Laporkan Masalah

KENAKALAN REMAJA : FENOMENA MABUK MURAHAN ALA REMAJA (Studi pada Remaja di Masyarakat Nelayan di Pulau Panjang, Kel Sijantung, Kec Galang, Kota Batam)

ALI SANDRA, Drs. Soeprapto, S.U.

2016 | Skripsi | S1 SOSIOLOGI

ABSTRAK Remaja dalam masa transisi mengalami banyak persoalan tentang dirinya. Baik persoalan internal berupa perubahan secara fisik maupun psikis yang sering kali membawa permasalahan, maupun persoalan eksternal yang datang dari lingkungan sosial tempat di mana mereka berada. Di usianya yang terbilang labil ini, sering kali kurang mendapatkan perhatian yang lebih dari orang tuanya dalam menghadapi persoalan-persoalan tersebut. Sementara mereka dalam keadaan belum matang untuk menggambil suatu keputusan, sehingga tidak jarang banyak di antara mereka yang salah melangkah dan terjerumus ke dalam perbuatan yang menyimpang dan terlibat dalam fenomena kenakalan remaja. Dalam hal ini bentuk kenakalan yang muncul adalah mabuk murahan di kalangan remaja, sehingga timbul permasalahan; 1. Kemunculan fenomena mabuk murah ala remaja di kalangan remaja. 2. Terjadinya proses pewarisan perilaku deviasi di kalangan remaja. Untuk mengkaji isu kenakalan remaja yang berkaitan dengan munculnya fenomena mabuk murahan di kalangan remaja berserta proses pewarisannya, dilakukan penelitian dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Lokasi penelitian ini adalah Pulau Panjang Kelurahan Sijantung Kecamatan Galang. Informan dalam penelitian ini berjumlah 8 orang, 4 orang di antaranya adalah remaja yang terlibat langsung dalam mabuk murahan. Sementara 4 orang lainnya dari kalangan orang tua yang berpengalaman di bidang mabuk-mabukan guna dijadikan pembanding antara mabuk orang-orang dahulu dengan remaja saat ini. Teknik pengumpulan datanya adalah dengan melakukan wawancara mendalam, observasi langsung, dokumentasi lapangan berupa foto, beserta studi pustaka sebagai sumber data. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa telah terjadi pergeseran budaya, yakni dari yang dahulunya berupa budaya minum miras yang berfungsi sebagai penghangat tubuh, sekarang berubah konteksnya menjadi mabuk sebagai tujuan, sehingga saat budaya tersebut terwariskan pada remaja Pulau Panjang saat ini, bergeser menjadi budaya mabuk dan sensasi mabuk menjadi tujuan utama mereka. Pergeseran tersebut terjadi karena adanya respon sosial atas situasi ketidak percayaan diri, ketidakpastian akan masa depan dan mabuk sebagai sarana pelarian, dan sebagai tren yakni agar dipandang gaul. Kemudian keadaan semakin diperburuk dengan adanya sikap ketidak acuhan orang tua beserta lemahnya kontrol sosial masyarakat. Di samping itu juga terjadi pewarisan mabuk murahan antar remaja yakni dari senior ke junior, yang menjadikan fenomena mabuk murahan di kalangan remaja Pulau Panjang ini semakin meluas dan terus bertahan hingga saat ini. Kata kunci: Kenakalan remaja, mabuk murahan, pewarisan budaya, respon sosial.

ABSTRACT The Juvenile in transition process encountered many problems on himself. Both the internal problems in the form of physical and psychological changes that often brings problems, and external issues that come from the social environment where they are lived. In the age of those who are unstable, often get less attention from their parents to face their problems. While they have not been able to take a decision, so it is not uncommon of them have wrong way and fell into the deviant behavior and be involved in the phenomenon of juvenile delinquency. In case of this form of delinquency which arises is cheap drunk among teenagers, so the problems are; 1. The emergence of the phenomenon of low cost-style drunken teenagers. 2. The occurrence of deviation in the process of inheritance behavior among teenagers. To examine the juvenile delinquency issues are associated with the emergence of the phenomenon of cheap drunken teenagers along with the process of inheritance, carried out research with a qualitative descriptive approach. Location of this research in Panjang Island, Sijantung Village, Galang sub district. Informants in this study were 8 people, 4 of them are teenagers who are directly involved in cheap drunken. While 4 others from among parents who are experienced in the field of drunkenness. In order to be used as a comparison between how to drunk of ancients with today's teenagers. Data collection technique is to conduct in-depth interviews, direct observations, field documentation in the form of photos, along with literature as a data source. The results of this research indicate that there has been a cultural shift, ie of which used to be a culture of drinking alcohol that serves as body warmers, now changed context drunk as a purpose, so that when the culture is inherited to teenagers in Panjang Island at this time, shifted into the drunk culture and drunk sensation becomes their primary goal. Such shifts occur because of the social response to the situation of self-distrust, uncertainty about the future and drunk as a means to escape, and to follow the trend association. Then the situation is compounded by the attitude of indifference from parents and the weakness of social control. In addition its also occurs among teenagers inheritance of cheap drunk namely from senior to junior, who made a cheap drunk phenomenon among teenagers in Panjang Island is widespread and exist until today. Keywords: Juvenile delinquency, Cheap drunk, Cultural shift, Social response

Kata Kunci : Kenakalan remaja, mabuk murahan, pewarisan budaya, respon sosial

  1. S1-2016-331882-abstract.pdf  
  2. S1-2016-331882-bibliography.pdf  
  3. S1-2016-331882-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2016-331882-title.pdf