TATALAKSANA SECTIO CESAREAN PADA PROGRAM JKN DI RS NUR HIDAYAH TAHUN 2015
RATNA SETIAWATI, Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc., Ph. D; dr. Hanevi Djasri, MARS
2016 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan MasyarakatLatar belakang: Sectio cesarean (SC) merupakan tindakan high risk, high cost, high volume. Audit klinis dilakukan sebagai salah satu upaya peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien di rumah sakit. Angka tindakan operasi SC optimal sebanyak 5-10 % pada sebuah populasi. Bila persalinan dengan SC di atas 15% maka tidak ada manfaatnya, sebaliknya akan mempertinggi morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. Tindakan SC mencapai 27% dari persalinan yang ada di negara berkembang, termasuk Asia Tenggara. Angka operasi SC di Indonesia pada tahun 2010 hingga 2013 rata-rata 9,8 % menurut Riskesdas 2013. Tindakan SC di Propinsi DIY lebih tinggi dari rata-rata yaitu 15,7 % dan di Kabupaten Bantul 11,1 % pada tahun 2013. Angka tindakan SC pada tahun 2014 mencapai 43 % di RS Nur Hidayah. Tujuan : Mengevaluask tatalaksana tindakan SC pasien JKN melalui pendekatan audit klinik di sebuah rumah sakit tipe D di Bantul. Metode: Penelitian kuanntitatif cross sectionall. Data diperoleh dari rekam medis pasien JKN dengan tindakan SC di rumah sakit sejak 1 Januari 2015 sampai 31 Desember 2015. Hasil : Pasien JKN yang menjalani tindakan SC di RS Nur Hidayah selama tahun 2015 sebanyak 162 orang tetapi pengambilan data dilakukan pada 143 berkas rekam medis. Usia pasien yang menjalani tindakan SC terbanyak usia 21-35 tahun yaitu 111 orang (77,6%), paritas 1 sebanyak 118 orang (82,5%). Indikasi operasi SC pada pasien JKN didominasi indikasi mutlak. SC elektif sebanyak 139 pasien, dan SC emergency sebanyak 4 pasien. Sebagian besar tindakan SC termasuk severity level 1. Rata-rata lama waktu tunggu operasi SC adalah 6 jam 7 detik. Sebanyak 115 berkas (80,4%) tidak mencantumkan waktu tindakan skintest antibiotik profilaksis. Sedangkan dokumentasi tindakan skintest antibiotik profilaksis tanpa disertai penulisan waktu injeksi ditemukan pada 107 berkas rekam medis (74,8%). Sebagian besar tindakan injeksi antibiotik profilaksis telah mencantumkan waktu pemberian sebesar 124 berkas (86,7%). Pemberian antibiotik profilaksis 15-60 menit sebelum operasi SC ditemukan sebanyak 109 berkas (76,2%) rekam medis. Antibiotik profilaksis operasi SC jenis Cephalosporin diberikan pada 134 berkas (93,7%). Pelayanan dokter spesialis anestesi saat operasi SC ditemukan pada 141 berkas (98,6%) dan dokter spesialis anak pada 100 berkas (69,9%). Dokter Sp.OG tidak melakukan visit pada seluruh pasien di bangsal rawat inap. Bayi yang dilahirkan dg tindakan SC memiliki APGAR Skor > 7 sebanyak 130 pasien (90,9%). Pada tindakan SC perdarahan < 500 ml terdapat dalam 105 berkas (73,5%). Tidak ditemui perdarahan> 1000 ml, akan tetapi menurut data catatan medis terintegrasi terdapat transfusi darah PRC pada 5 pasien (3,5%). Kejadian infeksi selama tahun 2015 pada pasien JKN ditemukan pada 23 berkas rekam medis (16%). Pasien memiliki LOS 4 hari sebesar 86 berkas (60,1%) Kesimpulan : Pasien JKN yang menjalani operasi SC berada dalam usia reproduksi yang ideal. Proses dokumentasi dan pelaksanaan operasi SC belum dilaksanakan sesuai standar sehingga mempengaruhi kualitas kesehatan ibu setelah operasi SC
Background: Implementation National Health Insurance since 2014 formed as commitment of Indonesia goverment and all countries part of World Health Organization (WHO) to improved public health as contained in resolution of World Health Assembly (WHA) No. 59, 2005 (World Health Organization, 2005). Some countries has performed health insurance earlier, include countries in Southeast Asia. System of National Health Insurance aims to improves quality of health care by a proper payment. The goals to ensure patient safety. Implementation of National Health Insurance should be able to improves the quality, patient oriented, efficiency and cross-functional teamwork. Indonesian goverment considered that Health Financing System is prospective. Methods: Method of this study was quantitative-cross sectional to identified procedure of section cesarean in hospital type D, Bantul. The hospital has 50 beds. Health provider on childbirth process provided by 2 obstetrican and gynecologist, midwive (diploma) amount 13 persons. Patient of sectio cesarean treated in ward and got control by general doctor, midwives and nurses. Population was all medical record of patient sectio cesarean who paid by National Health Insurance in 2015 amouts 163 patients. Results and Discussion: Patient of Sectio Cesarean (SC) who paid by National Health Insurance during 2015 amounts 162 patient. Medical record could not be found as many as 19 files caused misplaced or not returned. Amouts 143 files of medical record can be identified in this study. Result showed span of age patient sectio cesareas between 21th-35th years amounts 111 patients 77,6%). The highest cases of SC on patient of National Health Insuraces caused 0 and 1 parity amounts 118 patients (82,5%). SC with absolute indication amounts 67 files (46,9%). Another indication such as vaginal varicose veins (3 cases), haemoroid (1 cases), low lying placenta (8 cases). Conclusions: Patient of National health Insurance with SC treatment on ideal ages. Documentation and practices of SC has not performed according to clinical guidelines so affect health condition of mothers after SC.
Kata Kunci : Sectio cesarean, tatalaksana, JKN