PENGEMBANGAN MODEL UNTUK MENGHITUNG KAPASITAS JALUR KERETA API DI INDONESIA (Studi Kasus Lintas Kroya- Kutoarjo-Yogyakarta)
YUWONO WIARCO, Prof. Ir. Siti Malkhamah, M.Sc., Ph.D.; Dr. Eng. Imam Muthohar, S.T.,M.T.
2016 | Disertasi | S3 Ilmu Teknik SipilTransportasi kereta api semakin menunjukkan keunggulan kompetitifnya seiring dengan semakin terbatasnya kapasitas layanan jalan. Keunggulan ini tak lepas dari perkembangan teknologi perkeretaapian sehingga semakin cepat, aman, hemat energi dan ramah lingkungan. Selain itu dari sisi daya angkut kereta api tetap merupakan moda yang paling unggul. Sejalan dengan prospek cerah perkeretaapian, sudah sewajarnya keunggulan-keunggulan di atas dapat dimanfaatkan secara optimal, khususnya dalam penyelenggaraan transportasi nasional yang terintegrasi. Infrastruktur harus direncanakan dan dirancang sesuai dengan kebutuhan kapasitas yang akan datang guna dapat menyediakan pelayanan yang baik. Pembangunan perkeretaapian di Indonesia meliputi 3 (tiga) faktor utama yaitu prasarana /infrastruktur, sarana kereta api dan operasi kereta api. Model penghitungan kapasitas jalur kereta api merupakan salah satu bagian pola operasi kereta api yang sampai saat ini perkembangannya masih lambat, sehingga model penghitungan kapasitas jalur yang diberlakukan saat ini perlu dikaji dan dikembangkan sesuai dengan kondisi yang lebih nyata di Indonesia, dengan harapan efisiensi sistem operasi akan menjadi lebih tinggi. Analisis dilakukan secara komparatif deskriptif dan empiris dengan langkah-langkah : pengumpulan data sekunder dan kajian literatur. Hasil kajian literatur menyatakan bahwa terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kapasitas jalur kereta api yaitu : jumlah kereta, heterogenitas, stabilitas, kecepatan, infrastruktur, pengoperasian, panjang kereta, waktu delay, junction, signals, sumber daya, schedulling, jumlah jalur, jarak sinyal, pemberhentian dan maintenance. Berdasarkan hasil analisis, diketahui hasil pengembangan model penghitungan kapasitas jalur kereta api di Indonesia dengan hasil nilai kapasitas bertambah sebesar rata-rata 52% untuk jalur tunggal (lintas Kroya-Kutoarjo) dan sebesar 38% untuk jalur ganda (lintas Kutoarjo-Yogyakarta). Selain itu juga didapati bahwa konstribusi total delay keberangkatan per hari yang merupakan faktor operasi terhadap nilai in-efisiensi atau simpanan waktu (1- η) untuk jalur tunggal sebesar 54% dan untuk jalur ganda sebesar 63% atau realisasi alokasi waktu pengaturan kualitas operasi di jalur tunggal sebesar 22%, lebih besar dari alokasi yang ada yaitu 20%. Demikian juga realisasi alokasi waktu pengaturan kualitas operasi di jalur ganda sebesar 19%, lebih besar dari alokasi yang ada yaitu 10%. Hal ini menyebabkan alokasi waktu untuk perawatan prasarana pada jalur tunggal menjadi 18% dari yang dialokasikan sebesar 20%, begitu juga pada jalur ganda alokasi waktu perawatan prasarana menjadi 11% dari yang dialokasikan sebesar 20%. Selain penghitungan kapasitas jalur kereta api, teknologi pembuatan jadwal perjalanan kereta api merupakan hal penting untuk ditingkatkan agar penggunaan jalur kereta api dapat dimaksimalkan.
Limited road capacity has caused rail transport to become more and more competitive. This competitiveness cannot be separated from the advanced rail technology which is faster, safer, fuel saving, and eco-friendly. Rail transport remains the most reliable mass transportation. This bright future of railway should be put into an advantage for the integrated modes of national transportation. Infrastructure should be planned and designed to cope with future demand to provide good service. Railway development in Indonesia focuses on 3 (three) main factors i.e. infrastructrures, railway vehicles, and rail transport operations. Model of railway capacity analysis is a model of rail transport operations which is now still least developed. Thus, the model needs to be reviewed and developed to catch up with the current condition in Indonesia. This will produce more efficient rail operational system. The methods of analysis are comparative-descriptive and empiric with following steps: secondary data gathering and literature review. Literature review of this study shows that various factors affecting railway capacity i.e. number of vehicles, heterogeneity, stability, velocity, infrastructure, operational, length of coaches, time delay, junction, signals, resources, scheduling, number of tracks, signaling, number of stop or station, and maintenance. Based on the analysis, the result of modeling development for railway capacity calculation in Indonesia is increasing for as much as 52% for single track (Kroya � Kutoarjo) and as much as 38% for double track (Kutoarjo � Yogyakarta). The number of daily time delay also contributes to the inefficiency value (1- η) which is 54% for single track and 63% for double track or the actual time allocated for operational quality of single track is 22%, higher than the existing time which is 20%. The same gap happens in double track which is 19% and it is higher than the existing time for operational quality which is 10%. Therefore, the time allocated for infrastructure maintenance in single track is 18%, smaller than the planned allocation which is 20%; while in double tracks in becomes 11% than the initial 20%. In addition to the railway capacity, technology to support train scheduling shall also be developed to increase the effective used of railway.
Kata Kunci : kapasitas, jalur, kereta api, delay