SIFAT ANATOMI KAYU JATI KONVENSIONAL DAN JATI PLUS PERHUTANI (JPP) UMUR 10 TAHUN DARI KPH RANDUBLATUNG
ELIZABETH SUSTIN S., Harry Praptoyo, S.Hut., M.P
2017 | Skripsi | S1 KEHUTANANSIFAT ANATOMI KAYU JATI KONVENSIONAL DAN JATI PLUS PERHUTANI (JPP) UMUR 10 TAHUN DARI KPH RANDUBLATUNG Oleh : Elizabeth Sustin Sandrakusuma1 dan Harry Praptoyo 2 INTISARI Kayu jati, dalam dunia kehutanan disebut Jati Konvensional, merupakan salah satu jenis kayu yang banyak diminati masyarakat karena corak, kualitas, dan tingkat keawetangnya yang tinggi. Sifat-sifat tersebut yang membuat permintaan produk kayu jati tinggi namun persediaan kayu jati sebagai bahan baku terbatas. Hal ini dikarenakan jangka waktu pemanenannya relatif lama. Oleh karena itu, Perum Perhutani telah mengembangkan jati unggul dan cepat tumbuh yang dikenal sebagai Jati Plus Perhutani (JPP) yang dibudidayakan secara klon akan tetapi belum banyak dilakukan penelitian mengenai sifat-sifat anatominya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dari permudaan yang berbeda terhadap sel-sel dalam kayu; mengetahui variasi yang terjadi pada arah radial batang; membandingkan karakteristik anatomi kayu pada Jati Plus Perhutani (JPP) dan Konvesional secara makroskopis dan mikroskopis. Model rancangan acak lengkap (Completely Randomized Design) digunakan pada penelitian ini dengan dua faktor yaitu permudaan yang berbeda (JPP dan Jati Konvensional) dan arah radial (dekat hati, tengah, dan dekat kulit) dengan dua kali ulangan pada masing-masing faktor. Parameter yang diamati meliputi ciri makroskopis (lingkaran tahun, susunan pembuluh, penyebaran pembuluh, bentuk parenkim, arah serat, tekstur, dan saluran damar) dan mikroskopis (diameter pembuluh, jumlah pembuluh, tinggi jari-jari, proporsi sel dan dimensi serat). Hasil parameter uji selanjutnya dianalisis dengan menggunakan program statistik SPSS. Sifat anatomi kayu jati JPP dan Konvensional berdasarkan hasil penelitian pada pengamatan makroskopis tidak berbeda pada karakteristik keduanya. Namun, pada pengamatan mikroskopis menujukkan perbedaan pada karakteristik selnya. Dari hasil analisis data, jati plus perhutani (JPP) dan jati konvensional mempengaruhi (signifikan) pada diameter serat,diameter lumen, proporsi jari-jari, proporsi serat, dan proporsi parenkim. Sedangkan, pengaruh arah radial batang berpengaruh (signifikan) terhadap panjang serat, jumlah pembuluh, dan proporsi jari-jari. Interaksi antara JPP dan Jati Konvensional terhadap arah radial batang mempengaruhi (signifikan) pada proporsi jari-jari, proporsi serat, dan proporsi parenkim. Kata kunci: Jati Konvensional, Jati Plus Perhutani (JPP), arah radial, anatomi kayu. 1 Mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM 2 Pembimbing Skripsi, Staf Pengajar Fakultas Kehutanan UGM
CHARACTERISTIC ANATOMY OF CONVENTIONAL TEAK AND PERHUTANI PLUS TEAK (JPP) 10 YEARS OLD FROM KPH RANDUBLATUNG By: Elizabeth Sustin Sandrakusuma 1 dan Harry Praptoyo 2 ABSTRACT Teak, well known as Conventional Teak in the field of forestry, is one of popular species in community because of the high value of pattern, quality, and durability. Those characteristics lead the increasing of teak product demand but the raw material stock is limited. It is because harvest period of teak is long. Therefore, Perum Perhutani has developed superior and fast growing teak, known as Perhutani Teak Plus, is cultivated by clones yet the anatomical characteristic is poorly discovered. The objectives of this research are to gain information about the effect of different regeneration to characteristics of wood cell; to obtain information related variation of radial direction; to compare the anatomical characteristic of Perhutani Teak Plus and Conventional Teak both macroscopically and microscopically. Completely Randomized Design was applied to this research with two factors, there are different teak regeneration (Perhutani Teak Plus and Conventional Teak) and radial direction (near the pith, middle, and near the bark) in two repetitions of each factors. The observed parameters are characteristic macroscopic (ring growth, vessel arrangement, vessel distribution, type of parenchyma, fiber direction, texture, and resin canal) and microscopic (diameter of vessel, number of vessel, height of ray, cell proportion, and fibre diameter). The results of those parameters were analyzed by SPSS Statistic Program. The characteristic of Perhutani Teak Plus and Conventional Teak macroscopically is not different, while microscopically performs differently. The result shows that Perhutani Teak Plus and Conventional Teak is significantly different in fibre diameter, lumen diameter, ray proportion, fibre proportion, and parenchyma proportion. While the radial direction affects to length of fibre, number of vessel, and ray proportion. Furthermore, interaction between Perhutani Teak Plus and Conventional Teak to radial direction gives effect to ray proportion, fibre proportion, and parenchyma proportion. . Keywords: Teak (Conventional Teak), Perhutani Teak Plus (JPP), the radial direction, wood anatomy. 1 Student of Faculty of Forestry Universitas Gadjah Mada 2 Lecture of Faculty of Forestry Universitas Gadjah Mada
Kata Kunci : Jati Konvensional, Jati Plus Perhutani (JPP), arah radial, anatomi kayu