The Islamic State in Iraq and al-Sham: Anatomy of Theology and Justifications of Violence

AZIS ANWAR FAHCRODIN, Dr. Mohammad Iqbal Ahnaf; Dr. Zainal Abidin Bagir

2016 | Tesis | S2 Agama dan Lintas Budaya

Kekerasan dan brutalitas yang dipertontonkan the Islamic State in Iraq and al-Sham (ISIS) telah membuat banyak orang bertanya bagaimana bisa ISIS dan para pengikutnya melakukan perbuatan sekejam itu? Apakah kekejaman itu punya kaitan dengan Islam (sebagaimana ISIS sendiri mengklaimnya)? Tesis ini berupaya menjawab pertanyaan ini dengan meneliti bagaimana ISIS memberikan pembenaran atau justifikasi terhadap tindakan kekerasannya. Kekerasan yang diteliti di sini ialah: membakar hidup-hidup, menghancurkan kuburan, menyalib musuhnya, membunuh yang mereka anggap murtad, menghidupkan kembali institusi perbudakan, dan hal-hal yang relevan. Tesis ini memaparkan bagaimana ISIS memberikan penalaran religius terhadap justifikasi kekerasannya dengan berbasis pada publikasi ISIS sendiri, yakni yang berupa pamflet, booklet, maupun majalah. Tesis ini menaruh fokus terhadap cara ISIS mengutip pernyataan dari sumber-sumber skriptural dan pandangan-pandangan dalam fikih klasik untuk menjustifikasi kekerasannya. Beberapa penekanan diberikan terhadap debat apakah ISIS merupakan percabangan dari Wahhabisme. Tesis ini mengajukan argumen bahwa, meski dalam teologinya ISIS bisa dikatakan merupakan percabangan dari Wahhabisme, banyak elemen lain dalam justifikasi keagamaan ISIS yang tidak identik dengan Wahhabisme. Dalam teologi politis, Wahhabisme ISIS berpadu dengan paradigme biner Qutbisme yang membagi dunia dalam dua area saja: dar al-Islam versus dar al-kufr. Di samping itu, ISIS juga berpandangan bahwa brutalitas adalah bagian inheren dalam jihad dan, lebih penting dari itu, merupakan strategi yang bisa dipakai dalam rangka deterrence maupun pembalasan setimpal terhadap musuhnya. Lebih jauh, tak sedikit dari justifikasi ISIS terhadap kekerasan, dalam kaitannya dengan hukum Islam, memiliki preseden dalam fikih klasik Sunni. Namun demikian, melihat ISIS semata dari aspek teologi bisa terjerumus ke dalam cara pandang reduksionis. Oleh karena itu, tesis ini juga memaparkan latar belakangan di Irak dan Suriah, terutama kekacuan politis dan kondisi sektarian pasca fenomena yang disebut Musim Semi Arab, yang tak bisa diabaikan telah menjadi faktor besar pendorong munculnya gerakan seperti ISIS dan membuat justifikasi kekerasan serta nubuat apokaliptis yang dipercayainya menemukan momentum.

Following the brutality and horrible acts of the Islamic State in Iraq and al-Sham (ISIS), many are terrified and questioning how can they do such savagery? Do those violent acts have any relation to Islam (as ISIS itself claims)? This thesis seeks to answer these questions. It examines the way ISIS religiously justify its violent acts such as beheading, burning alive, reviving slavery, destroying tombs, crucifying opponents, killing those they consider apostates, and other relevant things. To know how ISIS made up its justifications of violence, many publications of ISIS are under scrutiny of this thesis. The publications are those in the form of pamphlet, booklet, and magazines. Close attentions are paid to how ISIS cites statements from Islamic scriptural sources and interpret them in a way that can legitimize its violence. No less important is the way ISIS picks Muslim jurists views from classical Islamic jurisprudence (fiqh). A particular concern is also addressed, that is, on the claim by many that ISIS is a ramification of Wahhabism. Using non-confessional religious studies approach, this thesis argues that, while in theology (aqeeda) ISIS can be said as a ramification of Wahhabism, other elements of ISIS's theological grounds of violence are not. In political theology, ISIS's Wahhabism is blended with Qutbi binary view of the world: the abode of Islam (dar al-Islam) versus the abode of disbelief (dar al-kufr). It has also a distinct paradigm on brutality in which savagery is instrumentalized as a strategy of deterrence and/or retaliation. Further, in Islamic jurisprudence, ISIS's justifications find precedence in Sunni classical, pre-modern Islamic jurisprudence. Looking at ISIS merely through theological lense, however, can be reductionistic. This thesis, thus, strives to provide a background and political context of Iraq and Syria where ISIS has arised and developed things that cannot be removed from the equation. This in turn serves as a framework when engaging in the discourse of religious violence, i.e. to what extent has religion (or interpretation of religion) influenced or been influenced by the milieu where this movement rose up. This thesis argues that ISIS cannot be ISIS without the heated sectarian divide within Iraqi and Syrian society, which eventually provides a fertile ground for ISIS or other movements of the like to flourish, including paving the way for ISIS's theological grounds of violence become applicable.

Kata Kunci : Islamic State, Iraq, Syria, religious violence, justification