Laporkan Masalah

Model Bisnis pada Organisasi Kewirausahaan Sosial Paguyuban Air Minum Desa (PAMDes) Ngudi Ajining Tirto, Desa Banyusoco, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul

NURUL LATIFAH , Drs. Hadriyanus Suharyanto, M.Si.

2016 | Skripsi | S1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA (MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PUBLIK)

Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan suatu daerah yang tergolong sulit mendapatkan akses terhadap air bersih karena faktor alamnya yang berupa perbukitan karst. Sejak tahun 2003 hingga tahun 2011, jumlah kecamatan di Gunungkidul yang mengalami kekeringan terus meningkat. Pada tahun 2006 ada sekelompok warga yang dipimpin Damanhuri yang bertekad keluar dari kondisi krisis air. Mereka merintis instalasi pengelolaan air bersih di Desa Banyusoco, Playen, Gunungkidul yang kemudian diberi nama Paguyuban Air Minum Desa (PAMDes) Ngudi Ajining Tirto untuk mengairi dusun-dusun di Banyusoco. Organisasi ini dikelola secara mandiri oleh masyarakat. Pada masa awal pembentukannya, PAMDes ini mengalami banyak hambatan baik internal maupun eksternal, namun mereka berhasil mengatasi hambatan yang ada. PAMDes Ngudi Ajining Tirto merupakan potret organisasi yang menerapkan prinsip kewirausahaan sosial (social entrepreneurship). Organisasi kewirausahaan sosial memiliki beraneka ragam model bisnis dalam pengelolaannya. Penelitian tentang bagaimana organisasi kewirausahaan sosial PAMDes Ngudi Ajining Tirto menerapkan model bisnisnya sehingga dapat mempertahankan eksistensinya selama hampir sepuluh tahun menarik untuk dilakukan, sehingga diharapkan dapat menginspirasi daerah lain di Indonesia yang masih mengalami krisis air untuk keluar dari permasalahan tersebut dengan meneladani model bisnis yang dilakukan di organisasi kewirausahaan sosial PAMDes tersebut Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, dengan analisis terhadap sumber data primer dan sekunder yang diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Penelitian kualitatif deskriptif dipilih karena data yang diperlukan dalam penelitian berupa penjelasan karakteristik PAMDes dapat lebih lengkap dan mudah dipahami jika dituturkan langsung oleh narasumber terkait. Berdasarkan hasil penelitian ini dipahami bahwa PAMDes Ngudi Ajining Tirto menerapkan Model Bisnis Volunter. Dalam value proposition organisasi ini mendefinisikan masalahnya dan memberi solusi untuk kemudahan akses terhadap air bersih berikut pelayanannya. Value creation berupa keunggulan secara teknis dan sosial yang dimiliki PAMDes. Serta value capture yang menjelaskan profit diperoleh melalui penjualan produk yang kemudian dialokasikan untuk operasional organisasi, cadangan kas, dan upah pengurus serta keberlanjutan berdasarkan komitmen SDM pengurus dan menjaga kelestarian SDA. Namun, PAMDes ini hendaknya memiliki SDM untuk meneruskan keberadaannya di masa yang akan datang, sehingga tidak hanya bergantung pada SDM yang saat ini menjadi pengurus. Rendahnya daya listrik yang mengganggu stabilitas aliran air juga harus diatasi dengan melibatkan PLN sebagai pengelola listrik Indonesia.

Gunungkidul Regency, Province of Special Region of Yogyakarta, is a region that is classified to have difficult access to clean water because of its karst hills landscape. Since 2003 until 2011, the number of districts in Gunungkidul suffered drought were increasing. In 2006 a group of residents led by Damanhuri were determined to resolve the water crisis. They initiated clean water management in village Banyusoco, Playen, Gunungkidul that was later named "Paguyuban Air Minum Desa or PAMDes (Association of Village Drinking Water) Ngudi Ajining Tirto" in order to irrigate the countries in Banyusoco. This organization is managed independently by the society. In the early establishment, the PAMDes met obstacles, be it internal or external, although they succeeded surmount it. PAMDes Ngudi Ajining Tirto is a portrait of organization that implemented social entrepreneurship principle. Social entrepreneurship organization have various business models in its management. The research on how the social entrepreneurship organization PAMDes Ngudi Ajining Tirto implemented its business model so as to maintain its existence in almost a decade is engaging to do, so that it is expected to inspire other regions in Indonesia that are still facing water crisis to be able to find solutions by emulating the aforementioned model. This research is done by qualitative-descriptive approach, with primary and secondary sources analysis obtained through in-depth interviews, observations and documentations. This approach is selected for the necessary data concerning the characteristics of PAMDes to be more thorough and understandable when uttered from the involved sources. Based on the research results, it is understood that PAMDes Ngudi Ajining Tirto implements Voluntary Business Model. In the term of value proposition, the organization defines its problems and gives solutions on the ease of access of clean water as well as its services. Value creation is a technical and social advantages retained by PAMDes. While value capture that explains benefits from products sales are then allocated for operational purposes, reserves cash ratio and salaries as well as its sustainability based on the commitment on human and natural resources. However, the PAMDes should have human resources for future concerns, so as to not be depended on the current human resources. The low electrical powers that hampers the stability of the water flow should also be addressed by involving the State Electricity Company as the state official that handles electricity.

Kata Kunci : social entrepreneurship, business model, water management,