PERKEMBANGAN KONURBASI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 1997 - 2015
YUNA BRATA PURBA, Dr. Ir. Suryanto, MSP; Ir. Agam Marsoyo, M.Sc.,Ph.D.
2016 | Tesis | S2 Perencanaan Kota dan DaerahINTISARI Penelitian ini berkaitan dengan perkembangan fisik kota Yogyakarta ke daerah pinggirannya. Perkembangan fisik kota ini membentuk sebuah area terbangun yang berciri fisik kekotaan yang sering disebut konurbasi. Perkembangan kota Yogyakarta membentuk konurbasi kota Yogyakarta dengan daerah sekelilingnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana perkembangan konurbasi tersebut dan apa yang menjadi faktor perkembangan konurbasi tersebut. Judul “Perkembangan†dipakai karena penulis ingin membandingkan dengan penelitian Erizon pada tahun 1997 tentang Konurbasi Kota Yogyakarta. Untuk mengetahui perkembangan konurbasi dipakai metode pendekatan morfologikal fisikal kekotaan yaitu dengan membandingkan persentase penggunaan lahan non pertanian dengan luasan unit amatan. Adapun unit amatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah desa. Dari hasil perhitungan persentase lahan non pertanian terhadap luasan desa tersebut akan diketahui kategori desa tersebut menurut standart Pryor dalam (Yunus 2002). Desa-desa yang memiliki persentase penggunaan lahan non pertanian yang dominan akan diklasifikasikan sebagai desa urban fringe atau urban yang selanjutnya dikategorikan telah mengalami konurbasi kota Yogyakarta. Adapun untuk mengetahui faktor-faktor penyebab konurbasi diukur dengan frekuensi kemunculannya di empat area penelitian yang telah ditentukan. Frekuensi kemunculan empat kali diklasifikasikan sebagai faktor paling berpengaruh, kemunculan tiga dan dua kali diklasifikasikan sebagai faktor yang cukup berpengaruh dan faktor yang muncul hanya sekali adalah faktor yang hanya berpengaruh pada lokasi tertentu saja. Hasil penelitian dan analisa data menunjukkan bahwa perkembangan konubasi kota Yogyakarta tahun 2015 telah mencapai 5 kecamatan dan 10 desa yang baru, jika dibandingkan dengan tahun 1997. Adapun desa-desa yang mengalami perkembangan Konurbasi Kota Yogyakarta pada tahun 2015 adalah : Sumberadi, Tridadi, Sendangadi, Sardonoharjo, Wedomartani, Purwomartani, Banguntapan, Baturetno, Tirtonirmolo dan Panggungharjo. Faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap konurbasi Kota Yogyakarta adalah : Jaringan Jalan, Pemukiman, Pasar Tradisional, Pasar Modern, dan Kampus,. Sedangkan faktor-faktor yang cukup berpengaruh terhadap Konurbasi Kota Yogyakarta adalah Rumah Sakit. Adapun faktor konurbasi yang berpengaruh hanya pada wilayah tertentu adalah terminal.
This research deals with the physical development of the city in Yogyakarta to its peri urban areas. Physical development of the city forms a built area that is often called the conurbation. The development of the city of Yogyakarta forms a conurbation of Yogyakarta city. This study aims to determine the for what extent the development of the conurbation and what factors the development of the conurbation. The title "Development" is used because the authors want to compare with previous research by Erizon in 1997 about the conurbation of Yogyakarta. Determining the development of conurbation used the physical morphologically approach by comparing the percentage of non-agricultural land with an area of observation unit. The observation units used in this study is the village or rural area. The calculation of the percentage of non-agricultural land with the width of the rural area will be used to the determine the area category according to the standard of Pryor (Yunus 2002). The rural areas that have the percentage of non-agricultural land used dominantly would be classified as urban or urban fringe. Moreover these types of areas will be categorized as the conurbation of Yogyakarta. Determining the factors that affect conurbations is measured by frequency of occurrence in four areas of research that has been determined. Furthermore four times frequency of occurrence is classified as the most influential factors, the emergence of three and two times classified as an influential factor and the factor that appears only once are the factors that affect only certain locations. The result of the research shows that the development of the conurbation of city in Yogyakarta until 2015 (compared to 1997) has reached 5 new district areas and 10 new rural areas. The villages (rural areas) that had been integrated with the conurbation of Yogyakarta in 2015 are: Sumberadi, Tridadi, Sendangadi, Sardonoharjo, Wedomartani, Purwomartani, Banguntapan, Baturetno, Tirtonirmolo and Panggungharjo. Furthermore the factors that most influence on the development of conurbation of Yogyakarta city are: the road network, settlements, Traditional Market, Modern Market, and Campus. Moreover the factors that had moderate influence on the conurbations of Yogyakarta City is Hospital. The factors which affect only certain regions is bus station.
Kata Kunci : Kota, Perkembangan Kota,dan Konurbasi /Urban, Urban Development and Conurbation