STRATEGI NAFKAH PEMULUNG DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUP DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) NJAWAR KECAMATAN PAKAL KOTA SURABAYA

ITA KUSUMA, Prof.Dr.Ir.Sunarru samsi Hariadi,MS

2016 | Disertasi | S3 Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan

INTISARI Surabaya sebagai kota terbesar ke dua di Indonesia terdapat Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA) Njawar dengan skala yang besar. Dilokasi kawasan TPA ini terdapat banyak pemulung . Mereka tinggal di perkampungan yang tidak jauh dari lokasi TPA . Saat ini Pemkot Surabaya menyerahkan pengelolaan sampah di TPA tersebut pada pihak swasta yaitu PT Sumber Organik. Dengan berpindahnya pengelolaan sampah dari pemerintah kota Surabaya kepada pihak swasta maka akan berpengaruh terhadap penghasilan pemulung yang menetap di TPA, karena ada beberapa ketentuan dari PT Sumber Organik untuk membatasi jumlah pemulung yang diperbolehkan tinggal di TPA. Selain itu jumlah timbunan sampah juga berkurang karena timbunan tersebut akan dimanfaatkan sebagai proyek sumber tenaga listrik, sehingga terdapat wilayah tertentu yang tidak boleh dikunjungi oleh pemulung untuk mengambil sampah yang bernilai ekonomis. Sementara itu pada diri pemulung sumber daya manusia yang mereka miliki sangatlah minim. Dalam merespon hal tersebut pemulung menerapkan strategi nafkah agar dapat mempertahankan kelangsungan hidup. Strategi nafkah ini terdiri dari strategi akuisi ,strategi alokasi dan strategi memafaatkan jaringan sosial . Dari hasil penelitian menujukkan bahwa etos kerja, motivasi kerja, peran pengepul sebagai mediator, sebagai fasilitator dan sebagai patron berpengaruh terhadap strategi nafkah pemulung Demikian juga dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi nafkah, motivasi kerja, etos kerja , peran pengepul sebagai fasilitator dan sebagai patron berpengaruh terhadap mempertahankan kelangsungan hidup pemulung di TPA Njawar . Hasil penelitian juga menunjukkan terdapat hubungan yang positif antara strategi nafkah dan mempertahankan kelangsungan hidup, sehingga strategi nafkah berpengaruh terhadap mempertahankan kelangsungan hidup . Pekerjaan sebagai pemulung dapat digolongkan sebagai profesi, tetapi jenis profesi ini belum diakui negara, sehingga kurang ada peran serta pemerintah dalam komunitas pemulung, selain itu komunitas ini juga tidak dimasukkan dalam penyandang masalah kesejahteraan sosial karena dianggap sebagai komunitas yang produktif. Selanjutnya temuan ilmiah dalam penelitian ini terdapat modal spiritual dalam diri pemulung sebagai aset nafkah yang ditimbulkan karena karena adanya pengaruh etos kerja dan motivasi kerja . Temuan ilmiah selanjutnya adalah penerapan teori moral James Scott tentang hubungan patron- klien dalam komunitas pemulung di wilayah penelitian yaitu terdapat unsur pertukaran yang tidak seimbang dengan kata lain tidak bersifat kaku tetapi lebih bersifat kekeluargaan selain itu terdapat sangsi yang tegas apabila pemulung melakukan pelanggaran terhadap hal yang sudah menjadi kesepakatan .Rekomendasi kebijakan dari hasil penelitian ini perlu keterlibatan dinas yang terkait yaitu Dinas Sosial serta Dinas Kebersihan dan Pertamanan, LSM serta Perguruan Tinggi. Selain itu perlu juga adanya peran serta pemerintah kota asal pemulung untuk memberikan pekerjaan di kota asal mereka sehingga akan mengurangi arus urbanisasi

ABSTRACT Surabaya as the second largest city in Indonesia has its large scale final disposal of waste or landfill in the area of Njawar, Pakal District. Here, in the location of landfill, there are quite a lot of scavengers living in a kampong not too far from the location of the landfill. Nowadays Surabaya City Government has already handed over the management of the waste or garbage to a private company. It is PT Sumber Organic. The transfer of waste management to the private sector has resulted in the significant impact in the income of scavengers there. The company has its policy to limit the number of scavengers allowed to stay in the landfill and the area where they can pick up the garbage. Besides, some amount of garbage is used as a source of power project. On the other hand, the scavengers themselves have limited human resources. Responding to such condition, the scavengers created their living strategy in order to maintain their viability. It includes strategies of acquisition, allocation and social networks. The results of the study showed that the work ethic, motivation, and the role of the collectors as a mediator, a facilitator and a patron highly affect the livelihood strategy of the scavengers. There is a positive relationship between the livelihood strategy and maintaining the viability. The work as scavengers, actually, can be classified as a profession. This kind of profession, however, is not recognized by the state so that there is less government participation in the community of scavengers. Besides the community is also not included in social welfare issues as it is considered as an unproductive one. Some scientific findings in the study confirm that their spiritual capital as a living asset arises from the influence of the work ethic and motivation, and some elements of patron-client relations is more family-oriented policies. The moral theory of James Scott defines that patron-client relations in the community of scavengers in the study area contain elements of unequal exchange since the application of family-oriented policies is more desireable. It is highly recommended that the involvement of related parties such as Social Service and Sanitary and Landscaping Service and Universities as well as NGOs be seriously considered to improve the quality of the life of the scavengers. Besides the role of the government participation of the hometowns of the scavengers should be activated in providing jobs to reduce the flow of urbanization.

Kata Kunci : Strategi Nafkah, Pemulung, Mempertahankan kelangsungan hidup