PRIMBON JAWA (Klasifikasi, Makna, dan Kearifan Lokal)
HARTONO, Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, S.U., M.A.;Dr. Inyo Yos Fernandes ;Prof. Dr. Soepomo Poedjosoedarmo, M.A.
2016 | Disertasi | S3 LinguistikDisertasi ini merupakan kajian deskriptif kualitatif mengenai primbon Jawa. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk: (1) mengklasifikasikan primbon Jawa; (2) menganalisis makna primbon Jawa, dan (3) menemukan kearifan lokal dalam primbon Jawa. Cara yang dilakukan untuk sampai pada tujuan tersebut, yaitu: dengan menetapkan sumber data penelitian berupa data tertulis dan data lisan. Data tertulis berupa dokumen kitab primbon Jawa dan data lisan berupa hasil wawancara. Hasil penelitian ini adalah: (1) Primbon yang diklasifikasikan dalam penelitian adalah primbon perkawinan, mendirikan rumah, dan primbon usaha yang meliputi 16 petung, kemudian dirinci lagi menjadi 57 jenis petung; (2) Makna yang terkandung dalam petung primbon Jawa adalah sebagian besar berupa makna konotatif atau makna kias. Bahasa yang digunakan dalam primbon adalah bahasa yang cenderung arkais (kawi). Bahasa itu tersusun dalam kalimat yang indah, berirama supaya mudah diingat. Kalimat indah itu berisikan leksikon arkais. Leksikon arkais tersebut dengan sendirinya dibantu oleh afiks arkais. Dalam primbon Jawa yang penting dicatat adalah perhitungan tentang watak hari-hari. Setiap hari, baik hari dengan sistem 7 hari (saptawara) ataupun dengan sistem 5 hari pasaran (pancawara) memiliki wataknya sendiri-sendiri. Di samping hari, yang mempunyai watak adalah keris atau wesi aji, membuat alat rumah tangga, orang meninggal, bercocok tanam, dan lain-lain; (3) Orang Jawa percaya bahwa ada kekuasaan Yang Maha Kuasa di luar kekuasaan dirinya. Kekuasaan ini menguasai nasib hidup orang. Nasib ini ditentukan oleh hari lahir, hari melangsungkan pernikahan, hari pada waktu akan mendirikan rumah, atau hari-hari pada waktu mengawali suatu kegiatan sehari-hari. Nasib baik atau buruk dicatat dalam primbon. Pada waktu dulu yang mencatat hal itu adalah orang-orang tua yang selalu memperhatikan perhitungan saat-saat kejadian dan akibatnya. Hal itu sering dinamakan dengan Ilmu Titen. Ilmu titen ini nantinya akan membangun sebuah sistem kognisi yang menghasilkan beberapa kearifan lokal yang sarat dengan nasihat bijak untuk generasi mendatang. Kearifan lokal yang ditemukan dalam primbon Jawa diuraikan berdasarkan keperluannya, yaitu: (1) petung salaki rabi perjodohan, (2) petung gawe omah membuat rumah, (3) petung bayi lair kelahiran bayi, (4) petung lelungan bepergian, (5) petung saat agung saat agung, (6) petung boyongan pindah rumah, (7) petung pamilihing desa kanggo gawe omah pemilihan desa untuk membuat rumah, (8) petung saat dina lan pasaran saat hari dan pasaran, (9) petung wataking wesi aji sifat besi bertuah atau keris, (10) petung impen mimpi, (11) petung kalamudheng kalamudheng, (12) petung kelangan kehilangan, (13) petung tuku kewan membeli hewan ternak, (14) petung nenandur bercocok tanam, (15) petung udan hujan, dan (16) petung lelarane manungsa penyebab sakit manusia. Hasil wawancara dengan informan ditemukan kearifan lokal yang berhubungan dengan: (17) menentukan pasangan hidup; (18) keturunan; dan (19) mistik.
This dissertation was a descriptive qualitative study on the expressions in Javanese primbon (divining manual). The objectives of research were: (1) to classify Javanese primbon; (2) to analyze the meaning of Javanese primbon, and (3) to find the local wisdom of expression in Javanese primbon. The method used to achieve those objectives was to determine the data source of research, written and spoken data. The written data was Javanese Primbon Book document, while the spoken data included the result of interview. The results of research were as follows. (1) Primbon classified in this research was primbon of marriage, building house, and business involving 16 petung that was then detailed into 57 types of petung (estimation). (2) The meaning contained in Javanese primbon petung was largely connotative one. The language used in primbon was archaic one. The language was organized in beautiful rhythmic memorable language. The beautiful language contained archaic lexicon. What is important to note in Javanese primbon was the estimation of daily character (disposition). Every day, either the one using 7-day (saptawara) system or the one using 5-day (pancawara) system has its own disposition. In addition to day, the one having disposition was kriss or precious iron, manufacturing household appliances, death, planting, and etc. (3) Javanese people believed that there The Almighty out of their power. This power mastered the peoples life fate. This fate was determined by the day of birth, the day of wedding, the day of building house, or the day of initiating a daily activity. Good or bad fate was recorded in primbon. In the past the one recording it was the elder who always paid attention to the estimation of event time and its consequence. It was often called Ilmu Titen. This ilmu titen later would construct a cognition system resulting in some local wisdoms replete with wise advice for the next generation. Local wisdom found in Javanese primbon was elaborated by its utilities as follows: (1) petung salaki rabi mating, (2) petung gawe omah building house, (3) petung bayi lair baby birth, (4) petung lelungan travelling, (5) petung saat agung noble time, (6) petung boyongan moving to another house, (7) petung pamilihing desa kanggo gawe omah choosing village to builhd house, (8) petung saat dina lan pasaran day and pasaran time, (9) petung wataking wesi aji magic-powered iron or kriss, (10) petung impen dream, (11) petung kalamudheng kalamudheng, (12) petung kelangan loss, (13) petung tuku kewan buying livestock, (14) petung nenandur planting, (15) petung udan rain, and (16) petung lelarane manungsa cause of human sickness. In addition, in interview with the informants, it could be found the local wisdom related to: (17) deciding on life partner; (18) offspring; and (19) mysticism.
Kata Kunci : primbon Jawa, makna petung, kearifan lokal,Javanese primbon, meaning of petung, local wisdom.