KORELASI UKURAN PERFORASI MEMBRAN TIMPANI DENGAN NILAI AMBANG DENGAR PADA OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS

KENNY, dr. D.A. Edhie Samodra, Sp.T.H.T.K.L(K) ; dr. Siswanto Sastrowiyoto, Sp.T.H.T.K.L(K), M.H.

2016 | Tesis-Spesialis | SP ILMU PENYAKIT THT

Latar belakang : Otitis media supuratif kronis merupakan penyakit infeksi yang masih banyak ditemukan di negara berkembang. Komplikasi OMSK yang paling sering adalah penurunan pendengaran. Semakin besar perforasi membran timpani, maka penurunan pendengaran yang terjadi akan semakin berat, tetapi hubungan ini tidak konstan pada praktek klinis sehari-hari, sehingga prediksi derajat penurunan pendengaran yang akurat pada perforasi membran timpani akibat OMSK tidak mudah dilakukan. Informasi yang diperoleh pada audiometri, dan data kuantitatif ukuran perforasi membran timpani diharapkan dapat membantu kita untuk memperkirakan hubungan nilai ambang dengar dengan ukuran perforasi membran timpani pada pasien OMSK. Tujuan : untuk mengetahui adanya korelasi antara ukuran perforasi membran timpani dengan nilai ambang dengar pada OMSK. Metode penelitian : observasional analitik dengan rancangan potong lintang (cross-sectional). Hasil : Terdapat korelasi positif yang kuat dan bermakna secara statistik antara ukuran perforasi membran timpani dengan nilai ambang dengar tuli konduktif (r = 0,600; p < 0,05). Terdapat korelasi positif yang bermakna secara statitik antara ukuran perforasi membran timpani dengan nilai ambang dengar hantaran udara pada frekuensi 250 Hz, 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz dan 4000 Hz (p < 0,05), kecuali frekuensi 8000 Hz (p = 0,163). Kesimpulan : Terdapat korelasi positif antara ukuran perforasi membran timpani dengan nilai ambang dengar pada pasien OMSK

Background : Chronic suppurative otitis media is an infectious disease that is commonly found in developing countries. Hearing loss is the most frequent complications of CSOM. If the perforation size of the tympanic membrane increase, then the hearing loss degree will be more severe, but the relationship is not constant in everyday clinical practice, so an accurate prediction of hearing loss degree in the tympanic membrane perforation due to CSOM is not easy to be done. Information obtained in audiometry, and quantitative data tympanic membrane perforation size is expected to help us to estimate the value of the hearing threshold relationship to the size of tympanic membrane perforation in CSOM patients. Objective : to determine the correlation between the size of tympanic membrane perforation with the hearing threshold value in CSOM. Methods : Observational analytic with cross sectional design. Result : There was a strong positive correlation and statistical significance between the size of tympanic membrane perforation with hearing threshold value of conductive hearing loss (r = 0.600; p < 0.05). There was a positive correlation which statistically significant between the size of tympanic membrane perforation with air conduction hearing threshold value in the frequency of 250 Hz, 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz and 4000 Hz (p < 0.05), except in the frequency of 8000 Hz (p = 0.163). Conclusion : There is a positive correlation between the size of tympanic membrane perforation with the hearing threshold value in CSOM patients.

Kata Kunci : Otitis media supuratif kronis, ukuran perforasi membran timpani, nilai ambang dengar