SUBJECTIVE WELL BEING PADA ANAK WINA DAN ANAK RONA TERKAIT TRADISI BELIS DI MANGGARAI
NUR DAFIQ, prof. Drs. Subandi., M.A, Ph.d
2016 | Tesis | S2 PsikologiBelis adalah mahar perkawinan yang diberikan oleh anak wina kepada anak rona. Dalam perkawinan adat Manggarai, anak wina disebut sebagai mempelai laki-laki dan anak rona disebut sebagai mempelai perempuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna kesejahteraan yang dialami oleh anak wina sebagai pemberi belis dan anak rona sebagai penerima belis dalam tradisi perkawinan adat Manggarai. Penelitian ini dilakukan dengan metodologi kualitatif dengan pendekatan ethno-phenomenology. Proses pengumpulan data dilakukan melalui metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Dalam penelitian ini terdapat 7 orang narasumber etnografi dan 4 orang subyek fenomenologi. dalam melakukan penelitian kualitatif ini, ada 4 prose yang dilakukan yaitu epoche, phenomenological reduction, imaginative variation, dan synthesis of meaning and essence. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna belis bagi masyarakat Manggarai adalah sebagai berikut: simbol atau tanda penghargaan terhadap perempuan, untuk membalas air susu ibu, tanda ikatan kekeluargaan, tanda perempuan masuk dalam klan suami, komitmen untuk hidup bersama sebagai suami dan istri, simbol tingkat status sosial dari pasangan yang menikah dan keluarganya, juga merupakan bukti adat yang diharuskan dalam perkawinan Manggarai. Subyek penelitian belum merasakan kesejahteraan psikologi, hal ini dikarenakan afek negatif lebih banyak muncul dibandingkan afek positif. Afek negatif ini seperti rasa marah, kecewa, dan malu -------------------------------------------------------- ¹ Mahasiswa Magister Psikologi UGM ² Dosen Psikologi UGM
ABSTRACTION SUBJECTIVE WELL BEING OF ANAK WINA AND ANAK RONA RELATED TO BELIS TRADISION IN MANGGARAI Belis is the marriage dowry given by children to anak wina hue. In Manggarai customary marriage, children of wina called the bridegroom and children hue referred to as the bride. The purpose of this study was to determine the meaning of well-being experienced by the child as a giver wina belis and children as recipients belis hue in the tradition of customary marriage Manggarai. This research was conducted using the methodology of qualitative approach to ethno-phenomenology. The process of data collection was conducted through interviews, observation and documentation. In this study, there were seven keynote speakers and four subjects ethnographic phenomenology. in conducting qualitative research, there are four process is done of epoche, phenomenological reduction, imaginative variation, and synthesis of meaning and essence. The results showed that the meaning belis for the Manggarai community are as follows: a symbol or a sign of respect for women, to avenge the mother's milk, a sign of family ties, a sign of women included in the clan husband, a commitment to live together as husband and wife, a symbol rate of social status of married couples and their families, is also a traditional proof required in Manggarai marriage. The research subjects have not felt the psychological well-being, this is due to the negative affects more appear than positive affect. This negative affect of anger, disappointment, and shame. Key words: belis, subjective well being, anak wina and anak rona, psychological dynamic.
Kata Kunci : belis, subjective well being, anak wina dan anak rona, dinamika psikologis