Dampak Kenaikan Tarif Cukai Tembakau Terhadap Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau Kepada Petani Tembakau di Kabupaten Klaten Ditinjau Dari Asas Keadilan
HENRY SETYANTO, Anugrah Anditya, S.H., M.T.
2016 | Skripsi | S1 ILMU HUKUMCukai merupakan salah satu sumber penerimaan negara dan memiliki peran penting yaitu sangat berkontribusi dalam APBN, terutama sektor Penerimaan dalam negeri. Cukai merupakan salah satu pungutan tidak langsung, namun ternyata pungutan cukai memiliki karakteristik yang berbeda, dia memiliki karakteristik khusus yang tidak dimiliki pajak lainnya, bahkan tidak serupa dengan jenis pajak tidak langsung lainnya. Penerimaan cukai tembakau merupakan penerimaan yang paling besar diantara pungutan cukai lainnya. Setiap tahun, pemerintah meningkatkan tarif cukai tembakau. Kenaikan tarif cukai tembakau tiap tahun ini menyebabkan dampak negatif tersendiri bagi konsumen yaitu semakin naiknya pula harga rokok. Namun demikian, para konsumen tetap saja membeli tidak menghiraukan kenaikan harga dari rokok itu sendiri. Berbanding terbalik akibat dari kenaikan cukai tembakau tersebut bagi petani tembakau. Pembagian dana cukai hasil tembakau tersebut yang resmi dikenal sebagai Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT). Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau merupakan dana bagi hasil yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah hasil dari pembayaran pajak berupa cukai tembakau. Pada intinya dampak dari kenaikan cukai tembakau bagi konsumen sangat berbanding terbalik terhadap petani tembakau, semakin tinggi cukai tembakau tersebut semakin banyak pula dana bagi hasil cukai tersebut yang dikembalikan ke daerah sentra-sentra penghasil tembakau dan petani tembakau itu sendiri. Namun dalam pengalokasian DBH-CHT tersebut belum optimal.
Tax is one of the country’s source of income and has an important role which is very contributed in APBN, especially gross domestic income. Tax is an indirect collect, yet tax collection evidently has different characteristics. It has a special characteristic that does is evident in other taxes, it is even not the same with other types of indirect taxes. Tobacco excise income is the biggest income compared to other tax incomes. Every year the government increase the tobacco excise tax. The yearly increase of tobacco excise tax has negative effects for consumers, which causes an increase in prices of cigarettes. Although this is the case, consumers still buy it regardless of the price increase of cigarettes. This is the opposite effect in an increase of tobacco excise towards tobacco farmers. The division of excise income from tobacco production, considered as Revenue Sharing Funds of Tobacco Production or Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT). Revenue Sharing Funds of Tobacco Production is an income division created by central government towards regional government as a result of tax payment in a form of tobacco excise. Essentially, the effect of tobacco excise increase towards consumers has the opposite effect for tobacco farmers, the higher the increase of tobacco excise the greater the revenue sharing of the excise that will be given back to centers of tobacco production and tobacco farmers. Nevertheless, the allocation of DBH-CHT is still not optimal.
Kata Kunci : Cukai, Cukai Tembakau, Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau