Laporkan Masalah

Perkembangan fisik kota Pekanbaru setelah pemekaran wilayah

HAPRIADI, Ir. A. Djunaedi, MUP.,PhD

2002 | Tesis | Magister Perencanaan Kota dan Daerah

Kota Pekanbaru merupakan Ibukota Propinsi Riau sekaligus sebagai kota orde I dalam sistem kota-kota di Propinsi Riau. Dalam konstelasi regional, Kota Pekanbaru memiliki posisi yang strategis, yaitu terletak di simpul jalur transportasi Sumatera. Selain itu Kota Pekanbaru merupakan sebuah kota pelabuhan yang cukup ramai dan salah satu daerah operasi perusahaan minyak internasional PT. Caltex Pacific Indonesia. Kondisi inilah yang menyebabkan Kota Pekanbaru berkembang pesat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1987 Kota Pekanbaru mengalami pemekaran wilayah administrasi dari luas 62,96 km2 menjadi 632,26 km2. Namun fenomena perkembangan faik yang terjadi setelah pemekaran wilayah adalah Kota Pekanbaru berkembang tidak terkendali ke segala arah dan terjadinya perkembangan yang tidak seimbang di antara masing-masing wilayah kota. Penelitian ini berjudul “Perkembangan Fisik Kota Pekanbaru Setelah Pemekaran Wilayah”. Adapun tujuan dari penelitian hi adalah: (1) mendeskripsikan arah dan merumuskan pola perkembangan fisik Kota Pekanbaru setelah dilakukan pemekaran wilayah tahun 1987, dan (2) mengkonfirmasikan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik Kota Pekanbaru. Penelitian ini menggunakan gabungan antara metode penelitian kualitatif dan metode analisis geografi/pendekatan keruangan. Metode penelitian kualitatif digunakan untuk mengetahui sejumlah pendapat tentang perkembangan fisik Kota Pekanbaru dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dari beberapa pejabat pemerintah Kota Pekanbaru, sedangkan metode analisis geografi dengan model difusi ekspansi untuk mengetahui arah dan pola perkembangan fisik Kota Pekanbaru Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa: (1) perkembangan fisik kota yang tercermin dari perubahan penggunaan lahan dan perkembangan lahan terbangun, menunjukkan arah perkembangan yang dominan setelah dilakukan pemekaran wilayah adalah ke arah Barat dan ke arah Selatan Kota Pekanbaru, (2) pola perkembangan fisik yang terbentuk di Kota Pekanbaru saat ini adalah pola perkembangan secara konsentris pada pusat kota, pola memanjang/linier di sepanjang jalur transportasi terutama kegiatan perdagangan dan jasa serta pola meloncat (leap frog development) terutama kawasan permukiman, (3) faktor dominan yang mempengaruhi perkembangan fisik Kota Pekanbaru dibedakan menjadi faktor-faktor internal yaitu kegiatan perekonomian kota, sosial kependudukan, kondisi geografis, jaringan transportasi, fasilitas dan utilitas kota dan kebijaksanaan pemerintah daerah, sedangkan faktor eksternal yaitu pengaruh interaksi yang tinggi dan hubungan yang luas Kota Pekanbaru dengan kota-kota di sekitarnya.

Within the systems of cities in the Riau Province, the city of Pekanbaru (the capital city of the Riau Province) has been classified into the first classification of cities. Within the regional constellation, the city of Pekanbaru is strategically located in the junction of Sumatera’s transportation route. Moreover, the city of Pekanbaru is characterized by its busy harbor and the presence of a leading international oil manufacturer, PT. Caltex Pacific Indonesia. The factors above lead to Pekanbaru’s rapid growth and development. Based on Government Regulation No. 19, in 1987 Pekanbaru experienced an expansion in its area from 62.96 km2 to 632.26 km2. However, the phenomenon involving the city’s spatial and physical development lead to the uncontrolled growth of the city in every direction and to the unsustainable development in each of the different areas of the city. This research entitled “The Physical Development of Pekanbaru during the Post Expansion Period” aimed to: (1) describe the direction of growth apd development, and understand the physical development pattern of Pekanbaru since its expansion in 1987, (2) confirm the factors that influence the city’s physical and spatial development. The research employed the combination of the qualitative method and the geographical analysis method, emphasizing the spatial planning approach. The qualitative research method was employed in order to obtain response from local government officials concerning the physical growth and development of the city, as well as information concerning the factors influencing such growth and development. The geographical analysis method emphasizing the expansion-diffusion model was employed in order to identify the direction of growth and to understand the physical development of Pekanbaru Research results showed: (1) the conversion of land use pattern and the development of built areas to be the dominating change after the city’s expansion to the South and West, (2) the present spatial development pattern of Pekanbaru takes the form of a concentric circle in the downtown area, whereas along the transportation route and the commercial areas the pattern takes the form of a linear line, and within the settlement areas the settlement pattern takes the form of a leap showing the leap frog development within the area, (3) The dominant factors influencing the spatial development of Pekanbaru can be categorized into internal and external factors. The internal factors include local economic activities, social demography, geographical characteristics, transportation system, municipal facilities & utilities and regional government policy. The external factors include the effects of high interaction and the extensive relation Pekanbaru has with its surroundings.

Kata Kunci : Pengembangan Wilayah,Fisik Kota


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.