Womenomics dan Transformasi Relasi Gender di Sektor Ketenagakerjaan Jepang
ARIO WIRAWAN HARYONO, Dr. Maharani Hapsari, S.IP., M.A.
2017 | Skripsi | S1 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONALJepang merupakan negara yang dikenal dengan tradisi relasi gendernya yang hierarkis dan patriarkis secara turun temurun. Akibatnya, perempuan di Jepang terus menerus mengalami marginalisasi dan dikucilkan di berbagai sektor di ranah publik. Oleh karena itu, kebijakan mengenai perempuan menjadi salah satu urgensi dalam reformasi Jepang yang dilaksanakan di era Perdana Menteri Shinzo Abe. Womenomics merupakan kebijakan yang hadir dan diadopsi oleh pemerintah Jepang saat ini untuk mengubah nasib perempuan di dalam negeri, secara khusus kesejahteraan ekonomi melalui partisipasi mereka di sektor ketenagakerjaan. Sehingga dengan demikian, Womenomics diharapkan dapat mengubah struktur relasi gender yang sangat patriarkis dan telah menjadi sebuah budaya yang terlembagakan di berbagai sektor, khususnya sektor ketenagakerjaan, melalui peningkatan derajat perempuan di mata laki-laki dengan mendorong mereka untuk selalu aktif berpartisipasi sebagai tenaga kerja. Namun dalam implementasinya secara nyata, Womenomics dihadapkan oleh berbagai tantangan, serta mendapat banyak kritik dan anggapan dari kelompok perempuan di Jepang itu sendiri sebagai kebijakan yang belum bisa menyentuh akar sebenarnya dari permasalahan marginalisasi yang dialami oleh perempuan. Berangkat dari permasalahan ini, tulisan ini akan menganalisa mengenai berbagai tantangan politik secara struktural dan kultural yang dihadapi oleh pemerintah Jepang di era Shinzo Abe dalam implementasi Womenomics, yang menghambat upaya kebijakan ini untuk mentransformasikan relasi gender yang patriarkis di sektor ketenagakerjaan.
Japan is renowned for its hereditically traditions of hierarchical and patriarchal gender relations. For its tradition, women have to suffer from being marginalized and excluded in many public sectors. Therefore, policies about women is now becoming a need of urgency in Japan reformation implemented in the era of Prime Minister Shinzo Abe. Womenomics is a policy adopted by Shinzo Abe specifically to change for the better economic well-being of women, especially in employment sector. It is expected to change the patriarchal structure of gender relations institutionalized in every sector which detrimental for women, by enhancing further women’s participation in the employment sector so that women can be on the same standards as men. But in the reality of its implementation is, Womenomics is faced with many challenges, also being criticized for “not being there†for women, in other words, it is failed to identify and solve the root of the marginalization problems faced by Japanese women. Starting from this problem, this paper will analyze the challenges faced by Japan government led by Shinzo Abe on implementing Womenomics, structurally and culturally in the political realm, which hamper the effort of this policy to transform the patriarchal gender relations in the employment sector of Japan.
Kata Kunci : Womenomics, patriarki, relasi gender, marginalisasi perempuan, ketenagakerjaan, tantangan politik