DINAMIKA KONFLIK KEPEMILIKAN TANAH (Studi Kasus Konflik Kepemilikan Tanah Pembangunan Gedung DPRD Kabupaten Nagekeo)

YOHANES EMANUEL NANE, Dr. Gabriel Lele

2016 | Tesis | S2 Administrasi Publik

Konflik kepemilikan lahan pembangunan gedung DPRD menjadi salah satu dari banyak konflik tanah yang terjadi di Kabupaten Nagekeo. Konflik yang melibatkan Flori Remi, Efraim Fao dan Pemda serta DPRD sebagai aktor utama ini telah bergulir sejak tahun 2008 dan belum ada penyelesaian yang tuntas sampai saat ini. Pendekatan resolusi konflik yang dipilih adalah litigasi (pengadilan) dan negosiasi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui proses wawancara dengan para aktor yang terlibat dalam konflik, melakukan observasi di lokasi konflik serta mengumpulkan data dari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan konflik dan upaya resolusi konflik ini. Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa resolusi konflik dengan pendekatan litigasi sangat dominan sejak tahun 2008 sampai tahun 2014. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penyelesaian konflik dengan cara litigasi membuat proses resolusi konflik tidak pernah tuntas karena tidak menyelesaikan substansi persoalan. Secara hukum ada pihak yang kalah dan menang, tetapi realitas di lapangan membawa pesan potensi konflik tetap ada. Resolusi konflik dengan pendekatan negosiasi berbasis kearifan lokal menjadi pilihan terakhir yang diharapkan bisa menjadi titik balik penyelesaian kasus ini secara komprehensif.

Land ownership conflict on construction of the Parliament building became one of the many land conflicts that occurred in the Nagekeo regency. Conflicts involving Flori Remi, Efraim Fao, Local Government and Parliament as the main actors have been rolling since 2008 and there has been no settlement is completed until today. The selected approach to conflict resolution is litigation (court) and negotiation. This study used qualitative research with case study approach. Data were collected through the interview process with the actors involved in the conflict, observations at the site of the conflict and collecting data from the documents related to the conflict and these conflict resolution efforts. Based on this study, it was found that the resolution of the conflict with the dominant approach of litigation from 2008 to 2014. The conclusion of this study is conflict resolution by way of litigation makes the process of conflict resolution is never complete because it does not resolve the main issue. Legally there are losers and win, but the reality on the ground carrying the message the potential for conflict remains. Conflict resolution negotiation approach based on local wisdom be the last option which is expected to be a turning point in a comprehensive resolution of this case.

Kata Kunci : Kabupaten Nagekeo, konflik lahan, resolusi konflik, litigasi, negosiasi.