SLOW FOOD MOVEMENT DAN GLOBALISASI
EMHARIS GIGIH PRATAMA, Drs. Muhadi Sugiono, M.A.
2016 | Skripsi | S1 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONALMasuknya gerai McDonalds dan korporasi makanan cepat saji lainnya ke hampir seluruh negara di dunia memberikan pengaruh terhadap pola konsumerisme masyarakat global terhadap sebuah makanan. Mengkonsumsi sebuah makanan bukan lagi persoalan tentang pemenuhan kebutuhan biologis saja, namun juga sebagai pilihan rasional yang bersifat politis. Istilah McDonaldization oleh Georger Ritzer menegaskan bahwa terjadi sebuah proses globalisasi (dari atas) yang didorong oleh korporasi sejenis McDonalds yang kemudian memberikan ancaman terhadap aspek ekonomi, sosial, lingkungan, politik, dan budaya. Ancaman tersebut kemudian direspon oleh sebuah gerakan yang dinamakan Slow Food Movement dengan cara mengglobalkan sebuah gagasan alternatif, yaitu mengembalikan kontrol individu terhadap apa yang dimakannya. Meskipun pada awalnya gerakan tersebut melawan kehadiran industri makanan cepat saji, namun dalam perkembangannya Slow Food Movement bergerak untuk mempengaruhi sistem yang lebih luas, yaitu upaya untuk menciptakan sebuah trend altenatif globalisasi baru yang disebut dengan globalisasi dari bawah. Dengan persebaran di lebih dari 160 negara, Slow Food Movement mampu memberikan pengaruh terhadap struktur sosial untuk kembali mengaplikasikan konsep kehidupan yang lebih baik melalui kontrol terhadap makanannya. Skripsi ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara Slow Food Movement dan fenomena globalisasi melalui strategi-strategi Slow Food Movement yang dikaji dengan konsep globalisasi dan juga teori strukturasi oleh Anthony Giddens.
"You are what you eat" as the slogan of Slow Food Movement emphasizes people to be more aware about what they consume. Slow Food Movement emerged as a counter to McDonalds’ opening in Rome in 1986. Fast food becomes one of the globalization phenomena closest in our surrounding, where fast food outlets can be found almost in all cities in this world. Thousands outlets of a fast food industry is able to provide a threat to the loss of certain varieties of food chain, besides its impact of economic, cultural, and environments. Slow Food Movement exists as an antithesis movement as well as solutions to those negative impacts. With a network that spread in more than 160 countries, Slow Food Movement seeks to create an alternative to the new globalization, namely the globalization from below. Slow Food Movement acts as an agent who tries to influence the social structures globally, taking into consideration the quality of life aspects than economic factors. This thesis aims to identify the relationship between Slow Food Movement and the phenomenon of globalization through strategies of Slow Food Movement, which analysed by the concept of globalization and structuration theory by Anthony Giddens.
Kata Kunci : Globalisasi, Globalisasi dari Bawah, Gerakan Sosial, Gerakan Transnasional, Kuliner, Struktur Sosial, (Teori) Strukturasi.