 3) the concept of human rights in Indonesian law. Therefore, in this research the author analyze the legality of Aceh Qanun Number 6 Year 2014 to strengthen the legality of Aceh Qanun Number 6 Year 2014 in Indonesian constitutional system.
Kata Kunci : Legalitas, Qanun No. 6 Tahun 2014, Jinayah/Legality, Aceh Qanun Number 6 Year 2014, Jinayah.