PROSES PENGHUNIAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA GEMAWANG DAN GRHA BINA HARAPAN
MAISYARAH PRADHITA SARI, Dr. Yori Herwangi, ST., MURP.
2016 | Skripsi | S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTARumah susun sederhana sewa (Rusunawa) merupakan salah satu upaya Pemerintah untuk memenuhi kebutuhan hunian layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Selain itu, Rusunawa juga merupakan solusi atau konsekuensi dari adanya pembangunan dan penataan kota. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki 25 Rumah susun yang diperuntukan bagi 3 Golongan Utama: 1) Masyarakat berpenghasilan rendah, 2) TNI/Polri, dan 3) Pelajar/Mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi proses penghunian yang terdapat pada Rusunawa Gemawang dan Grha Bina Harapan. Hasil identifikasi kemudian dianalisis menggunakan metode penelitian induktif kualitatif dan diperbandingkan agar mendapatkan kesimpulan berupa proses penghunian Rusunawa yang Ideal untuk kondisi kedua Rusunawa. Mengidentifikasi proses penghunian merupakan salah satu cara untuk mendapatkan gambaran mengenai hasil rancangan sebuah lingkungan terbangun dan hubungannya dengan manusia. Dari hasil penelitian, proses penghunian yang ideal selayaknya memperhatikan beberapa hal berikut: 1) Memiliki perkumpulan penghuni, 2) Memiliki Balai warga untuk tempat berkumpulnya penghuni maupun warga sekitar 3) Pengelola juga bertindak untuk mendidik penghuni baik dalam hal penghunian dan menjaga keamanan serta kebersihan lingkungan Rusunawa, 4) Bersama-sama bertanggungjawab pada pembayaran listrik di ruang-ruang umum dengan pembagian yang adil. Hal ini dapat meringankan pemberian subsidi pemerintah namun tidak memberatkan penghuni, 5) Memiliki sarana penyaluran hobi berupa Lapangan badminton/voli dan tempat bermain untuk anak-anak, 6) Ruang usaha memfasilitasi penghuni yang ingin memperoleh penghasilan tambahan, 7) Memprioritaskan Rusunawa bagi masyarakat target, 8) Menggunakan uang jaminan sebagai salah satu persyaratan, 9) Menyediakan ruang sesuai kebutuhan penghuni, 10) Memiliki web Rusunawa sebagai sumber informasi penghunian, 11) Melibatkan pengelola untuk mengadakan pelatihan-pelatihan untuk menambah kapasitas penghuni dalam meningkatkan taraf hidup mereka
Flat (rusunawa) is one of the government's efforts to fulfill the requirement of feasible housing for low income communities. In addition, flat is also a solution or consequences from the city’s development and regulation. Yogyakarta Province has 25 flats which be destined for 3 main group: 1) low-income communities, 2) military, and 3) Student / college. This research aims to identify the residential process of Gemawang and Grha Bina Harapan flats. Then, the identification of this research was analyzed and compared using inductive qualitative research method in order to obtained the conclusion how the ideal housing processes for both of them (the flats). Identifying the residential process is one of the ways to obtain an overview of the built environment design and its relationship with the human. From this research, the ideal housing process should follow the several things: 1) having occupant association, 2) Having a hall and public space to gather place for the surround occupant, 3) The Manager also acts to educate the occupants to keep safety and cleanliness the flat’s environment, 4) Joint responsibility for the electricity payment in common area with a fair share. It can ease the government subsidies but not burdensome occupant, 5) Having a place which can facilitate the occupant hobbies such as badminton / volleyball and a playground for children, 6) having a business place to facilitate the occupant who want to earn extra income, 7) Prioritizing the flat for targeted communities, 8) Using the bail as one of requirements to rent, 9) having a web as information resources., 10) Provide occupant space needs, 11) Involving the manager to hold some training for the occupant to increase the capacity in improving their living standard
Kata Kunci : Rumah Susun Sederhana Sewa, Proses Penghunian / flat, residential process