SISI GELAP TOLERANSI Terkendalanya Gerakan Bebas Asap Rokok di Kelurahan Bausasran
CINTHYA MEGAPERTIWI, Prof.Dr. Purwo Santoso, M.A.
2016 | Skripsi | S1 ILMU PEMERINTAHAN (POLITIK DAN PEMERINTAHAN)ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kegagalan Gerakan Bebas Asap Rokok Quit Tobacco Indonesia (Gerakan RBAR QTI) mengubah budaya toleransi merokok di Kelurahan Bausasran, Kota Yogyakarta. Budaya toleransi merokok warga dilihat melalui tiga lapisan kebudayaan (lapisan permukaan, lapisan tengah, dan lapisan dalam) yang didorong oleh empat variabel, yaitu: pola komunikasi antar warga, upaya mengelola konflik, nilai yang dipercayai oleh para warga, dan adanya stratifikasi sosial. Kemudian melalui mobilisasi sumber daya, gerakan membangun jaringan dengan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, mengajak key person, serta menggunakan media konvensional. Melalui konsep tersebut, akan menjawab mengapa gerakan tidak mampu mengubah budaya toleransi merokok di warga Kelurahan Bausasran. Metode penelitian memakai studi kasus dan Kelurahan Bausasran sebagai wilayah kunci. Wawancara dilakukan dengan warga, dan aktor gerakan, sedangkan observasi dipakai untuk melihat pola perilaku warga di kelurahan setempat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, gerakan tidak menyadari jika toleransi sudah menjadi standar kepantasan. Toleransi merokok pada warga sudah masuk ke dalam alam bawah sadar dan dibiasakan terjadi begitu saja. Sedangkan gerakan tidak menyusun strategi untuk mengubah budaya tersebut, terbukti bahwa program RW Bebas Asap Rokok tidak benar-benar sukses diberlakukan. Kelemahan gerakan yang tidak mampu memanfaatkan sumber daya terletak pada tiga masalah utama, yaitu: tidak berjalannya peran key person dalam proses mempengaruhi warga, ketergantungan dengan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, serta Puskesmas Danurejan 2, sehingga melakukan sosialisasi dianggap sudah mampu mewujudkan intoleransi. Tidak adanya strategi kontroversi untuk membalik wacana toleran menjadi intoleran terhadap rokok merupakan tantangan yang tidak dapat dilewati oleh gerakan. Oleh karena itu, strategi mobilisasi yang dilakukan oleh gerakan RBAR QTI tidak mampu untuk menembus lapisan tengah kebudayaan dan lapisan yang paling dalam, karena strategi mereka hanya sampai pada lapisan permukaan.
ABSTRACTION This study aims to explain the failure of Smoke Free Movement Quit Tobacco Indonesia (Gerakan RBAR QTI) in changing the culture of tolerance towards smoking activities in Bausasran, Yogyakarta. Tolerance culture towards smoking citizens is viewed through three layers of culture (the surface layer, middle layer and the inner layer) which is driven by four variables, such as: communication patterns among people, efforts to conflict management, the value of which is believed by people, and the existence of social stratification. Furthermore, it also uses the resources mobilization concept to explain how the movement builds its networks with the Local Health Office of Yogyakarta (Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta), invites key persons, and uses conventional media. Both of the concept, will explain why the movement was unable to change the tolerance culture pf smoking acivities in Bausasran. This research used case study to collect information in Bausasran as a key area. Interviewed the residents and movement actor, while the observation is used to see the patterns of resident���¢�¯�¿�½�¯�¿�½s behavior in Bausasran. The results showed that, the smoke free movement was not aware if the tolerance has become a standard of appropriateness. Tolerance of smoking activities on residents already entered into the subconscious and familiarized happen. Meanwhile the movement does not have the strategy to change the culture, it is evident that the smoke-free program was not fully successful enforced. The movement is unable to utilize the resources rests on three main issues, such as: the ineffectiveness of the role of the key person in the process affects the citizens, dependence with Local Health Office of Yogyakarta, and with Public Health Center Danurejan 2 (Puskesmas Danurejan 2), so as to disseminate considered able to realize intolerance. The absence of a strategy to reverse the discourse tolerant controversy became intolerant of smoking, is a challenge that cannot be ignored by movement. Therefore, mobilization strategy operated by RBAR QTI movement was unable to penetrate the middle layer of culture and innermost layers, because their strategy is limited to the surface layer.
Kata Kunci : Kata Kunci : Budaya Toleransi, Merokok, Mobilisasi Sumber Daya, Strategi Gerakan