PENGARUH AGREGASI TROMBOSIT PADA GLAUKOMA NORMOTENSI
DYAH RETNANINGSIH ARIDA WIDYASTUTI, dr. Retno Ekantini, Sp.M (K), M.Kes.; dr. Retno Ekantini, Sp.M (K), M.Kes.
2016 | Tesis-Spesialis | SP ILMU PENYAKIT MATATujuan: untuk menentukan berapa besar odds ratio kuantitas agregasi trombosit sebagai faktor risiko glaukoma normotensi. Metode: desain penelitian berupa kasus kontrol (case control)dengan teknik pengambilan sampel consecutive sampling. Sampel penelitian dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok individu dengan glaukoma normotensi sebagai kelompok kasus dan individu yang tidak mempunyai penyakit glaukoma normotensi sebagai kelompok kontrol dengan jumlah sampel masing-masing kelompok sebanyak 30 orang. Kriteria subyek penelitian yaitu kriteria inklusi kelompok kasus: (1)Penderita glaukoma normotensi, (2)Usia < 50 tahun, dan (3) bersedia ikut serta dalam penelitian dengan menandatangani informed consent, sedangkan untuk kelompok kontrol: (1)Subyek dengan usia <50 tahun, (2) Tidak ditemukan papil nervus optikus glaukomatosa dengan pemeriksaan oftalmologi menggunakan direct ophthalmoscope, (3)TIO < 21 mm Hg, (4)Bersedia ikut serta dalam penelitian dengan menandatangani informed consent. Kriteria eksklusi yaitu penderita glaukoma normotensi dan bukan penderita glaukoma dengan penyakit yang mempunyai kecenderungan hiperagregasi trombosit (stroke trombotik, infark miokard, diabetes mellitus), penyakit yang mempunyai kecenderungan hipoagregasi trombosit (uremia, penyakit hati, penyakit mieloproliferatif, demam berdarah), pemakaian obat-obatan (aspirin, sulphinpyrazone, dipiridamol, thienopyridine, clopidogrel, glycoprotein blockers). Analisis data untuk melihat hubungan antara agregasi trombosit dengan glaukoma normotensi dengan cara menghitung odd ratio. Analisis multivariat untuk menilai hubungan antara nilai agregasi trombosit dengan memperhitungkan variabel perancu seperti umur dan jenis kelamin dengan melihat koefisien regresi. Hasil penelitian: dari ketiga pengukuran faktor risiko glaukoma normotensi menggunakan tiga preparasi reagen terlihat pada ADP 10 mcgM (OR: 6,909 CI 95% 2,160-22,098)lebih kuat dalam memprediksi pasien glaukoma normotensi yang mengalami hiperagregasi dibandingkan ADP 5 mcgM (OR: 3,000 CI 95% 1,046-8,603)dan ADP 2 mcgM (OR: 1,321 CI 95% 0,469-3,721), sedangkan pada ADP 5 mcgM lebih kuat dalam memprediksi pasien glaukoma normotensi yang mengalami hiperagregasi dibandingkan ADP 2 mcgM. Hasil penelitian secara bersama-sama antara variabel umur, agregasi trombosit dengan preparasi reagen ADP 2 mcgM, ADP 5 mcgM, dan ADP 10 mcgM dalam mempengaruhi hiperagregasi trombosit pada pasien glaukoma normotensi secara statistik tidak bermakna (p > 0,05). Kesimpulan: Faktor risiko glaukoma tekanan normal pada penggunaan kadar ADP 10 mcgM dan kadar ADP 5 mcgM terhadap kejadian glaukoma normotensi. Semakin tinggi agregasi trombosit maka semakin tinggi pula faktor resiko terjadinya glaukoma normotensi.
Objective: determining the odds ratio of platelet aggregation as a risk factor of normotension glaucoma. Methods: study design was case control using consecutive sampling technique. Samples were divided into 2 groups, ie., individuals with normotension glaucoma as the case group and individuals without normotension glaucoma as control group. Each group consisted of 30 individuals. Inclusion criteria for case groups were: (1) Normotension glaucoma patient, (2) Age 50 year-old, and (3) Signed the study informed consent. Inclusion criteria for control group: (1)Subjects with age 50 years, (2) No glaucomatous optical nerve papilla in direct ophthalmoscope examination, (3) TIO < 21 mmHg, (4)Signed the study informed consent. Exlusion criteria includes normotension glaucoma or a non glaucoma patient but with a tendency of platelet hyperaggregation such as in thrombotic stroke, myocard infarct, diabetes mellitus; or platelet hypoaggregation tendency such as in uremia, liver diseases, myeloproliferative diseases, dengue fever; or drug use (aspirin, sulphinpyrazone, dipiridamol, thienopyridine, clopidogrel, glycoprotein blockers). Association between platelet aggregation with normotension glaucoma was evaluated with odd ratio. Multivariate analysis to assess association between platelet aggregation value was done, considering confounding factors such as age and gender with regression coefficient. Results: Three reagents were used to measure normotension glaucoma risk factors. ADP 10 M (OR: 6.909 CI 95% 2.160-22.098)was shown to be stronger in predicting hyperaggregation in normotension glaucoma than ADP 5 M (OR: 3.000 CI 95% 1.046-8.603) or ADP 2 M (OR: However, analysis did not show statistically significant difference (p > 0.05) among effects of each reagents (ADP 2 M, ADP 5 M, and ADP 10 M) on platelet hyperaggregation in normotension glaucoma patients. Conclusion: Normotension glaucoma risk factor was found in the utilization of ADP 10 M and ADP 5 M. terhadap kejadian glaukoma normotensi. Higher platelet aggregation results in higher risk of normotension glaucoma.
Kata Kunci : platelet aggregation, normotension glaucoma