POLA PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA TINGKAT SMP DAN SMA DI KOTA YOGYAKARTA (ANALISIS DATA SEKUNDER QUIT TOBACCO INDONESIA)

ARIS DZULFIKRI, Dra. Yayi Suryo Prabandari M.Si, Ph.D.

2016 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar Belakang: Merokok merupakan masalah yang sulit diselesaikan di Indonesia. Menurut hasil riset Kemenkes RI, perokok remaja meningkat 4 kali lipat, dari 1,7% tahun 1995 menjadi 6,7% tahun 2013. Pertumbuhan perokok remaja di Yogyakarta, 16% pelajar SMP dan SMA adalah perokok. Sebanyak 12% perokok eksperimenter dan 4% reguler. Jumlah perokok eksperimenter dan reguler di Yogyakarta untuk SMP sebanyak 10,32% dan 2,38%. Untuk kelompok SMA, 13,28% perokok eksperimen dan 4,64% perokok reguler. Berdasarkan jenis kelamin, perokok eksperimenter laki-laki 21,61%, perempuan 2,76%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong terhadap pola perilaku merokok pada remaja. Metode: Penelitian observasional dengan rancangan cross sectional dilakukan di Kota Yogyakarta. Responden adalah siswa siswi SMP dan SMA di Yogyakarta. Data yang digunakan adalah data sekunder dari hasil penelitian Quit Tobacco Indonesia. Metode yang digunakan oleh QTI adalah multi stage. Hasil: Total responden penelitian ini berjumlah 921 siswa dan 49,1% siswa pernah merokok. Analisis bivariabel menunjukkan bahwa laki-laki (RR=2,82; CI95%=2,41-3,31), umur 15 tahun (RR=1,38; CI95%=1,20-1,60), pengetahuan rendah (RR=1,21; CI 95%=1,05-1,39), sikap positif terhadap rokok (RR=2,59; CI95%=2,12-3,17), pendidikan SMA (RR=1,23; CI95%=1,08-1,41), adanya pendukung (RR=2,03; CI 95%=1,84-2,24), adanya teman yang merokok (RR=3,12; CI 95%=2,52-3,87) dan paparan iklan (RR=2,71; CI95%=2,35-3,13)merupakan faktor risiko perilaku merokok yang signifikan pada remaja. Jenis kelamin, umur, sikap, pendukung, adanya teman yang merokok dan paparan iklan tetap signifikan dalam analisis multivariabel. Kesimpulan: Ada hubungan yang bermakna secara statistik antara faktor pengetahuan, sikap, pendidikan, pendukung, lingkungan serta iklan dengan perilaku merokok pada remaja.

Background: Smoking is a difficult problem solved in Indonesia. Based on the Indonesian Ministry of Healths research, teen smokers in Indonesia increased four-fold from 1,7% in 1995 to 6,7% in 2013. In Yogyakarta, 16% of junior and senior high school students were smokers. 12% of smokers and 4% regular experimenter. The number of experimenter and regular smoker in Yogyakarta was 10,32% and 2,38% at junior high school and 13,28% and 4,64% at senior high school. By sex, the experimenter smoker male 21,61%, female 2,76%. This study aimed to determine the influence of predisposing factors, enabling factors and driving forces on the pattern of smoking behavior in adolescents. Methods: Observational study with cross sectional study conducted in the City of Yogyakarta. Respondents are middle and high school students in Yogyakarta. The data used are secondary data from the study of Quit Tobacco Indonesia. The method used by QTI is a multi-stage. Results: There were 921 students that enrolled in this study and 49,1% students were ever smoker. Bivariate analysis show that boys (RR=2,82; CI95%=2,413,31), age 15 years old (RR=1,38; CI95%=1,20-1,60), low level of knowledge (RR=1,21; CI 95%=1,05-1,39), positive attitude towards smoking (RR=2,59; CI95%=2,12-3,17), senior high school (RR=1,23; CI95%=1,08-1,41), presence of support (RR=2,03; CI 95%=1,84-2,24), presence of smoking friends (RR=3,12; CI 95%=2,52-3,87)and exposure of cigarette advertisement (RR=2,71; CI95%=2,35-3,13)were risk factors of smoking behavior. Boys, older age, positive attitude, presence of support, presence of smoking friends and exposure of cigarette advertisement remains significant after adjusted in multivariate analysis. Conclusions: Boys, older age, positive attitude, presence of support, presence of smoking friends and exposure of cigarette advertisement were risk factors of smoking behavior among high school students in Yogyakarta.

Kata Kunci : smoking behavior, adolescent