ANALISIS PENGHITUNGAN UNIT COST PADA INSTALASI RADIOLOGI RAWAT JALAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING

YOLANDA HANDAYANI, Haryono, Drs., M.Com., Ak., CA.

2016 | Skripsi | S1 AKUNTANSI

INTISARI Latar Belakang: Di Indonesia, beberapa rumah sakit bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) dengan menggunakan paket tarif Indonesian - Case Based Groups (INA-CBGs) sebagai sistem pembayaran dengan sistem paket berdasarkan jenis penyakit atau tindakan. Walaupun selama ini tarif instalasi radiologi menggunakan prosedur INA-CBGs, namun hingga saat ini belum pernah diteliti apakah mencukupi biaya operasional ataukah belum. Tujuan: Untuk mengidentifikasi dan menghitung biaya satuan pada instalasi radiologi dengan menggunakan metode activity based costing (ABC), lalu membandingkannya dengan biaya satuan radiologi yang ditentukan Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada (RS UGM). Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian studi kasus di Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada, data analisis menggunakan metode kuantitatif. Hasil analisis data dilakukan dengan mengolah data primer dan sekunder, yakni data tentang biaya rumah sakit pada periode 2015 khususnya di instalasi radiologi. Instrumen penelitian ini adalah penghitungan unit cost dengan metode ABC. Hasil Penelitian: Total pemeriksaan instalasi radiologi pada tahun 2015 sebanyak 8317. Hasil penghitungan analisis biaya satuan dengan metode ABC, biaya satuan pemeriksaan Rontgen sebesar Rp270.071, biaya satuan pemeriksaan Ultrasonografi (USG) sebesar Rp233.436, biaya satuan pemeriksaan C-arm sebesar Rp219.728, biaya per unit pemeriksaan Bone Mass Densitometri (BMD) sebesar Rp227.728. Biaya satuan berdasarkan metode ABC lebih tinggi dibandingkan dengan biaya satuan yang ditetapkan RS UGM. Pada pemeriksaan rontgen lebih tinggi Rp205.188 atau sekitar 316%. Pemeriksaan USG memiliki selisih dengan biaya satuan RS UGM sebesar Rp181.213 atau sekitar 347%. Pemeriksaan C-arm lebih tinggi Rp119.728 atau sekitar 120%. Sedangkan untuk pemeriksaan BMD lebih tinggi Rp177.728 atau sekitar 355%. Kesimpulan: Penetapan unit cost radiologi di RS UGM lebih rendah dari penghitungan analisis biaya dengan menggunakan metode ABC.

ABSTRACT Background: In Indonesia, some public hospitals and BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) are cooperating together by establishing INA-CBGs (Indonesian Case Based Groups) as a packet-based tariff system which categorizes the type of disease and its subsequent fee. Although facility service rates of radiology installation is also covered within INA-CBGs procedures, there hasn’t been any research done to figure out if this system is sufficient enough to cover operational cost. Objective: To identify and to calculate cost per unit in radiology installation using activity-based costing (ABC) and to compare it with the assigned unit cost by Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada (RS UGM.) Method: The type of this research is descriptive research with case study design at Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada, whereas quantitative method for the data analysis. The result of data analysis was performed by processing primary and secondary data, which explains about hospital cost during the year 2015 in the radiology installation. The research instrument is unit cost analysis using activity-based costing. Result: The total radiology examinations occurred in the year 2015 was recorded as many as 8317 times. Cost per unit calculation which was performed under the method of activity-based costing (ABC) was resulting the following data, Rontgen examination costing Rp270.071 per unit; Ultrasonography (USG) examination costing Rp233.436 per unit; C-arm examination costing Rp219.728, and Bone Mass Densitometri (BMD) examination costing Rp227.728. Unit cost based on activity-based costing (ABC) is considered pricier than the unit cost assigned by RS UGM. Rontgen examination costs an additional fee of Rp205.188 or 316% higher. USG examination costs an extra Rp181.213 or 347% higher if compared to its default RS UGM assigned fee. C-arm examination costs an extra Rp119.728 or 120% higher. BMD examination, on the other hand, costs an extra Rp177.72 or 355% higher. Conclusion: The assigned unit cost for radiology services of RS UGM is less expensive compared to unit cost using activity-based costing (ABC) method.

Kata Kunci : Unit Cost, Biaya Satuan, Rumah Sakit, Radiologi, Analisis Biaya, Activity Based Costing.