Laporkan Masalah

Proses Adaptasi Pasangan Perkawinan Campuran (Studi kasus pasangan perkawinan campuran di Yogyakarta)

RAHADYO HANDRASKORO, Drs. Andreas Soeroso, M.S.

2017 | Skripsi | S1 SOSIOLOGI

Perkawinan Campuran menurut Undang-Undang No.1/1974 merupakan perkawinan yang masing-masing individunya berbeda kewarganegaraan dan salah satunya merupakan Warga Negara Indonesia. Perkawinan ini biasa terjadi di wilayah-wilayah yang sering dikunjungi oleh pekerja maupun wisatawan ekspatriat dan beberapa telah menetap dalam waktu lama. Di Indonesia seringkali ditemui persebaran pasangan ini pada beberapa wilayah pariwisata salah satunya berada di Yogyakarta. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Penduduk dan Catatan Sipil Kota Jogja, pada tahun 2013 sampai 2015 telah tercatat sebanyak 21 pemohon untuk melaksanakan perkawinan amalgamasi beda kewarganegaraan yang sering disebut juga dengan perkawinan campuran di wilayah tersebut. Penelitian ini akan membahas mengenai proses adaptasi dari pasangan perkawinan campuran, terutama dari pasangan berkewarganegaraan asing dalam menyesuaikan kultur-budaya masyarakat Yogyakarta. Dalam skripsi ini penulis memakai pendekatan metode kualitatif dengan menggunakan studi kasus untuk melihat mengenai proses adaptasi yang dilakukan oleh pasangan amalgamasi antar-negara tersebut dalam kultur-budaya Yogyakarta, sebagai alat untuk menganalisis penelitian ini penulis memakai teori habitus milik Pierre Bourdieu untuk mengetahui proses adaptasi yang dilakukan pasangan tersebut dalam menyesuaikan kebiasaan masyarakat sekitar. Tujuan dari penelitian ini selain untuk memenuhi syarat akademik adalah untuk mengetahui bagaimana pola-pola adaptasi yang terbentuk dari pasangan tersebut serta bagaimana mereka dapat menjembatani perbedaan tersebut terutama bila salah satu dari mereka mendapat permasalahan diakibatkan adanya perbedaan budaya tersebut. Hasil dari penelitian ini menjawab pertanyaan penelitian yaitu terdapat pola-pola adaptasi yang dilakukan oleh pasangan tersebut dan dapat dikategorikan menjadi 3 tingkatan yaitu kuat, sedang dan lemah. Pasangan bisa dikatakan mempunyai adaptasi yang kuat bila dalam proses adaptasi dapat mengompromikan perbedaaan dirinya dengan orang lain sehingga orang lain tidak menyadari perbedaan yang dimiliki, pasangan dikatakan mempunyai asimilasi sedang dimana orang lain masih menyadari ada perbedaan namun berusaha memakluminya, sedangkan lemah berarti orang lain masih merasa ada perbedaan yang ia miliki dan orang lain masih merasa segan untuk bersosialisasi dengannya meskipun ia berusaha mengurangi perbedaaan tersebut.

According to Marriage Law No.1/1974, Mixed-marriage was a marriage between two person whose have different citizenship and one of them have an Indonesian citizenship. This marriage was common in tourist-frequented regions and also regions who inhabited by foreign workers in long period. In Indonesia, this marriage was common in tourism-based region and one of them was in Yogyakarta. Based on City of Jogja�s Depatement of Population and Civil Registration, in 2013 until 2015 have been recorded 21 applicants for mixed-marriage in that region. This research will discuss about adaptation process from some mixed-marriage companions or simply called mixed-marriage couples, particularly from foreign view to adjust with culture and way of Yogyakarta�s society. In this research, the writer use a qualitative method approach with case study to seen an mixed-marriage couple�s adaptation process to blended in culture and costum of Yogyakarta. For the analyze tool of this research, the writer using a habitus theory by Pierre Bourdieu to knows an adaptation process which that couple do to adapt with nearby society. Main purpose from this research otherwise to fulfill academic requirement are to knows about how patterns of adaptation from mixed-marriage couples be held, and how they can their difference barrier especially if one of them getting trouble with his/her partner or society nearby due to cultural difference. The conclusion answered main question of this research which has some patterns of adaptation whose do by mixed-marriage couples, patterns of adaptation that couples are have can be categorized into three tiers : high, middle and weak. A couple can be said to have a high score if in adaptation process they can convert their difference as an advantage to adapt so the other people cannot seen difference between or forgot their barrier, A couple can be said to have a middle score if the other people still realize their barrier but attempted to accepted their difference, meanwhile weak score can be awarded to a couple if they cannot convert their difference as an advantage so the other people can be seen their difference and still reluctant tried to break the barrier, even though a couple manage to reducing the difference.

Kata Kunci : perkawinan campuran, amalgamasi, adaptasi / mixed-marriage, amalgamation, adaptation

  1. S1-2017-317912-abstract.pdf  
  2. S1-2017-317912-bibliography.pdf  
  3. S1-2017-317912-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2017-317912-title.pdf