KARAKTERISTIK POLA TANAM AGROFORESTRI PASCA TUMPANGSARI HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) DAN PELUANG KEBERLANJUTANNYA DI DESA HARGOWILIS, KOKAP, KULON PROGO
LIA ARDIANTI , Dr. Priyono Suryanto, S.Hut.,M.P.
2017 | Skripsi | S1 KEHUTANANKondisi hutan yang semakin berkurang akibat tingginya laju deforestasi yang cukup besar, sosial ekonomi yang rendah sebagai dampak krisis ekonomi, pemilikan lahan yang sempit, rendahnya pendapatan dari hasil pertanian serta kurangnya ketrampilan mendorong petani mencari sumber pendapatan dari hutan. Oleh sebab itu untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat dan pembangunan kehutanan maka pemerintah melaksanakan program Hutan Kemasyarakatan (HKm). Pelaksanaan HKm pada hutan lindung dengan sistem agroforestri melalui praktek tumpangsari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola tanam agroforestri pasca tumpangsari yang diterapkan oleh masyarakat pada lahan HKm dan mengetahui peluang keberlanjutannya. Penelitian ini dilakukan di Desa Hargowilis, Kokap, Kulon Progo pada bulan Januari-Maret 2016 dengan metode pendekatan deskriptif kuantitatif. Unit kelola berdasarkan luasan dibagi menjadi 4 kelompok luas garapan. Responden di dapat pada petani yang mempunyai lahan garapan di HKm (ada 32 responden). Analisis kedekatan pola tanam agroforestri pasca tumpangsari di HKm dilakukan dengan analisis Multy Dimensional Scalling (MDS) sedangkan peluang keberlanjutan dilakukan dengan indeks nilai selang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pola tanam agroforestri pasca tumpangsari HKm yang diterapkan oleh petani yaitu pola tanam alternate row. Komposisi tanaman yaitu tanaman berkayu, empon-empon, umbi-umbian, tanaman buah dan Hijauan Makanan Ternak (HMT). Peluang keberlanjutan pola tanam agroforestri pasca tumpangsari HKm di Desa Hargowilis, Kokap termasuk dalam keberlanjutan sedang dengan nilai 11,50 pada skala 4-16. Peningkatan pola tanam agroforestri pasca tumpangsari di HKm dapat dilakukan dengan aspek peningkatan pengetahuan budidaya, sosial ekonomi, ekologi dan keberlanjutan
Diminishing forest conditions due to the high rate of deforestation is quite large, low socioeconomic as the impact of the economic crisis, the ownership of land is narrow, low income from farming and the lack of skills to encourage farmers to find the source of forest income. Therefore, to improve the economic welfare of society and the development of forestry, the government implement the program of Hutan Kemasyarakatan (HKm). Implementation HKm in protected forest with agroforestry system through intercropping practices. This study aims to determine the post intercropping agroforestry cropping pattern imposed by society on community forest land and know the odds sustainability. This research was conducted in the village of Hargowilis, Kokap, Kulon Progo in January-March 2016, with the method of quantitative descriptive approach. Management unit by area divided into into 4 groups of land size. Respondents in the can on arable farmers who have land at HKm (there were 32 respondents). Analysis proximity agroforestry cropping in post intercropping HKm with Multy Dimensional Scaling (MDS) analyzed while the chances of sustainability is done with an index value of a hose. The results showed that the characteristics of post intercropping agroforestry cropping pattern in HKm applied by farmers, namely alternate row planting patterns. The composition of plants, woody plants, medicinal, tubers, fruit trees and Forage Animal Feed (FAF). Opportunities sustainable agroforestry cropping pattern in the village post intercropping HKm Hargowilis, Kokap included in sustainability being with a value of 11.50 on a scale of 4-16. Increased post intercropping agroforestry cropping pattern in HKm to do with the aspect of increasing the cultivation of knowledge, socio-economic, ecological and sustainability.
Kata Kunci : Hutan Kemasyarakatan (HKm), pola tanam, pasca tumpangsari, keberlanjutan