DETERMINAN SIKAP STAF PUSKESMAS DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TENTANG PUSKESMAS MENJADI KAWASAN BEBAS ASAP ROKOK 100% TAHUN 2012
ROSALIA KURNIAWATI HARISAPUTRA, Dra. Yayi Suryo Prabandari, M.Si, Ph.D.; dr. Citra Indriani, MPH.
2016 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan MasyarakatLatar belakang:Asap rokokberdampak buruk terhadap kesehatan, baik bagi perokok aktif maupun perokok pasif.Sikap dan persepsi terhadap pengendalian tembakau memiliki pengaruh yang efektif terhadap perilaku merokok pada orang dewasa.Profesional kesehatan berperan sebagai panutan dalam komunitas. Fasilitas kesehatan semestinya menjadi contoh dalam membentuk norma sosial lingkungan bebas asap rokok sehingga penelitian mengenai sikap staf puskesmas tentang puskesmas menjadi kawasan bebas asap rokok 100%penting untuk dilakukan. Metode:Penelitian ini menggunakan data sekunder milikQuit Tobacco Indonesia. Analisis dilakukan secara deskriptif, bivariabel, dan multivariabel untuk rancangan studi cross-sectional. Hasil Penelitian:Model terbaik yang dipilih adalah model yang memasukkan variabel persepsi, status merokok, dan pengetahuan. Persepsi, status merokok, dan pengetahuan memiliki makna besar yang signifikan baik secara praktis maupun secara statistik. Individu yang keberatan terhadap paparan asap rokok lingkungan, berstatus sebagai bukan perokok atau mantan perokok, serta memiliki pengetahuan yang baik tentang dampak asap rokok lingkungan memiliki sikap yang lebih baik (setuju) bila puskesmas menjadi kawasan bebas asap rokok 100%. Model ini dipilih sebagai model yang terbaik karena sesuai dengan parcimonial model. Kesimpulan:Upaya untuk membentuk sikap setuju bila puskesmas menjadi kawasan bebas asap rokok 100% dapat dilakukan melalui perubahan persepsi, status merokok, dan pengetahuan tentang dampak asap rokok lingkungan. Persepsi mewakili 36,7% pengaruh status merokokdan 21,9% pengaruh pengetahuan terhadap sikap bila puskesmas menjadi kawasan bebas asap rokok 100%.
Background: Tobacco smoke has bad impacts to health either for active or passive smoker. Attitude and perception to tobacco control have effective influence to smoking behavior in adult. Health professional is the role model for community. Health facility should be able to be role model to develop smoke free area social norm thus this research is important to be done. Method: This research used secondary data of Quit Tobacco Indonesia. Descriptive, bivariabel, and multivariable analysis for cross-sectional study have been done. Results:Best model consists of perception, smoking status, and knowledge. Perception, smoking status, and knowledge have high impact either practically or statisitically. Individual objecting to environmental tobacco smoke exposure, having status as non-smoker or former-smoker, and having good knowledge about bad impact of environmental tobacco smoke, has better attitude about public health center as 100%-smoke free area.This model is inline with parcimonial model. Conclusion:Effort to develop attitude supporting public health center to become 100% smoke free area could be done by changing perception, smoking status, and knowledge about bad health effects of environment tobacco smoke. Perception represents 36,7% smoking status influence and 21,9% knowledge influence.
Kata Kunci : smoking behavior, tobacco control, smoke free area, attitude towards smoke free area