Laporkan Masalah

PEMBERDAYAAN LANSIA OLEH KOMUNITAS POJOK BUDAYA MELALUI PEMBUATAN MAINAN TRADISIONAL (Studi Tentang Lansia Pengrajin Mainan Tradisional, Dusun Pandes, Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, DIY)

IRA NAILA SAADAH, Dr. Tri Winarni Soenarto Putri, S.U.

2016 | Skripsi | S1 ILMU PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN (SOSIATRI)

Lansia dipandang sebagai beban bagi masyarakat. Hal ini terjadi karena lansia mengalami penurunan kondisi fisik dan kesehatan, produktivitas, serta kondisi psikologi dan social. Lansia itu sendiri sebenarnya merasa terbebani dengan dampak yang ditimbulkan dari perubahan usia yang mereka alami. Lansia merasa jenuh, hidup tidak berharga, dan hanya menjadi beban bagi keluarganya karena tidak dapat melakukan kegiatan yang berharga. Untuk meminimalisasi permasalahan tersebut perlu adanya pemberdayaan untuk lansia. Pemberdayaan lansia sejalan dengan teori aktivitas yang menjelaskan bahwa lansia sukses dan sejahtera jika lansia tetap beraktivitas ringan di usia senja dan melakukannya secara berkelanjutan. Salah satu contoh pemberdayaan lansia yang dilakukan oleh Komunitas Pojok Budaya di Dusun Pandes, Desa Panggungharjo. Pemberdayaan terhadap lansia pengrajin mainan tradisional yang dilakukan oleh Pojok Budaya merupakan cara yang berbeda dengan upaya pemerintah. Upaya pemberdayaan lansia oleh pemerintah bersifat karitatif. Dalam penelitian ini penulis menjelaskan pemberdayaan yang dilakukan oleh Komunitas Pojok Budaya pada para lansia pengrajin mainan tradisional. Dalam menjawab rumusan masalah, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengambilan informan dilakukan secara bertujuan (purposive) sehingga informan sudah ditentukan terlebih dahulu. Informan yang diambil seluruhnya berjumlah 10 orang. Data dikumpulkan melalui pengamatan, wawancara, dan dokumentasi terhadap para Lansia pengrajin mainan tradisional, pihak pengelola Pojok Budaya, dan Kepala Dusun Pandes. Berdasarkan hasil penelitian, Pojok Budaya melakukan pemberdayaan pada lansia melalui beberapa tahapan. Tahap pertama yaitu memberikan penyadaran pada masyarakat khususnya lansia pengrajin mainan tradisional bahwa kerajinan mainan tradisional merupakan tradisi yang sudah ada sejak lama dan merupakan sebuah potensi yang dimiliki oleh masyarakat Dusun Pandes yang harus terus dipertahankan dan dikembangkan. Tahap kedua, lansia diberikan pemahaman terkait bagaimana memanfaatkan potensi dan keahlian membuat mainan tradisional. Tahap ketiga yaitu pemberdayaan yang melibatkan para lansia secara langsung dalam kegiatan yang diadakan oleh Pojok Budaya. Pojok Budaya memanfaatkan keahlian yang telah dimiliki oleh para lansia dan memberdayakan lansia. Dengan cara pemberdayaan tersebut lansia merasa bahagia karena melakukan aktivitas yang memang merupakan keahliannya. Selain itu mereka dapat bersosialisasi langsung dengan orang lain dan merasa bahwa mereka masih tetap dihargai keberadaannya.

Aged person has been seen as a burden for community. Such problems, like health and physical fitness, productivity, and social and psychology�s malfunctions are the causes. They themselves are actually burdened of several inflicted impacts by their changing ages. They feel so bored, useless, and only become burdens for their own families as not capable of doing such precious activity. That why, it is necessary to conduct some empowerment agenda to minimize those problems. Aged person empowerment is in line with theory of activity explaining of which they are succeed and prosperous if they keep doing lighted activity and sustainable while being older. One of aged person empowerment agenda has been done by Komunitas Pojok Budaya (Cultural Corner Community) at Dusun Pandes, Desa Panggungharjo, Kabupaten Bantul. The empowerment upon traditional toys aged craftsman conducted by Pojok Budaya is different, compared with governmental effort one, which is obviously caritative. In this study, the author will explain such empowerment agenda done by Komunitas Pojok Budaya towards traditional toys aged craftsman. I use qualitative research method with descriptive approach in order to answer research question. Hence, this study uses purposive informants� withdrawal, so they can be determined firstly. There are ten informants as a whole. Data has been collected through observation, interview, and documentation upon traditional toys aged craftsman, Pojok Budaya�s administrator, and Head of Dusun Pandes. Based on research findings, Pojok Budaya has done such empowerment agenda through several steps. First of all, they give some brainstorming for the community, especially traditional toys aged craftsman that traditional toys craft is a tradition which has been existing for long time ago as well as such potency owned by Dusun Pandes� community. Therefore, it should be preserved and developed more. Secondly, they are given some understanding on how to harness those potencies and expertise of making traditional toys. Thirdly, the empowerment agenda, conducted by Pojok Budaya makes aged person directly get involved with by using their expertise to empower them as well. By using these several empowerment steps, the aged persons would be fairly happy. Because, they do some activity, which of course are their expertises. Besides it, they can directly interact with somebody else and feel that they remain respected by the others.

Kata Kunci : Lanjut Usia, Pemberdayaan Lansia, Pojok Budaya, Mainan tradisional