Pengaruh Status Kepemilikan Lahan Sawah Terhadap Intensitas Penanaman di Desa Banjararum, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulonprogo
DEASI OKTINAFURI, Dr. Sudrajat, M.P.
2016 | Skripsi | S1 GEOGRAFI DAN ILMU LINGKUNGANStatus kepemilikan lahan sawah merupakan fenomena yang unik dan bervariasi dalam suatu masyarakat di pedesaan. Keunikan status kepemilikan lahan salah satunya dipengaruhi faktor adat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status lahan kepemilikan lahan sawah di Desa Banjararum, jenis pola urutan tanam danintensitas penanaman lahan di Desa Banjararum serta mengetahui ada tidaknya pengaruh antara status kepemilikan lahan terhadap intensitas penanaman. Status kepemilikan lahan yang akan diteliti dibatasi pada 3 jenis status kepemilikan lahan yang secara umum ada di Desa Banjararum, yaitu lahan milik sendiri, lahan sakap dan lahan sewa. Intensitas penanaman diperoleh berdasarkan frekuensi penanaman dalam satu tahun berdasarkan kalender tanam. Penelitian dilakukan di Desa Banjararum, Kalibawang, Kulon Progo yang merupakan Desa Berbasis Pertanian, pemilihan sampel ditentukan dengan metode Purposive Sampling dengan unit analisis rumah tangga tani. Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengumpulan data primer melalui wawancara dengan kuesioner dan observasi lapangan. Analisis data menggunakan metode deskriptif frekuensi,tabulasi silang/crosstab dan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status kepemilikan lahan Desa Banjararum didominasi oleh status kepemilikan lahan sawah kombinasi, yang terdiri dari lahan milik sendiri dengan lahan sewa (33,3%). Pola tanam didominasi oleh Padi-padi-palawija (43,3%) dan intensitas penanaman 3 kali dalam 1 tahun (60%). Berdasarkan hasil analisis crosstab, terdapat pengaruh antara status kepemilikan dengan intensitas penanaman, namun hasil uji chi-square menunjukkan keduanya tidak berhubungan secara signifikan.
The ricefield ownership status is an unique phenomenon in a rural society, influenced bycustom factor. This research aimed to know kinds of the ricefield ownership status, kinds of cropping pattern, the level of cropping intensity, and the effect of ricefield ownership status towards the cropping intensity. The land ownership status divided into 3, they are own land, sakap land, dan rent land. The plant intensity obtained based on the plant frequency in a year based on the calendar for cropping. The research was conducted in Banjararum village, Kalibawang subdistrict, Kulon Progo regency as a agriculture base village, the sample choosed by purposive sampling technique, with household farmers analysis unit. The data were collected from collecting primer data through interview questionnaire, and field observation. The data analysis used frequency descriptive methode, cross tabulation, and chi-square test. Based on the study, there are several results: ricefield ownership status in Banjararum village dominated by combination of own land and rent land (33,3%). Cropping pattern dominated by rice-rice-palawija (43,3%) and cropping intensity 3 times by year. Based on crosstab analysis result, there is effect between ricefield ownership status towards cropping intensity, but chi-square test showed that none of them related significantly.
Kata Kunci : Key word : Ricefield, Land Ownership, Cropping Intensity