Majlis Tafsir Al-Qur'an (MTA) vs Nahdlatul Ulama (NU): Konflik Sosial Keagamaan Masyarakat Islam Jawa Tengah Tahun 1990-2013

NIHLATUL LAILI, Dr. Sri Margana, M. Phil

2016 | Tesis | S2 Ilmu Sejarah

Majlis Tafsir Al-Quran merupakan gerakan dakwah yang bertujuan mengajak umat mengamalkan ajaran Islam sesuai dengan tuntunan Qur'an dan Sunnah, didirikan oleh Abdullah Thufail Saputro di Surakarta. Latar belakang berdirinya MTA adalah adanya penilaian masih banyak pengamalan Islam yang menyimpang. Dalam perkembangannya dakwah MTA yang meluas ke pedesaan di berbagai wilayah di Indonesia cenderung diwarnai konflik. Masyarakat NU yang dikenal mengamalkan praktek Islam tradisi menolak keras keberadaan MTA yang dinilai provokatif. Penelitian ini mengkaji tentang konflik sosial keagamaan antara MTA dan NU di beberapa daerah di Jawa Tengah;yaitu Sragen, Blora, Purworejo, dan Kudus antara tahun 1990-2013. Permasalahan utama penelitian ini adalah permasalahan kemunculan MTA pada awal berdirinya rezim Orde Baru yang gencar melawan komunis serta dakwah MTA yang tegas terhadap tradisi sehingga menyulut konflik dengan NU. Jawaban atas pertanyaan dikaji dari sumber primer dan sekunder seperti sumber lisan, media-media tercetak dan elektronik, dan beberapa referensi yang relevan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah, pertama, MTA lahir dalam dinamika masyarakat yang kompleks, baik dalam aspek kehidupan sosial-keagamaan maupun situasi kekacauan sosial-politik pasca peristiwa G30S/PKI. Kedua, keadaan masyarakat Islam Surakarta ketika MTA muncul tahun 1990 kompleks dengan permasalahan akibat situas amok pasca G30S. Ketiga, perluasan MTA sampai ke pedesaan-pedesaan Jawa Tengah yang mayoritas pengikut NU, mendapat reaksi keras. Penolakan terhadap dakwah MTA lebih dikarenakan masyarakat NU merasa praktek keagamaan mereka yang kental dengan tradisi di anggap sesat oleh MTA.

Majlis Tafsir Al-Qur'an is a institution 0f Islamic propagation movement which aims to encourage people to practice the teachings of Islam in accordance with the guidance of the Qur'an and Sunnah, founded by Abdullah Thufail Saputro in Surakarta. The background of the establishment of the MTA is still a lot of their assessment practice deviant Muslims. In the development of propaganda MTA that extends to the countryside in various regions in Indonesia tend to be colored by the conflict. NU community known practice to practice Islam tradition balked where MTA is considered provocative. This study examines the socio-religious conflicts between the MTA and NU in some areas in Central Java; namely Sragen, Blora, Purworejo, and Kudus between the years 1990-2013. The main problem of this research is the problem of the emergence of the MTA at the beginning of the New Order regime vigorous propaganda against the communists and the MTA are firmly against sparking conflict with the tradition of NU. The answer to the question be studied from primary and secondary sources such as oral sources, media-print and electronic media, and some of the relevant reference. The conclusion of this study is, first, the MTA was born in the dynamics of complex societies, both in terms of the socio-religious and socio-political situation of chaos after the G30S/PKI. Second, the state of the Surakarta Islamic community emerged in 1990 when the MTA complex problems due to post-G30S situas amok. Third, the expansion of the MTA to the rural villages of Central Java which the majority of NU followers, have a strong reaction. The rejection of the MTA propaganda is more due to the NU community feel their religious practices are steeped in tradition is considered heretical by the MTA.

Kata Kunci : konflik, purifikasi, tradisi, Majlis Tafsir Al-Qur'an, Nahdlatul Ulama, conflict, purification, tradition, Majlis Tafsir Al-Qur'an, Nahdlatul Ulama