POPULISME DAN KLIENTELISME (Studi Mengenai Strategi Mobilisasi Politik Menggunakan Program Sosial Oleh Joko Widodo Pada Pemilihan Presiden 2014 di DKI Jakarta)

ALFREDO GUSTIAR, Mulyadi Sumarto, Ph.D.

2017 | Skripsi | S1 ILMU PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN (SOSIATRI)

Program sosial merupakan bagian dari kebijakan sosial yang menjadi instrumen pemerintah dalam memastikan setiap warga negara memiliki akses yang sama untuk mengakses kesejahteraan. Akan tetapi, program distribusi perlindungan sosial dalam beberapa kasus digunakan politisi untuk memenangkan pemilihan umum. Strategi ini dilakukan dengan cara menjanjikan distribusi perlindungan sosial dan mobilisasi mesin politik secara masif untuk memengaruhi perilaku pemilih. Tidak hanya itu, untuk meningkatkan elektabilitas, politisi juga melakukan klaim politik supaya politisi tersebut memiliki asosiasi yang erat dengan distribusi perlindungan sosial yang sebenarnya dilakukan oleh negara. Strategi ini mengakibatkan terbentuknya kesan bahwa distribusi perlindungan sosial yang dijanjikan adalah kebaikan politisi. Hal tersebut membuat penelitian ini bertujuan untuk menjabarkan upaya Joko Widodo dalam melakukan mobilisasi politik menggunakan program sosial pada Pemilihan Presiden tahun 2014, dan respon pemilih miskin DKI Jakarta sebagai sasaran dari strategi mobilisasi politik menggunakan program sosial. Penelitian ini menggunakan konsep populisme Ernesto Laclau, dan konsep pembelian suara menggunakan program sosial Stokes dalam menganalisis temuan lapangan. Dua konsep populisme dan pembelian suara menggunakan program sosial menjadi dua konsep yang terlihat digunakan Joko Widodo dalam Pemilihan Presiden tahun 2014. Figur Joko Widodo dibentuk sebagai figur yang populis, dan diperkuat dengan janji distribusi perlindungan sosial untuk memengaruhi perilaku pemilih yang tergolong sebagai penerima distribusi perlindungan sosial. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Informan yang dipilih berasal dari tiga elemen, yaitu partai politik pengusung Joko Widodo, organisasi relawan, dan pemilih yang tinggal di sepuluh kelurahan rawan miskin di DKI Jakarta dalam Pemilihan Presiden tahun 2014. Tiga elemen informan ini adalah aktor yang terlibat secara langsung dalam proses mobilisasi politik menggunakan program sosial yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini. Temuan dari penelitian ini adalah terlihatnya indikasi yang sangat kuat yang menunjukkan bahwa Joko Widodo menggunakan strategi mobilisasi politik menggunakan program sosial untuk memengaruhi perilaku pemilih yang termasuk dalam kategori penerima program distribusi perlindungan sosial demi memenangkan Pemilihan Presiden tahun 2014. Proses ini diawali dengan kinerja mesin politik membangun populisme Joko Widodo, dan dilanjutkan dengan usaha pengontrolan perilaku pemilih melalui relasi personal yang dimiliki mesin politik Joko Widodo. Selain itu, terlihat juga respon pemilih yang cenderung menentukan pilihan tanpa melihat gagasan yang dibawa kandidat secara keseluruhan, bahkan pemilih cenderung pasif dalam mencari informasi terkait gagasan yang diusung kandidat. Kata kunci : pemilihan umum, mobilisasi politik, program sosial, mesin politik, populisme

Social program is part of social policy which became the instrument of the Government to ensure every citizen has equal access to achieve welfare condition. In reality, the distribution of social protection programmes in some cases used by politicians to win the elections. This strategy is done by promising the distribution of social protection and in the same time, the politician's political machine do massive mobilization to influence the voter behavior. To improve the electability of those politicians, they are also doing political claims so the politician has a very strong association with the social protection distribution which actually done by the State. This strategy generate the form of impression of the promised distribution of social protection is a politicians kindness. This study attempts to describe the programmatic mobilization on the 2014 Presidential Election by Joko Widodo's successors and the poor voter response DKI Jakarta as a target of this programmatic mobilization strategy. This research uses the Ernesto Laclau's populism concept, and the Stokes's vote buying concept to analyze the case study. The concepts of populism and vote buying using social programs (programmatic mobilization) is the two concepts used to analyze Joko Widodo's strategy in 2014 Presidential Election. Joko Widodo was formed as a populist figure, strengthened by the promise of the distribution of social protection to influence poor voter behavior . This research used descriptive qualitative methods. Data collection techniques used are observation, in-depth interviews, and documentation. The informants of this research selected pusposively. The informants came from three elements, namely political parties poles Joko Widodo, Voluntary organizations that supports Joko Widodo, and voters who live in ten poor area in DKI Jakarta on the 2014 Presidential Election. All of the informants are directly involved in the process of programmatic mobilization that became the unit of analysis in this research. The result of this research show some evidences that describe the programmatic mobilization strategy by Joko Widodo's successor on 2014 Presential Election. First of all, Joko Widodo has a great political machine. The political machine starts with convincing the poor voters through populism hegemony. The second, Joko Widodo's successor controlling the behavior of poor voters through personal relationships. In additon, the response of poor voters is tend to vote without seeing the whole candidate's idea, even the poor voters tend to be passive in seeking the information about candidate's idea. Keywords : elections, political mobilization, social programs, machine politics, populism

Kata Kunci : Keywords : elections, political mobilization, social programs, machine politics, populism