PELESTARIAN WARISAN DUNIA BERBASIS MASYARAKAT SEBAGAI UPAYA MENGHADAPI KOMUNITAS MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA): STUDI KASUS CANDI BOROBUDUR
M HASBIANSYAH ZULFAHRI, Dr. Daud Aris Tanudirjo, M.A
2016 | Skripsi | S1 ARKEOLOGIDiberlakukanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi suatu integrasi kekuatan ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Terdapat dua belas poin sektor prioritas dalam awal penerapannya, salah satunya adalah sektor pariwisata. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya pariwisata berkelas dunia, salah satunya adalah Candi Borobudur. Candi Borobudur memiliki nilai yang sangat penting bagi bangsa di seluruh Dunia, selain karena memiliki nilai arkeoligis yang sangat tinggi, candi ini pun telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia (World Cultural Heritage). Sebagai sumberdaya pariwisata, tantangan dan ancaman yang dihadapi Candi Borobudur baik secara fisik maupun non fisik akan terus meningkat setiap harinya. Apalagi dalam konteks MEA, karena itu perlu adanya sinergisitas antara pemerintah sebagai pengelola utama dengan masyarakat sebagai pemilik warisan budaya tersebut. Penelitian ini merupakan deskripsi tentang kondisi pelestarian kawasan Candi Borobudur yang diletakan dalam kaitan perannya sebagai sumberdaya pariwisata yang tentu akan terpengaruh dengan adanya kebijakan baru MEA. Deskripsi kondisi pelestarian ini dihasilkan dengan menganalisis berbagai data yang diperoleh dengan cara participatory rural appraisal (PRA) dalam konteks pendekatan Cultural Resource Manangement (CRM). Tahap-tahap penelitian terdiri dari pengumpulan data, pengolahan data menggunakan statistik deskriptif, dan analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil dari penelitian ini adalah gambaran pelestarian berbasis masyarakat yang dilakukan di Desa Borobudur yang memiliki dua tipe, yaitu: Pertama, pelestarian yang berasal dari pemerintah yang melibatkan masyarakat. Kedua, pelestarian yang murni berasal dari masyarakat. Secara umum, masyarakat secara mandiri mendirikan komunitas-komunitas pencinta budaya yang berperan dalam aspek pengembangan (pariwisata) walaupun masih belum optimal. Selanjutnya analisis juga dilakukan untuk menemukan kemungkinan strategi yang tepat bagi lembaga pengelola Candi Borobudur dalam menghadapi MEA, Hasilnya, strategi yang tepat dapat disarankan sebagai berikut: memetakan ancaman dan tantangan yang terjadi, konsolodasi antar stekholders, pemberdayaan masyarakat Borobudur dibidang pelestarian, pariwisata, ekonomi kreatif, dan dibangunnya Borobudur Center sebagai wahana aktualisasi masyarakat dengan konsep pariwisata berkelanjutan
ABSTRACT The formation of ASEAN Economic Community (AEC) has been regarded as an integration of economic power in Southeast Asia. There are 12 sectors of AEC where such an integration applies, one of them is tourism sector. Indonesia is one of the rich countries with world-class tourism destination, one of them is the Temple of Borobudur. This temple has an important value for international community. It has, also an obvious archaeological value. Therefore the Borobudur Temple compond has been enlsted as World Culture Heritage. Due to ever-present challenges and threat, both physical and non-physical faced by this important cultural heritage, a synergy for preservation should exists between the government as its caretaker, and the people to whom this cultural heritage monument belongs The research is aimed at describing the condition of the preservation of the temple in relation to it’s role as tourism resources which would certainly be affected by the existence of a new AEC policy. Description of the condition of preservation is generated by analyzing various data obtained by means of Participatory Rular Appraisal (PRA) and Cultural Resource Management (CRM). The stage of research consists of collecting data, processing data using descriptive statistics, and analysis data using qualitative analysis and quantitative analysis. The results of this research is a general understanding of community-based conservation conducted in the village of Borobudur. This research shows there are two types of preservations involving the community of Borobudur: First, the preservation which came from the government to involve the community. Second, the preservation that comes from the community themself . In general, the community of Borobudur independently established communities that play a significant role in preservation efforts, especially in development (tourism) sector, though still not optimal. Therefore, the right strategy for the institution managing Borobudur in the face of AEC is to map out the threat and challenges that arises, consolidating the stakeholders, and empowering the community around Borobudur in preservation, tourism, creative economy, and finally the building of Borobudur Center as a vehicle to actualize a community with sustainable tourism approach.
Kata Kunci : Community-based conservation, Borobudur Temple, ASEAN Economic Community (AEC), Cultural Resource Management, World Heritage